HIDUPKATOLIK.COM – Mantan sekretaris pribadi Paus Benediktus XVI, Uskup Agung Georg Gänswein, mengalami krisis pribadi yang mendalam setelah pemecatannya dari Vatikan. “Saya merasa putus asa, seperti seorang pengemudi yang tiba-tiba diberhentikan di pinggir jalan. Ketidakpastian dan keraguan terus-menerus menggerogoti saya,” kata Ganswein.
Setelah kematian Joseph Ratzinger (Paus Benediktus XVI) pada 2022, Georg Gänswein kembali tampil di hadapan publik. Bukunya, Nichts als die Wahrheit (Tidak Ada yang Lain Selain Kebenaran), menjadi berita utama karena mengungkapkan detail konflik substantif antara Fransiskus dan Benediktus. Paus Fransiskus mengkritik publikasi buku tersebut, menuduh Gänswein kurang sopan dan tidak manusiawi, hingga kemudian membebaskannya dari semua tugas di Vatikan.
Waktu yang dilalui setelah pemecatannya dari Vatikan telah disebut Uskup Agung Georg Gänswein, sebagai tahun tersulit dalam hidupnya. “Namun, saya sudah berdamai,” kata pria berusia 68 tahun itu. “Untungnya, saya tidak pernah merasa marah, meskipun saya memiliki rencana lain yang semuanya tidak terwujud.” Dibutuhkan waktu dan kesabaran agar “luka yang menyakitkan” bisa sembuh.
“Saya mengakui, kekecewaan saya sangat besar,” ujar Gänswein. Namun, itu adalah keputusan Paus Fransiskus dan hanya itu yang penting. Gänswein menekankan pentingnya rasa hormat dan ketaatan kepada para Paus. “Saya telah memenuhi janji itu. Apakah saya melakukannya dengan senang hati, itu cerita lain.”
Sejak pemecatannya dari Vatikan, air mata juga terus mengalir darinya, terutama karena ia juga harus menghadapi kematian Paus Benediktus XVI. “Saya merindukan Paus Benediktus. Secara fisik dan visual, dia mungkin tidak ada, tetapi secara spiritual, dia sangat hadir.” Seperti yang dia katakan sebelumnya bahwa doa telah membantunya.
Gänswein telah tinggal di Freiburg sejak pemecatannya dari Vatikan pada musim panas 2023 tanpa tugas resmi. Sebelumnya, ia telah menjadi sekretaris pribadi Joseph Ratzinger (Paus Benediktus XVI) selama 19 tahun. Pada awalnya, ia tetap mempertahankan posisi tersebut di bawah Paus Fransiskus. Setelah perselisihan internal, Fransiskus memberi cuti kepada Gänswein dengan tetap berada di Vatikan.
Gänswein mengatakan bahwa dia selalu memiliki hubungan yang santai dan sehat dengan Fransiskus. Ketika dia menceritakan kepada Paus bahwa pengasingannya di Freiburg merugikan fisik dan mentalnya, Fransiskus bereaksi dengan penuh empati. Gänswein mengatakan bahwa pemindahannya ke Freiburg tidaklah mudah. Namun, dia selalu berdoa dengan tekun dan tidak pernah kehilangan harapan bahwa Tuhan akan menunjukkan tugas baru untuknya. Setelah satu tahun di Freiburg, Gänswein akan berangkat ke Vilnius dalam beberapa minggu sebagai Duta Besar Paus untuk negara-negara Baltik. Beberapa waktu kemudian, Vatikan menawarkannya untuk menjadi Duta Besar di Baltik. Sekarang, dia merasa semangat hidupnya kembali dan tantangan baru ini memberinya dorongan.
Setelah satu tahun di Freiburg, dalam beberapa minggu Gänswein akan pergi ke Vilnius, sebagai duta besar Paus untuk negara-negara Baltik. Di sana, ia ingin berbicara tidak hanya dengan politisi, diplomat dan uskup, tetapi juga “dengan sebanyak mungkin umat beriman,” katanya. Saat ini, ia sedang mempersiapkan diri untuk tugas baru tersebut, yang ia nantikan dengan antusias.
Sindiran terhadap Reformasi Gereja
Gänswein mengkritik perdebatan reformasi dan struktur yang sedang berlangsung di Gereja Katolik di Jerman. “Sering kali, bahkan terlalu sering, yang terlihat hanyalah suatu kelompok reformasi Gereja tertentu yang terus-menerus memperdebatkan struktur yang sama. Itu tidak produktif, tidak memiliki semangat dan tidak memiliki kekuatan.” Menurutnya, kebanyakan umat Katolik hanya ingin menjadi Katolik. Mereka ingin menjalani dan merayakan iman mereka, menerima sakramen dan mengarahkan hidup mereka kepada Tuhan. Gänswein melihat tugas barunya sebagai Duta Besar Paus di Vilnius sebagai tantangan besar. Dia mengharapkan peran yang sangat politis. ***
Bene Xavier dari Wina, Austria