HIDUPKATOLIK.COM – Minggu, 11 Agustus 2024 Hari Minggu Biasa XIX. 1Raj.19:4-8; Mzm.34:2-3, 4-5, 6-7, 8-9; Ef.4:30-5:2; Yoh.6:41-51
“ORANG-orang yang bijaksana, dengan hati yang merindukan kebenaran, telah datang untuk mencari di dalam Gereja Katolik jalan yang menuntun dengan pasti kepada kehidupan kekal. Mereka telah memahami bahwa mereka tidak dapat bersatu dengan Yesus Kristus sebagai Kepala Gereja jika mereka tidak menjadi bagian dari Tubuh Yesus Kristus, yaitu Gereja.
Mereka juga tidak akan pernah bisa berharap untuk memiliki iman Yesus Kristus dalam segala kemurniannya jika mereka menolak otoritas pengajaran yang sah yang dipercayakan kepada Petrus dan para penggantinya.” Perkataan Paus Leo XIII ini menegaskan, kehidupan kekal dapat ditemukan ketika orang hadir dan terlibat dalam Gereja yang didirikan oleh Yesus Kristus. Namun, tersisa satu pertanyaan, apa yang dimaksud dengan kehidupan kekal?.
Ada banyak jawaban atas pertanyaan di atas. Salah satunya dapat ditelusuri dalam ajaran Yesus tentang Roti Hidup dalam Injil Yohanes. Sejumlah orang Yahudi yang mengikuti Yesus bersungut-sungut karena pernyataan Yesus yang sulit diterima nalar “Akulah roti yang telah turun dari surga” (Yoh. 6:41). Orang Yahudi masih berpikir roti secara harfiah, sementara Yesus mengacu pada hal yang lebih spiritual.
Yesus menggambarkan diri-Nya sebagai roti surgawi dalam arti simbolis, yaitu Dia yang memberikan makanan spiritual yang akan membawa mereka yang percaya kepada-Nya untuk masuk ke dalam persatuan dengan Allah, Bapa Surgawi yang tidak kelihatan. Makanan spiritual ini sejatinya adalah Yesus dalam teladan dan ajaran-Nya.
Yesus selanjutnya mempertegas pernyataannya: “Siapa saja yang percaya, ia mempunyai hidup yang kekal” dan “Siapa saja yang memakannya, ia tidak akan mati” (Yoh. 6:47, 50). Perkataan ini mesti dipahami secara simbolis, bukan secara harfiah. Makna hidup yang kekal di sini lebih dari sekadar “kehidupan setelah kematian.” Ini bukan hanya kehidupan yang tidak terbatas, tetapi juga kehidupan yang tidak terbatas dalam hal nilai dan maknanya.
Pengalaman hidup kekal pertama-tama adalah realitas masa kini. Jadi masa kini sesungguhnya merupakan bagian dari kehidupan kekal ini. Bahkan, kualitas kehidupan masa kini akan menjadi penentu seperti apa kehidupan kekal di masa mendatang.
Tanda nyata dari “mempunyai hidup yang kekal” adalah mengalami hidup dengan berlimpah. Bukan pertama-tama berkelimpahan materi duniawi, tetapi lebih pada berkelimpahan rohani, seperti mengalami kedamaian, ketenangan batin, mudah bersyukur atas segala berkat dari Allah dalam segala macam kondisi, dan yang lebih penting adalah selalu terkoneksi dengan Sang Pencipta.
Dalam tradisi Kristiani, Yesus Kristus adalah sumber “makanan rohani” yang membawa para pengikut-Nya untuk sampai pada hidup yang kekal dan berkelimpahan, sekaligus pintu untuk sampai pada kehidupan tersebut. Kehidupan kekal ini bersifat ilahi karena pada akhirnya bermuara pada kehidupan bersama Bapa Surgawi. Inilah yang disebut dalam bahasa populer “keselamatan” yang ditawarkan oleh Allah.
Memang, selama hidup di dunia ini, kehidupan kekal belum terungkap sepenuhnya, tetapi kita sudah mengalami kehidupan ini jika kita percaya kepada Kristus dan mengikuti ajaran-Nya. Melalui Dia, kehidupan kekal itu sudah tiba.
Sebagai pengikut Kristus, bagaimana kita mengalami kehidupan kekal sekarang ini? Secara sederhana, kita perlu menjauhi dosa. Sebab, dosa adalah jalan yang bertolak belakang dengan hidup kekal. Dosa membuat kita terasing dari Allah. Dosa sendiri disebabkan karena orang tidak peduli lagi pada hal-hal yang bersifat rohani.
Di tengah dunia yang hiruk pikuk dengan perkembangan teknologi dan kompetisi untuk saling menunjukkan diri siapa yang lebih unggul dan berkuasa, di tengah ribuan tawaran di dunia maya untuk menampilkan diri dan mencari pengakuan diri, apakah kita masih memiliki waktu untuk memakan dan mencerna “makanan rohani” atau “roti surgawi” yaitu Yesus, dalam teladan dan ajaran-Nya?
Singkatnya, apakah kita masih peduli dengan hal-hal rohani? Ketika hati dan pikiran disibukkan pada hal-hal duniawi saja, tanpa mengindahkan hal-hal rohani, maka kehidupan mulai tidak seimbang, kehidupan menjadi kering dan tidak berkelimpahan. Di situlah, kita sebenarnya sedang berada dalam bahaya kehilangan hidup yang kekal.
“Kehidupan kekal dapat ditemukan ketika orang hadir dan terlibat dalam Gereja yang didirikan oleh Kristus.” — Paus Leo XIII
Sumber: Majalah HIDUP, Edis No. 32, Tahun Ke-78, Minggu, 11 Agustus 2024