web page hit counter
Kamis, 19 September 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Sembilan Tahun Komunitas YANA: Menjadi Berkat Bagi Sesama

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – Meski telah berusia 80 tahun, Patricia Demeo masih tampak bugar. Tubuhnya begitu gemulai ketika ia berjoget di tengah alunan musik energik. Senyumnya pun memancarkan aura bahagia. Ia sungguh terhanyut dalam suasana sukacita.

Hari itu, Sabtu (27/07/2024), pagi hingga sore, pensiunan guru ini berkumpul bersama sekitar 700 perempuan Katolik dalam satu kegiatan bertajuk YANA Conference 2024, sebuah program terbesar yang digelar oleh Komunitas YANA (You Are Not Alone) untuk semua perempuan Katolik – termasuk single mom tanpa pernikahan, single mom yang suaminya telah meninggal dunia, dan  single mom yang berpisah dengan suaminya karena perceraian – di Indonesia.

(Ki-Ka) Pastor Stefanus Tommy Octora Agung Surya, Mgr. Paulinus Yan Olla, MSF dan Pastor Petrus Joseph Budi Santoso, MSC saat merayakan Perayaan Ekaristi (HIDUP/Katharina Reny Lestari)

Patricia, yang menjadi janda setelah suaminya meninggal dunia pada tahun 2011, mengetahui informasi tentang program tersebut dari pengumuman paroki saat Misa Minggu beberapa hari sebelumnya.   

“Tahun lalu saya ikut acara Komunitas YANA di Katedral Jakarta. Makanya waktu pengumuman menyebut Komunitas YANA, saya senang sekali. Waktu saya ikut acara mereka di Katedral Jakarta, acaranya sangat menarik. Bahkan sampai ada peserta yang berdiri karena semua bangku penuh terisi,” ujar Patricia, yang juga Ketua Perhimpunan Warakawuri Katolik (PWK) Santa Monica Paroki Duren Sawit.

Bertempat di Aula Gedung Yustinus Lantai 15 Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta Selatan, program bertema “Precious and Worthy” tersebut dibuka dengan Perayaan Ekaristi yang dirayakan secara konselebrasi. Selebran utama adalah Ketua Komisi Keluarga Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Mgr. Paulinus Yan Olla, MSF. Sementara dua konselebran adalah moderator Komunitas YANA, Pastor Petrus Joseph Budi Santoso, MSC dan Vikaris Yudisial Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), Pastor Stefanus Tommy Octora Agung Surya.

Sesi 1 Talk Show (HIDUP/Katharina Reny Lestari)

Rangkaian kegiatan selanjutnya mencakup talk show dua sesi, masing-masing bertema “Perempuan Bertanya, Romo dan Bapak Uskup Menjawab” dan “You are Called” serta diskusi panel dua sesi, masing-masing bertema “You are Precious and Worthy” dan “You are Blessed to Bless.”

Selain Mgr. Yan, yang juga Uskup Keuskupan Tanjung Selor, serta Pastor Budi dan Pastor Tommy, beberapa narasumber untuk kegiatan talk show dan diskusi panel antara lain Wakil Sekretaris KAJ, Pastor Thomas Ulun Ismoyo, Eleine Magdalena, Ansakarina Kristin Mualim, Grace Prasetyo, Rosari Ananta, Yolanda Djaja, Yasinta Indirati, Natalie Margareth, dan Donna Agnesia. 

Berkat Bagi Sesama

Menurut Ketua Panitia, Helen Tanzil, penyelenggaraan YANA Conference 2024 masih terkait dengan euforia perayaan sembilan tahun pembentukan Komunitas YANA. 

“YANA Conference pernah diadakan sebelumnya tapi terbatas hanya untuk single mom Katolik. Tahun ini adalah tahun kesembilan Komunitas YANA berdiri. Dan kami merasa bahwa kami telah mendapat banyak sekali berkat. Ini saatnya bagi kami untuk memberikan berkat yang telah kami terima kepada para perempuan Katolik di Indonesia, baik yang sudah menikah dan single mom,” ujarnya.

Helen Tanzil (HIDUP/Katharina Reny Lestari)

Menjadi berkat merupakan tujuan utama program tersebut, imbuhnya..  

“Dari yang terpuruk saat itu, kami dikuatkan di komunitas ini. Jadi kami merasa saatnya sembilan tahun Komunitas YANA menjadi berkat bagi mereka di luar komunitas. Kami tahu orang-orang yang menikah pun pasti memiliki problem mereka masing-masing. Orang single pun sama. Jadi ini saatnya kami merangkul mereka dan memberikan kekuatan untuk mereka, menyatakan kalau Allah mengasihi mereka dan mereka sangat mulia dan berharga di hadapan Allah,” ungkapnya. 

Merujuk pada tema, ia menyebut bahwa Komunitas YANA ingin memberi kekuatan kepada semua perempuan Katolik dan menyampaikan kepada mereka bahwa Allah sungguh menguatkan mereka.

“Memberi perasaan bahwa perempuan Katolik berharga dan dicintai oleh Allah. Mereka mulia. Jadi jangan merasa bahwa mereka tidak berarti di balik setiap problem yang mereka hadapi. Tapi ada Allah yang memberi kekuatan kepada mereka,” ujarnya.

Menjadi Lokomotif 

Sementara itu, Pastor Budi, yang berkarya sebagai moderator komunitas sejak tahun 2022, menggarisbawahi pentingnya memiliki potensi di kalangan perempuan Katolik, khususnya single mom.

Saya senang mendampingi mereka, karena memang mereka perempuan, single mom, yang tangguh, mandiri. Luar biasa. Dan ini yang menurut saya harus menggetarkan perempuan-perempuan lain supaya tidak merasa inferior, lemah, tidak berdaya, tidak bisa apa-apa. Komunitas YANA harus menjadi lokomotif yang bisa menarik kaum perempuan, khususnya single mom, yang merasa inferior,” tegasnya.

Sesi 2 Diskusi Panel (HIDUP/Katharina Reny Lestari)

Ia pun berharap Komunitas YANA semakin berkembang sehingga semakin banyak perempuan Katolik, khususnya single mom, yang merasa semakin percaya diri dan tangguh dalam menjalani kehidupan sehingga mereka terus berjuang membesarkan dan mendampingi anak-anak mereka serta senantiasa terlibat dalam berbagai kegiatan Gereja.

“Menjadi single mom yang tangguh dan beriman. Di komunitas ini, sisi spiritualitas kuat sekali. Iman itu dikuatkan. Tidak hanya kemanusiaannya saja, tapi keimanannya juga,” imbuhnya.

Meneladan Bunda Maria 

Dalam homilinya, Mgr. Yan menyinggung soal teladan Bunda Maria. 

You Are Not Alone ternyata dihubungkan dengan perjalanan hidup yang ditandai dengan kehadiran Tuhan. Dan ketika saya menelusuri spiritualitas mereka, mereka kemudian tiba di Tanjung Selor. Dalam kunjungan mereka yang terakhir, saya melihat bahwa You Are Not Alone ternyata didampingi seorang figur yang sangat penting, yakni kehadiran Bunda Maria,” ujarnya.

“Ternyata Bunda Maria yang menggendong Yesus dengan tangan kiri, tangan kanannya saya melihat menggendong dan menuntun Komunitas YANA ini. Oleh karena itu, mereka selalu berseru: ‘Ya cintaku, ya Bundaku.’ Ada spiritualitas Maria yang diam-diam menyusup di dalam apa yang telah dibangun. Ternyata mereka sudah bergerak keluar dan sangat bangga bahwa mereka mempunyai tokoh panutan yang kuat dalam Gereja, yakni Bunda Maria. Semua pengalaman yang dirasakan oleh para ibu pernah dirasakan oleh Bunda Maria.”

Sesi 3 Diskusi Panel (HIDUP/Katharina Reny Lestari)

Ia berpesan kepada para single mom, yang akrab disapa sista, agar senantiasa meneladani Bunda Maria yang dengan mengosongkan dirinya telah menerima Sang Imanuel yang menyelamatkan manusia dalam kedosaannya. 

“Semoga konferensi ini mengisi kekosongan banyak jiwa, merawat ratapan-ratapan tersembunyi dan perkara-perkara yang disimpan dalam batin seperti telah dilakukan Bunda Maria,” imbuhnya.

Ketika ditemui HIDUPKATOLIK.COM jelang Perayaan Ekaristi, Mgr. Yan mengatakan sapaan sista merupakan sesuatu yang sangat inspiratif. Perempuan tidak identik dengan kelemahan dan ketidakberdayaan.

“Yang terkumpul tidak semua divorce. Ada yang ditinggal mati suami mereka secara alamiah dan harus merawat anak-anak dan melanjutkan perjuangan dalam keluarga. Memang ini menjadi komunitas di mana orang dengan mudah saling memahami dibanding dengan berdiskusi atau curhat dengan orang lain yang tidak punya pengalaman, bahkan dengan keluarga dekat sekali pun,” ujarnya. 

Para penyanyi Komunitas YANA saat memimpin lagu puji-pujian (HIDUP/Katharina Reny Lestari)

“Tapi dengan masuk kelompok ini, mereka sungguh merasa dikuatkan. Saya sudah tanya satu-dua orang mengapa masuk komunitas, jawabannya antara lain itu. Sesudah masuk lalu merasa bahwa ada teman seperjuangan yang bisa memahami. Mungkin pengalamannya tidak sama tapi ketika mereka cerita mereka tahu.”

Ia juga mengajak perempuan Katolik, khususnya single mom, untuk menggunakan Komunitas YANA sebagai wadah untuk keluar dari diri sendiri.

“Itu sudah dibuktikan dengan berbagai kegiatan sosial, tetapi terus menerus juga menghayati kehidupan sebagai perempuan-perempuan yang terberkati. Jadi hidup mereka kemudian menghasilkan buah, mungkin peralihan dari masa terpuruk menuju suatu keberlimpahan dengan memberikan terbaik yang mereka miliki dan sudah perlihatkan juga,” ungkapnya.

Sembilan Tahun

Menilik sejarah YANA, komunitas yang berada di bawah naungan Pertemuan Mitra Kategorial (PEMIKAT) KAJ ini berdiri pada tanggal 6 Februari 2015. Pendirinya adalah Helena Rahayu. Namun ia tak sendirian. Tiga perempuan lain – Fanny Rahmasari, Rita Wijaya, dan Rosari Ananta – serta Sekretaris Komisi Keluarga KWI saat itu, Romo Hibertus Hartono, MSF turut mendampingi pembentukan komunitas ini.   

Helena Rahayu (HIDUP/Katharina Reny Lestari)

“Waktu itu kami masih dari rumah ke rumah. Tapi berita menyebar dari mulut ke mulut. Akhirnya kami harus sewa tempat. Dan kami memberanikan ini membuat rekoleksi untuk pertama kali, dan animo cukup besar. Single mom Katolik banyak yang tidak mau diketahui statusnya karena di masyarakat kita masih menjadi stigma. Kami ajarkan kepada mereka bahwa sebetulnya kita tetap single mom Katolik yang diberkati. Apa pun keadaan kita, Tuhan tidak pernah istilahnya menomorduakan. Dan kita juga bukan warga Gereja nomor dua, kita semua sama, equal,” ujarnya.

“Kami adakan setiap bulan satu kali pertemuan on site supaya kami saling bertatap muka dan mengenal satu sama lain. Ternyata dari situ kami juga mendapatkan insight baru lagi, mereka benar-benar tidak sendirian. Selain mereka tidak sendiri karena Tuhan beserta mereka, tapi mereka mendapat sahabat-sahabat baru yang sesama single mom Katolik.”

Seiring berjalannya waktu, Komunitas YANA mulai mengadakan berbagai kegiatan lain, termasuk rekoleksi. Ada pula Misa Remembering Beloved Husband. Uniknya, single mom yang berpisah dengan suami yang menyiapkan Perayaan Ekaristi ini.

(Ki-Ka) Pastor Yustinus Ardianto, Natalie Margareth, dan Donna Agnesia saat menyanyikan sebuah lagu pujian (HIDUP/Katharina Reny Lestari)

Di usia kesembilan tahun ini, Komunitas YANA telah memiliki sekitar 300 anggota. Selain di wilayah KAJ, ada pula beberapa anggota yang menetap di Australia dan Amerika Serikat.  

“Beberapa paroki di KAJ sudah mulai tergerak untuk mengadakan Misa khusus single mom. Misa merupakan salah satu cara untuk mengundang single mom,” ungkapnya. 

“Dan pada tanggal 1 Juni 2023 lalu kami membuat satu Misa khusus single mom Katolik di Katedral Jakarta bersama Bapak Kardinal. Hadir 1.250 single mom Katolik. Yang sangat mengharukan adalah mereka diberi kesempatan untuk menerima Komuni apa pun background-nya. Saya lihat banyak dari mereka terharu karena mungkin sudah cukup lama tidak menerima Komuni. Di situ benar-benar kami merasa itulah mengapa saat ini kami terus diutus untuk memberkati lebih banyak perempuan. Dan ini salah satu mimpi kami dan hari ini terwujud. Semua kasih dan anugerah Tuhan.”

Katharina Reny Lestari  

2 KOMENTAR

  1. Sungguh luar biasa sy meng apresiasi kegiatan ini serasa hdp sbg peremuan dihargai di dengar di berkati .
    Mmg tdk mudah membangun komunitas seperti ini dgn berbgai komplex persoalan ingin berbg kpd siapa hati ini u di dengar ..trimakadih Tuhan engkau hadirkan perempuan2 hebat dan hingga kuat ini srmua krn campur tanganMu dan engkau menolongnya.sy terharu kala itu hadir sbg singel perent ada rasa bersyukur meskipun sendiri ternyata bnyk yg lebih susah drku tp mrk happy.All the best YANA smg jd brrkat u bnyk org .gbu.tetap semangat dlm hdp mengreja.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles