web page hit counter
Jumat, 20 September 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Perlunya Pendampingan Orang Tua yang Efektif terhadap Anak di Zaman Milenial: Lima Bahasa Kasih dalam Menjalin Hubungan Positif dengan Anak

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – Generasi anak-anak usia sekolah disebut generasi Z, generasi anak-anak dari dalam kandungan sudah mengenal dunia digital. Maka tidak mengherankan kalau anak-anak zaman sekarang sangat lekat dengan gadget. Mereka dengan sangat mudah mencari segala macam informasi melalui dunia maya. Hal ini menjadi suatu hal yang lumrah. Di dunia pendidikan pun peserta didik bisa belajar dengan memanfaatkan teknologi informasi untuk mengerjakan tugas dari guru. Dalam pendampingan, orang tua tentu saja akan mengikuti perkembangan zaman yang ada.

Untuk sedikit memberikan penyegaran bagi orang tua dalam hal bagaimana mendampingi anak-anak mereka secara efektif di zaman milenial ini, SMP Tarakanita Citra Raya menyelenggarakan parenting untuk orang tua peserta didik kelas VIII dan IX dengan tema “Pendampingan Orang Tua yang Efektif terhadap Anak di Zaman Milenial” dengan narasumber Alexandra Teresia, seorang dosen di Universitas Pelita Harapan.

Sebelum seminar berlangsung, Katarina Daryati selaku Kepala SMP Tarakanita Citra Raya memberikan pengantar sekaligus menyampaikan review tentang Value Preposition Sekolah Tarakanita Wilayah Tangerang dari TK sampai SMA, termasuk di dalamnya SMP Tarakanita Citra Raya.

Daryati menyampaikan bahwa SMP Tarakanita Citra Raya mempunyai value preposition (VP) “Community of Research”. Sekolah Tarakanita Wilayah Tangerang memilih VP ini dengan pertimbangan bahwa VP ini sebagai jawaban atas kebutuhan tantangan zaman di era industri 5.0 perlu mendorong peserta didik agar memiliki keterampilan abad 21, Sekolah Tarakanita Tangerang memiliki kekuatan baik dari intern maupun ekstern sehingga dari kekuatan yang ada dapat dioptimalkan untuk mendorong eksistensi Tarakanita kini dan masa yang akan datang, dan perlunya daya pembeda yang menjadi kekhasan Sekolah Tarakanita Wilayah Tangerang.

Dalam paparannya Alessandra Teresia menyampaikan bahwa dalam mendampingi anak-anak di zaman milenial ini berbeda dengan zaman orang tua saat masa remaja. Tentunya orang tua akan lebih memahami dan mempunyai strategi yang tepat dalam mendampingi anak. Pola komunikasi dari generasi ke generasi mengalami pergeseran. Anak-anak zaman sekarang hampir semua dikenalkan dengan handphone. Hal ini tidak menjadi masalah manakala orang tua mempunyai pemahaman dan diberi batasan-batasan yang jelas.

Lebih lanjut, ia menyampaikan gambaran bagaimana pola asuh anak di zaman now. Menurutnya, teknologi penting dikenalkan kepada anak-anak tetapi teknologi tidak bisa menggantikan relasi antara orang tua dengan anak. Parenting butuh relasi, komunikasi dua arah, bukan dari orang tua saja. Parenting itu tidak instan, jadi ada prosesnya. Misalnya kalau anak melakukan kesalahan, bagaimana menyelesaikannya. Penyelesaian masalah bisa dilakukan dengan diskusi sehingga anak paham dan akan terbiasa menanamkan nilai-nilai yang baik.

Dikatakannya, orang tua juga bisa menjalin relasi dengan anak dengan bahasa kasih. Bagaimana supaya anak bisa merasa dikasihi, merasa dipentingkan. Di masa sekarang, anak butuh sahabat yang bisa menjadi tempat curhat anak. Apalagi mendampingi anak di usia remaja. Anak-anak remaja merupakan masa di mana mereka dalam proses mencari jati diri. Kalau mereka tidak punya tempat untuk cerita, akan menjadi masalah bagi anak-anak. Sebagai orang tua, bagaimana bisa mendukung anak-anak secara emosional. Apa yang bisa menyentuh hati anak-anak. Bahasa kasih menjadi indikator untuk seseorang merasa dicintai.

Menurutnya, ada lima bahasa kasih yang  bisa diterapkan dalam menjalin hubungan yang positif dengan anak.

  1. Kata-kata penegasan. Orang-orang dengan bahasa kasih ini senang mendengar kata “aku mencintaimu, aku sayang padamu, apalagi kata-kata itu disampaikan melalui kotak surat, surat cinta atau disampaikan secara langsung. Kata-kata cinta dan penuh kasih sayang yang diucapkan seperti “teroma kasih”, “kamu baik sekali”. Kata-kata ini sangat berarti bagi orang-orang.
  2. Waktu yang berkualitas. Seseorang yang memiliki bahasa kasih ini biasanya menginginkan perhatian penuh. Mereka merasa dicintai ketika seseorang hadir dan fokus ketika bersama dirinya. Menghabiskan waktu bersama remaja adalah kebersamaan, memperhatikan satu sama lain, berbagi sesuatu yang bermakna sama, mendengarkan, dan berkomunkasi.
  3. Sentuhan fisik. Orang-rang yang mempunyai bahasa kasih pada sentuhan fisik akan senang jika disentuh tangannya, lengannya, atau dipijit ketika mereka merasa lelah. Sentuhan fisik adalah cara yang paling langsung untuk mengkomunikasikan cinta dan kasih sayang.
  4. Pemberian hadiah. Pemberian hadiah menunjukkan cinta dan kasih sayang. Mereka menghargai tidak hanya hadiah itu sendiri tetapi juga waktu dan usaha yang diberikan oleh si pemberi hadiah. Orang yang senang menerima hadiah sebagai bagian dari bahasa cinta utama mereka.
  5. Tindakan melayani. Orang dengan bahasa kasih ini senang untuk dilayani, seperti dibantu dibawakan barang, dibantu dalam mengerjakan tugas, dan sebagainya. Contoh hal-hal yang sederhana seperti menyediakan sarapan, membantu mengantar mereka ke suatu tempat akan sangat menyenangkan bagi mereka.

Di akhir seminar, ia memberikan kuis sederhana bagi orang tua. Orang tua menjawab beberapa pertanyaan. Hasil jawaban dihitung kemudian dijelaskan kepada orang tua berkaitan dengan hasil kuis.

Sebagai kesimpulan, ia menyampaikan bahwa bahasa kasih tidak hanya penting untuk mengenal kebutuhan diri sendiri, tetapi bisa membantu kita untuk menjalin relasi yang lebih baik dengan orang lain, pasangan, atau anggota keluarga lain.

Kegiatan selanjutnya adalah informasi kegiatan sekolah yang disampaikan oleh para Wakil Kepala Sekolah (WKS Kurikulum, WKS Kesiswaan) dan informasi pendampingan walikelas. Dalam kegiatan ini ada interaksi tanya jawab sehingga informasi sekolah selama satu tahun benar-benar dipahami oleh rang tua. Harapannya kerja sama antara sekolah dan orang tua berjalan secara harmonis. Orang tua dan sekolah memiliki tujuan yang sama menghantarkan dan mendampingi peserta didik sehingga mereka bisa mengembangkan kecerdasan secara integral secara maksimal.

Agatha Gorenti Kismiyati
Wakil Sekolah Bidang Sarana Prasarana dan Kehumasan
SMP Tarakanita Citra Raya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles