HIDUPKATOLIK.COM – Kunjungan Apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia pada bulan September 2024 nanti, akan membawa misi dialog dan perdamaian, sebagai misi sentral Gereja Katolik di Dunia, dan itu akan disampaikan untuk bangsa Indonesia.
Wakil Ketua Yayasan Nostra Aetate, Dikasteri Dialog Antar Umat Beragama Vatikan, Desk Wilayah Asia-Pasifik Pastor Markus Solo Kewuta, SVD menyampaikan hal tersebut dalam acara diskusi publik yang diselenggarakan oleh Lafadz Nusantara Center, Sabtu 20 Juli 2024, di Megantara Edupark, Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten.
“Paus Fransiskus ini datang ke Indonesia bukan hanya untuk Gereja Katolik tapi untuk bangsa Indonesia. Misi yang akan dibawa oleh Paus Fransiskus adalah dialog, yang itu adalah misi sentral Gereja. Karena bagaimana pun di Indonesia ini yang namanya Dialog Lintas agama ini sudah menjadi bagian dari live style dan itu sudah menjadi bagian dari keseharian kita,” katanya melalui zoom.
Padre Markus berpandangan bahwa, terdapat tiga misi yang akan disuarakan oleh Paus Fransiskus pada saat berkunjung ke Indonesia.
Tiga ensiklik tentang misi sentral Gereja Katolik yang akan disuarakan itu kata Pastor Markus, di antaranya, tentang Ensiklik Lumen Fidei (Cahaya Iman), Laudato dan Fratelli Tutti (Persaudaraan Universal).
“Saya ingin memaknai kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia ini dalam tiga ensiklik, yakni Lumen Fidei (Cahaya Iman) pendekatan ini adalah hal mendasar dalam membangun dialog,” katanya,
” Melaui Laodato Si’, Paus Fransiskus ingin mengangkat tanggung jawab kita bersama sebagai umat beragama yang berbeda-beda ini, bahwa lingkungan hidup ini adalah tanggung jawab kita masing-masing. Paus Fransiskus menyebut bahwa, bumi ini adalah rumah kita semua. Jadi dalam ensiklik ini Paus ingin mengajak kita semua membangun aliansi moral,” ujarnya.
“Fratelli Tutti yakni tentang persahabatan sosial dan Human Fraternity. Di sini Paus Fransiskus menekankan bahwa, seharusnya seluruh umat manusia ini bersatu, karena kita semua ini adalah bagian dari kesatuan manusia yang global. Agama kita boleh berbeda, tapi kemanusiaan kita tetap satu,” katanya.
“Dialog ini bisa dilakukan banyak hal, baik itu dialog kehidupan, dialog kolaborasi, dialog kerja sama atau pun dialog refleksi. Untuk memajukan dialog ke arah yang lebih positif maka ada dua hal yang harus dilakukan yakni, rasa saling menghormati dan persahabatan,” paparnya.
Diskusi Publik yang diselenggarakan Lafadz Nusantara Center (LNC) juga dihadiri Duta Besar RI untuk Takhta Suci Micheal Trias Kuncahyono, Ketua IRRIKA tahun 2017-2018 Pastor Leo Mali, Pastor Agustinus Heri Wibowo selaku Sekretaris Eksekutif Konferensi Waligereja Indonesia Komisi HAK, Akademisi Nahdhatul Ulama Kiai Taufik Damas, dan Moh. Shofan Direktur Program Ma’arif Institute.
Laporan Denyi Iskandar