Pastor, saya biasa berdoa Rosario. Nah, saya hitung rosario memiliki 59 manik-manik. Mengapa 59? Apakah angka ini memiliki makna tertentu? Mohon penjelasannya ya, Pastor.
Albert, Purwokerto
ALBERT yang baik, saya belum menemukan data persis mengenai asal-usul 59 manik-manik pada rosario. Santo Dominikus (Abad 12) biasanya disebut sebagai rasul istimewa doa dalam bentuknya yang sekarang, terutama dalam menghadapi heretik kaum Albigensian di Prancis, yang menolak iman tritunggal, inkarnasi, dan iman akan Maria Bunda Allah. Berbagai sumber menunjuk tradisi rosario muncul bersamaan dengan keinginan umat untuk mengidungkan mazmur, sebagaimana didaraskan biarawan-biarawati. Karena keterbatasan baca-tulis waktu itu, mazmur itu digantikan dengan Doa Salam Maria. Karena jumlah mazmur itu terlalu banyak (150), maka jumlah itu dibagi tiga sesuai dengan jumlah tiga peristiwa Yesus yang direnungkan. Pada zaman Santo Dominikus, 50 doa itu sering disebut Mazmur Maria. Jumlah ini tetap dipertahankan meskipun Paus Yohanes Paulus II telah menambahkan satu peristiwa lagi, yaitu peristiwa terang.
Sementara sembilan manik lainnya adalah tambahan, yaitu satu buah untuk Aku Percaya, lima buah untuk Bapa Kami, dan tiga manik lainnya berupa sapaan bagi Maria, yaitu dengan menghubungkannya dengan misteri Allah Tritunggal. Itulah sapaan pada Maria sebagai Putri Allah Bapa, Bunda Allah Putra, dan Mempelai Allah Roh Kudus. Pada kelima manik untuk Bapa Kami diucapkan juga Doa Kemuliaan, Terpujilah, dan Doa Fatima mohon pembebasan dari dosa dan dihindarkan dari api neraka.
Tradisi manik-manik sendiri merupakan kebiasaan religius yang umum dan tua. Saudara-saudari Yahudi, Islam, dan Buddha juga menggunakannya. Selain manik-manik, kita bisa menggunakan benda lain bahkan jari-jari kita sendiri. Manik-manik seringkali amat membantu khususnya agar tidak mudah kehilangan konsentrasi. Sementera hati tertuju pada misteri Yesus, dan mulut mengucapkan Salam Maria, jari-jari kita bagaikan menari melalui butiran rosario itu.
Meskipun sederhana, doa ini tidak kehilangan ciri keagungannya sebagai devosi gerejani yang luhur. Devosi ini dimulai dengan Syahadat, yaitu sebuah pernyataan kepercayaan akan Allah Tritunggal. Di dalamnya nama Maria disebut sebagai sang perawan yang terlibat dalam peristiwa inkarnasi. Demi keselamatan kita, Allah Putra “dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria.” Itulah sebabnya dalam tiga manik berikutnya, iman kita akan kedudukan Maria dalam misteri Tritunggal ditegaskan. Meskipun Maria tetaplah manusia saja, ia telah dipilih menjadi ibu yang istimewa berkat rencana keselamatan Allah. Pertama, ia adalah seorang Putri Allah Bapa, sama seperti kita, yang dipilih melalui perbuatan besar Bapa. Kedua, ia Bunda Allah Putra karena melahirkan Allah Putra, Sang Sabda, Juru selamat. Yang dilahirkannya adalah manusia sekaligus Allah. Pada manik ketiga, kita menyapanya sebagai mempelai Roh Kudus. Kita mengagumi keperawanannya, sebagai keterbukaan setia akan rahmat Roh Kudus. Berkat Roh Kudus itu pula ia menjadi Bunda Allah Putra. Sebagai Mempelai Roh Kudus, Maria mewakili Gereja seluruhnya yang sering disebut mempelai Allah. Seperti Maria, Gereja pun dilahirkan, dihidupkan dan dipersatukan oleh Roh Kudus ini.
Menyusul kemudian doa-doa gerejani lain: Doa Bapa Kami yang diajarkan Yesus; Doa Kemuliaan singkat, yang setidaknya sudah dikenal dalam pertentangan Gereja dengan Arianisme, sebuah aliran yang tidak mengakui keallahan Yesus dan Roh Kudus. Jadi kini dinyatakan dengan tegas iman Gereja yang benar, bahwa Allah sungguh-sungguh Tritunggal dengan kemuliaan yang sama bagi ketiga pribadi-Nya. Doa Terpujilah mengajak kita mengenang keluarga kudus, Yesus, Maria, dan Yosef. Sementara Doa Fatima ditambahkan kemudian melalui pesan Maria dalam penampakan di Fatima agar kita berdoa juga bagi pengampunan jiwa arwah orang beriman yang sudah meninggal.
Itulah kekayaan yang terangkum dalam ke-59 manik-manik rosario. Seperti selalu dikatakan, doa rosario adalah sungguh-sungguh doa gerejani yang kaya dan penuh iman.
Pengasuh: Pastor Gregorius Hertanto, MSC – Dosen di STF Seminari Pineleng, Sulawesi Utara
Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No. 28, Tahun Ke-78, Minggu, 14 Juli 2024