HIDUPKATOLIK.COM – “PAUS Fransiskus dalam Christus Vivit (Kristus Hidup) mengatakan, “Saya sedih melihat orang-orang muda yang sering didorong untuk membangun masa depan tanpa akar, seolah-olah dunia baru saja dimulai saat ini. Karena tidak mungkin seseorang tumbuh tanpa memiliki akar-akar yang kuat yang membantunya berdiri dengan baik dan menancap ke tanah. Mudah tumbanglah ketika seseorang tidak memiliki tempat untuk menancapkan dirinya, untuk berpegangan.”
Agenda rutin empat tahunan Temu Akbar (Tebar) Orang Muda Katolik di Keuskupan Sintang pertama-tama harus dibaca untuk menancapkan akar iman, persaudaraan, cinta tanah air dan kasih dan pengharapan yang kuat dalam diri orang-orang muda Katolik. Seruan Paus merupakan seruan untuk keberlanjutan dalam membangun Gereja yang kuat dan indah di generasi sekarang ke generasi berikutnya.
Tebar OMK 2024 mengusung tema “OMK Militan dan Berdaya Ubah”. Pertanyaan yang menyusul dari tema ini adalah, “Apakah OMK selama ini tidak militan?” “Apakah OMK selama ini loyo dan tidak berdaya untuk berubah dan mengubah?” Pertanyaan ini mendapat beragam jawaban.
Kita bisa menemukan ada sebagian OMK yang memang militan dan berdaya ubah. Hal ini dapat kita saksikan berbagai gerakan yang muncul ke permukaan seperti beberapa narasumber awam yang diundang panitia Tebar. Mereka adalah Priska Baru Segu sebagai komika, Valentinus Narung yang aktif dalam mengembangkan Credit Union, Albertus Gregory Tan yang membuat Gerakan Peduli Gereja Katolik dan mendirikan Yayasan Vinea Dei, Lidya Natalia Sartono yang menjadi anggota DPRD Provinsi, Jennifer Odelia yang menjadi content creator Katolik lewat akun media sosialnya.
Gerakan seperti mereka ini telah menunjukkan bahwa di kalangan kaum muda Katolik mereka mampu berkarya untuk Gereja dan masyarakat. Inspirasi dari pengalaman iman akan Kristus yang menunjuk kepada para murid “Jadilah terang dan garam dunia” mendorong mereka berkarya sesuai talenta yang diberikan Tuhan. Mereka sudah menapaki jejak militansi iman dan ajaran Gereja Kristus serta sudah tergolong dalam kelompok ‘kaum militan dan agen perubahan’.
Hanya saja kita tidak bisa juga menutup mata bahwa di kalangan kaum muda tidak sedikit yang hidup tanpa memiliki akar yang kuat seperti Paus Fransiskus katakan. Mereka dibiarkan tumbuh secara fisik tetapi kedalaman, formasi hati, perasaan dan kegigihan dalam iman minim bekal yang bisa mereka akses.
Dalam Misa Pembuka Tebar, Vikaris Jendral Keuskupan Sintang Pastor Leonardus Miau menyinggung soal persebaran kaum muda di Keuskupan Sintang yang memiliki 37 paroki dan tersebar di tiga kabupaten yang ada di Kalimantan Barat. Jika didata terdapat 302.000 lebih umat Katolik. Jika dari jumlah itu terdapat 5% saja kaum muda maka ada sekitar 15.000 orang lebih kaum muda yang ada di keuskupan ini. Jumlah yang cukup banyak namun tidak boleh dilupakan juga melimpahnya tugas Gereja dan semua kalangan agar membantu mereka berakar dalam hidup sehingga mereka tidak mudah tumbang dalam terpaan persoalan zaman ini.
Sejumlah persoalan kaum muda menjadi tantangan khusus yang menanti jawaban. Kurangnya militansi dan gagapnya hidup dalam kesetiaan pada jalan Tuhan bisa saja dikarenakan lilitan persoalan yang ada. Paus Fransiskus mengarahkan mata hatinya kepada banyak orang muda yang mengalami berbagai persoalan kemanusiaan zaman ini dan mengalami masa kekosongan akan pengharapan.
Paus mengungkapkan dalam pesannya kepada kaum muda 2023, “Sayangnya ada orang-orang muda seperti kalian, yang mana mereka hidup di tengah peperangan, kekerasan, penganiayaan, dan kegelisahan yang lain, mereka dilanda keputusasaan, ketakutan, dan depresi. Mereka merasa berada dikurung dalam sebuah penjara yang gelap yang tidak memiliki kemungkinan untuk melihat cahaya matahari.”
Persoalan kaum muda di tingkat lokal pun menampakkan hal yang senada. Persoalan-persoalan yang menimpa kaum muda kita tidak boleh disepelekan. Salah satu bentuk menyepelekan persoalan ialah dengan tiadanya program yang membantu mereka mengatasi persoalan-persoalan mereka. Bahasa Paus Fransiskus menarik, “Kita tidak bisa menjadi Gereja yang tidak menangis menghadapi tragedi yang dialami orang muda” (CV no. 75). Keterlibatan dan kehadiran Gereja bagi kaum muda menjadi kunci pertumbuhan Gereja kini dan ke depan.
Uskup Sintang, Mgr. Samuel Oton Sidin, OFM Cap mengungkapkan pentingnya membangun militansi iman di kalangan kaum muda agar memiliki akar dalam hidup keagamaan yang benar. “Militansi dan kemampuan untuk mengikuti tuntutan perubahan zaman dan tempat, serta kemampuam beradaptasi tanpa kehilangan jati diri dibutuhkan setiap orang, secara khusus kaum muda yang sedang menjalani proses pendewasaan untuk menjadi pribadi militan serta yang sanggup berubah sebagaimana mestinya” ungkap Uskup Sintang dalam pesan tertulis kepada peserta Tebar 2024.
Kegiatan-kegiatan untuk kaum muda agar mereka belajar mendengar dengan hati, membagikan hidup, bergembira, bernyanyi, mendengarkan kesaksian nyata dan mengalami perjumpaan dengan saudara-saudari yang berbeda suku dan agama seperti dalam Tebar Keuskupan Sintang 2024 memacu militansi iman yang inklusif dan mendukung tersedianya daya untuk berubah bagi diri sendiri dan mengubah sesama. Doa kita ialah; Semoga para pemuda kita diberkati, tumbuh gagah bagaikan pohon pada masa mudanya. Semoga para pemudi kita langsing bagaikan tiang berukir, bagaikan tiang hiasan istana (Mzm 144: 12).”
Sumber: Majalah HIDUP, Edisi 28, Tahun Ke-78, Minggu, 14 Juli 2024