HIDUPKATOLIK.COM – Yes.38:1-6, 21-22, 7-8; MT Yes.38:10,11, 12abcd,16; Mat.12:1-8
HIZKIA sangat sedih waktu mengetahui sakitnya akan membawa maut di saat ia merasa masih bisa berbuat banyak untuk rakyatnya. Dengan penuh kepasrahan ia berdoa kepada Allah supaya mengingat segala kesalehan hidupnya dan tindakan baiknya. Allah yang penuh kasih mendengarkan seruan iman dari Hizkia dan menyembuhkannya melalui tanda khusus, bayangan jarum jam yang berjalan mundur.
Kepekaan memahami situasi manusia konkret dan melakukan hal istimewa juga diperlihatkan Yesus saat berjalan bersama para murid yang kelaparan di ladang gandum. Pada hari Sabat orang tidak boleh bekerja, namun Yesus tidak menegur para murid-Nya yang memetik bulir gandum, menggisarnya dengan tangan, lalu memakannya. Secara kasat mata itu adalah bekerja, namun bagi Yesus, itu keadaan mendesak dan bukan untuk mencari nafkah, melainkan mempertahankan hidup. Situasi ini sudah cukup bagi Yesus untuk membiarkan para murid melakukan hal itu. Dialah Tuhan atas kehidupan, wajah Allah yang berbelas kasih kepada umat-Nya yang menderita dan lemah.
Keras dan kaku menurut hukum sering membuat manusia kehilangan perspektif iman akan Allah yang Berbelas kasih, Allah Pemurah dan Tuhan Kehidupan. Bagi Tuhan, kehidupan manusia di atas hukum, sekalipun hukum itu mungkin dari Allah. Pada akhirnya, Tuhanlah yang meraja atas hari Sabat dan hari Sabat ada untuk manusia, bukan manusia ditindas oleh hukum Sabat.
Pastor Paulus Toni Tantiono, OFMCap Dosen Pendidikan Agama Katolik/Etika Sosial Universitas Widya Dharma Pontianak