HIDUPKATOLIK.COM – Gereja Santo Petrus dan Paulus Sekadau, Kalimantan Barat dipenuhi lebih dari 500 umat yang menghadiri misa pelepasan jenazah Pastor Pietro Di Vincenzo, CP pada 12 Juli 2024. Misa ini dipimpin langsung oleh Uskup Sanggau, Mgr. Valentinus Saeng, CP.
Pastor Petrus, begitu ia dipanggil merupakan seorang misionaris asal Italia yang telah berkarya di tanah Borneo selama 50 tahun. Ia berpulang pada pagi hari 10 Juli 2024 dalam usia 83 tahun.
Pastor Petrus berasal dari Padula. Letaknya sekitar 200 kilometer dari Kota Roma. Ia ditahbiskan dikampung halamannya pada 14 Agustus 1970. Beberapa tahun kemudian, ia menggenapi panggilan sebagai misionaris dan berangkat ke Indonesia 25 Januari 1974.
Pastor Petrus memulai misinya di Pakit beberapa lama setelah belajar bahasa Indonesia. Ia ditemani P. Gabriel Ramoc Chiaro untuk turne bersama sembari belajar. Setelahnya, barulah ia melakukan perjalanan secara mandiri. Dalam setiap turne yang ia lakukan, ia terjun secara total untuk mengunjungi umat secara berkelanjutan. Bahkan, ia rela turne dari satu kampung ke kampung lainnya selama sebulan.
Saat pusat paroki berpindah ke Kecamatan Sungai Ayak ia pun menetap di sana hingga tahun 1992. Pada tahun 1992-2013 ia bertugas di Paroki Rawak. Setelahnya ia pindah ke Paroki St. Fidelis Sungai Ambawang dan menghabiskan masa tua di Biara Pasionis, Pontianak.
Dalam homili misa, Mgr. Valentinus membawa para umat untuk mengenang kembali pelayanan misi yang telah dilakukan oleh Pastor Petrus. Menurutnya ada beberapa hal yang dapat dipelajari dari pribadi Pastor Petrus.
Pertama, ia adalah seorang tokoh iman. Iman itulah yang membuatnya menjalani panggilan dan bergabung sebagai Pasionis untuk bermisi di tanah Borneo. Selama bertugas, ia pernah membuat mujizat dan berdoa untuk kesembuhan seorang anak yang sakit. Keluarga sudah berjuang melakukan pengobatan medis dan tradisional. Ketika mendapati Pastor Petrus berkunjung ke kampung mereka, ia dipanggil untuk mendoakannya. Keesokan hari, sang anak bangun, meminta makan dan sembuh. Akhirnya, iman Katolik tumbuh di kampung tersebut.
Kedua, ia merupakan tokoh pengharapan. Kata mendiang Pastor Petrus, “Tidak ada orang selamanya miskin, tidak ada orang selamanya bodoh”. Dalam setiap kesempatan turne, ia selalu mempromosikan agar anak-anak bersekolah. Maka, misi membangun asrama agar anak-anak dapat bersekolah dan tinggal di asrama. Pastor Petrus dikenang sebagai pribadi yang paling bersahabat dengan anak-anak asrama, karena ia menaruh pengharapan untuk masa depan lebih baik. Dan, harapan itu kini terwujud. Banyak anak-anak yang bersekolah di zamannya menjadi orang yang sukses.
Ketiga, Pastor Petrus pribadi yang pekerja keras. Mgr. Valentinus memberikan testimoni pengalaman menemani Pastor Petrus turne saat ia masih di sekolah dasar. Pernah, ketika air dalamnya seleher, ia hampir terperosok dengan membawa ransel Pastor Petrus, dengan sigap Pastor Petrus menariknya. Titik turne yang ditempuh bermacam ragam dan selalu memakan waktu lebih dari sebulan. “Ia seorang pekerja keras untuk gereja dan Tuhan,” ungkap Mgr Valentinus. Keempat, Pastor Petrus seorang tokoh yang sederhana. Sejak pertama kali bermisi di tanah Borneo ia terbiasa tidur beralaskan tikar atau bidai dan kesederhanaan itu terbawa hingga masa tuanya.
Dalam penutup homilinya, Mgr. Valentinus mengajak semua umat yang hadir untuk melanjutkan warisan yang sudah Pastor Petrus tinggalkan. “Yesus menyertai ia seumur hidupnya, karena ia percaya sepenuhnya pada penyelenggaraan Tuhan. Maka warisan iman ini penting kita bawa. Kita menjaga iman kepada Tuhan dan menjaga pengharapan kita. Maka, marilah bersama-sama kita mengubah diri menjadi pribadi yang baik, pribadi yang berguna, pribadi yang melayani, pribadi yang peduli dengan orang lain, karena iman yang sejati adalah iman yang hidup seperti yang dilakukan oleh Pastor Petrus,” pesannya.
Selain itu, dalam Misa pelepasan hadir pula Pastor Aloysius Adiantus CP, selaku Wakil Provinsial Pasionis Provinsi “Regina Pacis” Indonesia.
Dalam sambutannya, Pastor Adiantus mengungkapkan Kongregasi Pasionis merasa sangat kehilangan seorang figur misionaris teladan yang akrab dengan sepeda, ransel dan rimba. “Kami menerima banyak ucapan bela sungkawa yang mengungkapkan kesan bahwa Pastor Petrus sangat dikenal dan dikenang. Tadi kita memutar kembali kenangan dan kita terpana dengan warisan yang telah ia tinggalkan. Iman yang tertanam kuat dan kehidupan yang semakin berkembang. Kami pun mengucapkan terima kasih kepada keluarga Pastor Petrus yang telah memperkenankan beliau untuk meninggalkan tanah airnya dan menjadi misionaris. Juga kepada semua yang telah memberikan perhatian dengan kepedulian penuh cinta kepada Pastor Petrus.”
Akhirnya, teriring banyak doa dari orang-orang yang mengasihinya, Pastor Petrus diantar ke peristirahatan yang terakhir dan mewujudkan keinginannya untuk meninggal di tanah misi tempat ia berkarya selama 50 tahun.
Ciao, Pastor Pietro Di Vincenzo, CP. Kami percaya engkau telah bahagia di surga. Jadilah pendoa bagi kami yang masih berziarah di dunia ini.
Angela Januarti (Kontributor)