Puncak Perayaan 100 Tahun WKRI di Sulut Semarak, Peserta dan Undangan Membludak

168
Penampilan Tari Selendang Biru oleh 1.000-an anggota WKRI. (HIDUP/Lexie Kalesaran)
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) Sulawesi Utara berhasil menggelar secara sukses dan semarak acara puncak perayaan 100 Tahun WKRI di Lapangan Pohon Kasih Kompleks Megamas Manado, Sabtu (29/6/2024).

Beberapa acara diadakan di momen istimewa itu , di antaranya Misa Syukur, Sambutan-sambutan, Peluncuran Buku Kenangan 100 Tahun WKRI dan 74 Tahun Dewan Pengurus Daerah Sulawesi Utara, Pelepasan Balon ke Udara, Pertunjukkan Tari Selendang Biru, Makang Siang Bersama dan Lomba Defile.

Pelepasan balon ke udara oleh para Pastor, DPD, Panitia Pelaksana dan Ketua-ketia WKRI Cabang. (HIDUP/Lexie Kalesaran)

Misa Syukur yang dipimpin Vikjen Keuskupan Manado Pastor Agus Sumarauw  didampingi 20-an imam ini diawali perarakan pemain drum band, pembawa bendera merah putih dan bandel WKRI dan diikuti Ketua dan Wakil Ketua WKRI Cabang, DPD WKRI, Panitia Pelaksana, PPA dan para imam/Pastor, yang berjumlah sekitar 180.

Memberikan sambutan pada acara itu, Ketua Presidium DPD Sulut Meity Rampengan, Vikjen Keuskupan Manado dan Gubernur Sulut Olly Dondokambey, yang diwakili Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Sulut Wilhelmina Jasinta Nova Pangemanan.

Penyerahan Buku Kenangan 100 Tahun WKRI dan 74 Tahun DPD Sulawesi Utara oleh Ketua Tim Kerja Penyusun Buku Selvie Rumampuk di dampingi Presidium DPD Sulut dan Panitia Pelaksana kepada Vikjen Keuskupan Manado Pastor Agus Sumarauw. (HIDUP/Lexie Kalesaran)

Peluncuran Buku Kenangan ditandai penyerahan buku oleh Selvie Rumampuk selaku Ketua Tim Kerja Penyusunan Buku di dampingi Presidium DPD kepada Vikjen.

Peluncuran balon dilakukan para Pastor, Presidium DPD, Panitia Pelaksana, dan Ketua-ketua WKRI Cabang. Peragaan Tari Selendeng Biru dilakukan oleh sekitar 1.000 anggota WKRI.

Lomba Defile mengitari sebagian kompleks Megamas dilakukan setelah makan siang bersama. Sebanyak 8.000-an anggota WKRI dari 55 Cabang (3 cabang berhalangan hadir) mengikuti lomba ini di mana masing-masing Cabang mempertunjukkan kreativitas dan keistimewaannya seperti menampilkan tari tradisional, produk-produk daerah,

Pelepasan salah satu peserta lomba defile oleh salah satu pastor yang hadir pada acara tersebut. (HIDUP/Lexie Kalesaran)

Turut hadir pada acara puncak ini, di antaranya Pembimaskat Kanwil Depag Sulut Joula Makarawung, sejumlah suster, frater, bruder, pimpinan organisasi kategorial gereja seperti PK, PMKRI, ISKA, KBK dan LC, sejumlah undangan lainnya seperti Ketua WKI Sinode GMIM Pnt Nining Lumanaw, Pimpinan Dharma Wanita Sulut.

Dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Sulut Wilhelmina Jasinta Nova Pangemanan, Gubernur Sulut Olly Dondokambey menegaskan, perayaan 100 tahun WKRI ini memiliki makna yang mendalam. Seabad bukanlah waktu yang singkat. Ini adalah bukti nyata dan keteguhan, kesetiaan dan dedikasi WKRI dalam mengembang visi dan misi organisasi.

Perarakan mengawali Misa Syukur. Sekitar 180 orang ikut dalam perarakan ini. (HIDUP/Lexie Kalesaran)

“Atas nama Pemerintah Daerah Sulut dan pribadi, saya menyampaikan selamat kepada seluruh anggota WKRI yang telah mencapai usia seabad. Usia yang penuh dengan dedikasi, komitmen dan perjuangan dalam membangun karakter bangsa yang beradab, ” ujar Pangemanan, mengutip Gubernur,

Kepada Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) Sulut, Gubernur berharap untuk terus menjadi agen perubahan yang inspiratif dan berdampak positif bagi masyarakat.

“Teruslah berinovasi dan berkontribusi dalam berbagai aspek kehidupan. Semoga semangat dan dedikasi yang telah ditunjukkan selama 100 tahun ini dapat terus berlanjut dan seakin menguat di masa mendatang,” pinta Gubernur.

Vikjen Keuskupan Manado Pastor Agus Sumarauw melepas salah satu peserta Lomba Defile yang diawali Tari Kabasaran. (HIDUP/Lexie Kalesaran)

Gubernur mengakui kontribusi WKRI termasuk WKRI Sulut bagi pembangunan bangsa tidaklah kecil. Di Sulut kontribusi itu terlihat pula dalam bentuk sinergitas dengan pemerintah dalam bidang pembangunan.

Oleh karena itu, Gubernur mengajak seluruh anggota WKRI terus bersinergi dengan pemerintah dalam setiap lini pembangunan. Terutama dalam upaya meningkatkan kualitas manusia Sulut melalui pendidikan generasi muda.

Menyinggung tema peringatan 100 tahun ini yakni Geraknya budi, membangun pribadi, mewujudkan peradaban kasih, Gubernur menegaskan, sangatlah relevan dan bermakna. “Esensi 100 tahun Wanita Katolik adalah perjalanan panjang dalam mengamalkan nilai-nilai moral dan etika yang luhur,” sebutnya.

Dalam konteks ini, jelas Gubernur, geraknya budi, mencerminkan dinamika kebijaksanaan yang selalu berkembang. Membangun pribadi berarti menciptakan individu yang berintegritas. Mewujudkan peradaban kasih adalah tujuan akhir dari segala upaya yaitu membangun masyarakat yang penuh kasih dan harmonis.

Vikjen Keuskupan Manado Pastor Agus Sumarauw saat memberikan sambutan mewakili Uskup Manado Mgr. Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC. (HIDUP/Lexie Kalesaran)

Vikaris Jenderal (Vikjen) Keuskupan Manado Pastor Agus Sumarauw dalam sambutannya mewakili Uskup Manado Mgr. Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC mengatakan, ada rasa bangga bahwa 100 tahun yang lalu ada awam Katolik R. Ay Maria Suryadi Darmosaputro Sasradiningrat (RA Sulastri) telah melihat jauh ke depan tentang kiprah kaum wanita. Beliau ingin meningkatkan martabat wanita Indonesia atas dasar iman Katolik.

Sulastri, menurut Pastor Agus, menginginkan supaya wanita Katolik Indonesia dapat menjadi anggota gereja yang beriman dan militan dan anggota masyarakat yang berkarakter dan penuh tanggung jawab seperti, antara lain terbaca pada mars WKRI. Maka dia mendirikan suatu organisasi wanita Indonesia yang Katolik.

“Sungguh amat membanggakan inisiatif dan lebih membahagiakan lagi bahwa sesudah 100 tahun, ormas ini telah tumbuh dan berkembang dengan pesat,” ujar Pastor Paroki Raja Damai Tikala sekaligus Penasehat Rohani WKRI Cabang Raja Damai Tikala Manado ini.

Disebutkan, Ormas WKRI ini adalah organisasi Katolik yang benar-benar hidup, berjalan lancar dan berkembang terus dan selalu eksis sepanjang tahun. Semboyan Pro ecclesia et patria amat mewarnai ormas ini yang hidup dan aktif terus di Keuskupan Manado.

Partisipasinya dalam karya pastoral gereja amat nyata. Mereka adalah mitra yang amat aktif bagi para pastor. Mereka bukan hanya aktif dalam karya-karya sosial kemasyarakatan tetapi juga ambil bagian banyak dalam perayaan liturgi gereja dan bentuk-bentuk karya pewartaan lain.

“Kita berharap, organisasi ini akan semakin solid, tumbuh dan berkembang lebih subur. Semoga para anggota semakin bersatu dan semakin mendalami cita-cita founding mothers (ibu pendiri),” ujar mantan Prokur Keuskupan Manado dan Pastor Paroki Hati Tersuci Maria Katedral Manado ini.

Sejumlah undangan di antaranya Gubernur Sulut yang diwakili Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Sulut Wilhelmina Jasinta Nova Pangemanan, Pembimaskat Kanwil Depag Sulut Joula Makarawung, Ketua WKRI Sinode GMIM Nining Lumanauw hadir pada acara puncak peringatan 100 Tahun WKRI yang diselenggarakan WKRI Sulut. (HIDUP/Lexie Kalesaran)

Semoga lewat WKRI, semua anggota dibentuk menjadi pribadi-pribadi yang matang sebagai anggota masyarakat, anggota gereja dan anggota inti keluarga. Hal ini perlu supaya dapat berjalan bersama semua orang lain untuk bisa membangun pribadi-pribadi dan bersama mewujudkan peradaban kasih di bumi Indonesia sebagaimana tema perayaan mulai ini.

Ketua Panitia Pelaksana Neltje Eman (Presidium 1 DPD WKRI Sulut) dalam laporannya menjelaskan kegiatan-kegiatan yang telah panitia laksanakan dalam rangka 1 abad WKRI, yang jatuh pada 26 Juni.

Di antaranya, Jalan salib di Bukit Doa Mahawu, Penghijauan di beberapa kabupaten/kota, Pembukaan Doa Rosario Mei 2022, misa dan Paskah bersama di Bukit Doa Kelong Kakaskasen, Doa Rosario bersama Oktober 2022 di Bukit Doa Mahawu, Paskah bersama 2023 dan lomba jalan sehat di Kawasan Megamas.

Lomba line dance, penanam pohon, gotong royong, pembuatan MCK umum dan bedah rumah, Memberikan bansos kepada korban erupsi Gunung Ruang, bansos tanah longsor dan banjir bandang, kunjungan sosial ke panti asuhan, seminari-seminari, panti tuna grahita, panti werda.

Terselenggaranya kegiatan-kegiatan dalam rangka 100 Tahun WKRI ini, menurut Sekretaris Panitia Pelaksana Emy Maturbongs, dikarenakan adanya penyelenggaraan Tuhan dan dukungan dari banyak pihak termasuk pimpinan Keuskupan Manado dan jajarannya (Kevikepan dan paroki), Pemda, pihak sponsor, internal WKRI di daerah ini (DPD, DPC dan Pengurus Ranting) termasuk teman-teman panitia dan lainnya.

DPD dan Panitia Pelakaana, sebut Emy ketika berbincang dengan HIDUPKATOLIK, tak menyangka akan membludak kehadiran orang pada acara puncak inj, yang menurutnya dihadiri lebih dari 10.000 orang, padahal perkiraan Panitia Pelaksana hanya sekitar 10.000 orang. Beruntung, Panitia Pelaksana sudah mengantipasinya.

“Puji syukur kepada Tuhan karena dengan penyelenggaraanNya dan didukung banyak pihak, acara dalam rangka 100 Tahun Wanita Katolik RI yang diselenggarakan WKRI Sulut lewat panitia pelaksana dapat berjalan dengan baik, lancar dan sukses. Terima kasih untuk semuanya itu,” ujarnya di dampingi Wakil Ketua Panitia Telly Mathilda Kapoh (Presidium 2 DPD WKRI Sulut), usai acara puncak.

 

Lexie Kalesaran (Kontributor, Manado)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here