Uskup Agung Palembang, Mgr. Yohanes Harun Yuwono: Agar Kaum Muda Makin Trengginas

62
Orang Muda Katolik berjalan bersama Uskup Agung Palembang, Mgr. Yohanes Harun Yuwono dalam defile Pembukaan IYD. (Foto: Dok Panitia)
5/5 - (3 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – Minggu, 30 Juni 2024 Hari Minggu Biasa XIII Keb.1:13-15; 2:23-24; Mzm.30:2,4,5-6,11,12a,13b; 2Kor.8:7,9,13-15; Mrk.5:21-43 (panjang) atau Mrk.5:21-24, 35b-43 (singkat)

PERIKOP ini Yesus diminta oleh Kepala Rumah Ibadah untuk menyembuhkan anak perempuannya yang sedang sakit. Ketika Yesus menuju ke rumah orang itu, Dia dijamah oleh seorang perempuan yang sakit pendarahan. Perempuan itu menjadi sembuh padahal sudah berobat ke mana-mana penyakitnya tidak sembuh bahkan makin menjadi buruk.

Pada saat Yesus sedang berdialog dengan perempuan tersebut, datang berita anak Kepala Rumah Ibadah tadi sudah meninggal. Namun Yesus tetap datang. Ketika di rumah Kepala Rumah Ibadah, Yesus mengingatkan orang-orang yang sedang menangis agar berhenti menangis, karena anak itu tidak mati melainkanhanya tidur. Yesus ditertawakan oleh orang-orang tersebut. Lalu Yesus menyuruh mereka semua keluar. Dia kemudian menghidupkan anak perempuan tersebut dan meminta keluarganya untuk memberi dia makan. Dikatakan usianya sudah 12 tahun.

 Tidak Diskriminatif

Jika kita menyimak Injil dengan baik, di banyak perikop kita menemukan bahwa Yesus sangat menyayangi anak-anak dan orang muda. Ketika para murid-Nya melarang anak-anak datang kepada-Nya, Yesus malah memarahi para murid-Nya dan meminta anak-anak itu datang kepada-Nya dan Dia memberkati mereka (Mat. 19: 13-15, par). Yesus bahkan mengumpamakan orang yang akan masuk Kerajaan Allah adalah mereka yang mempunyai sikap seperti seorang anak (Mat. 18: 2).

Ketika anak perempuan kepala rumah ibadah mati (Mat. 9: 18-19, 25) atau anak lelaki seorang janda dari Nain diusung ke pemakaman (Luk. 7: 11-17), Yesus menghidupkan mereka. Yesus juga menyembuhkan anak perempuan seorang asing (Mrk. 7: 24- 30) dan anak laki-laki yang sakit ayan (Mat. 17: 14 – 21). Yesus tidak berlaku diskriminatif terhadap anak laki-laki maupun anak perempuan.

Hal yang sama juga untuk orang dewasa. Dia menyembuhkan bukan hanya perempuan yang sakit pendarahan, melainkan juga orang laki-laki yang buta atau yang lumpuh. Dia menyembuhkan laki-laki yang kerasukan setan (di kuburan itu), tetapi juga perempuan (yang kerasukan 7 roh jahat). Dia menyembuhkan anak orang Yahudi (anak kepala rumah ibadah) maupun anak orang asing (anak kepala pasukan). Dia memuji orang Yahudi yang beriman (“Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah” Mrk 12: 28b), maupun orang asing (“Iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel” Mat 8: 10).

Yesus sangat prihatin jika kaum muda tumbuh salah arah. Misalnya, Yesus menyayangkan bahwa dari 10 gadis penerima tamu, ada 5 orang yang tidak bijaksana (Mat. 25: 1-13). Perumpamaan tentang anak yang hilang, selain mengungkapkan kerahiman Allah, adalah juga keprihatinan pada anak-anak bersaudara (kakak-adik) yang bermusuhan, yang masing-masing mempunyai kesalahannya sendiri yang seharusnya tidak boleh terjadi pada sesama orang bersaudara (Luk. 15: 11-32). Anak sulung mendapatkan teguran yang keras yang mengingatkan kita akan kisah Kain dan Habel dalam Kej. 4: 1 – 16.

Anak sulung seharusnya menjadi teladan hidup bagi adik-adiknya. Orang muda yang pergi dengan sedih dan tidak jadi mengikuti Yesus pastilah juga membuat Yesus sedih sampai mengatakan, “Lebih mudah seekor unta masuk melalui lubang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam kerajaan Allah” (Mat. 19: 22, 24). Tuhan pastilah berterima kasih pada anak muda yang membawa 2 ekor ikan dan 5 ketul roti yang kemudian digandakan untuk mengenyangkan 5000 orang (Yoh. 6: 1-21, par).

Siapa yang harus bertanggung jawab terhadap anak yang salah arah? Dengan sangat keras Yesus mengatakan, “Barang siapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut” (Mat. 18: 6; Mrk. 9: 42; Luk. 17: 2). Kata “barang siapa” menunjuk ke semua orang, bukan hanya ke orang tua anak. Itu artinya setiap orang dewasa dituntut bertanggung jawab terhadap setiap generasi muda. Karena itu Christus Vivit (CV), yang dikeluarkan oleh Bapa Suci bukan hanya ditujukan kepada kaum muda, melainkan kepada seluruh umat beriman.

Menyapa Kaum Muda

Secara khusus untuk kaum muda, Bapa Suci Puas Fransiskus mengeluarkan Anjuran Apostolik berjudul Christus Vivit (Kristus Hidup). Anjuran itu memang terutama ditujukan bagi kaum muda, tetapi sesungguhnya juga bagi seluruh umat beriman. Menurut Bapa Suci, Kristus sangat mencintai kaum muda. Kristus sendiri adalah kemudaan yang abadi. Dia siap kapan saja menemani kaum muda. Maka kaum muda tidak pernah boleh putus asa dalam menjalani kehidupan. Kristus hidup. Dia adalah harapan kita dan kemudaan paling indah dalam dunia ini. Apapun yang disentuh oleh-Nya menjadi muda, menjadi baru, dipenuhi hidup. Kristus hidup dan Dia ingin agar setiap kaum muda pun hidup (CV 1).

Lebih lanjut Bapa Suci menasihati kaum muda, “Segala pengalaman kelemahan dan kegagalanmu tidak membuat Dia menjauh darimu. Dia selalu ada di sampingmu dan memberimu kekuatan dan harapan kembali” (CV 2). “Orang muda dipanggil untuk hidup benar … bahkan untuk hidup dalam kekudusan. Dan semua orang, setiap generasi dan institusi harus mendukung usaha ini” (CV 3).

CV memang Anjuran Apostolik Bapa Suci. Namun surat ini adalah sari pati dari Sinode Luar Biasa Para Uskup pada Desember 2018 yang membahas masukan dan harapan dari  kaum muda dari seluruh dunia. Dengan kata lain, sesungguhnya kaum muda sendiri, di seluruh dunia, yang menginginkan dirinya hidup baik-baik. Maka kaum beriman dianjurkan untuk mendukung kehendak kaum muda tersebut agar dunia menjadi semakin baik untuk kehidupan bersama.

Bapa Suci juga menginginkan agar kaum muda trengginas atau cekatan, tidak lebay atau malas: “Orang-orang muda terkasih, saya akan berbahagia melihat kalian berlari dengan lebih cepat daripada mereka yang lambat dan takut. Teruslah berlari, “karena terpikat pada Wajah yang sangat kita kasihi, yang kita sembah dalam Ekaristi kudus dan kita kenali dalam tubuh saudara kita yang menderita … Dan ketika kalian sampai di tepat di mana kami belum sampai, hendaklah kalian sabar menanti kami” (CV 299).

Gereja Katolik melalui Konsili Vatikan II menaruh harapan besar kepada kaum muda bahwa mereka bukan hanya Gereja masa depan tetapi juga Gereja masa kini. Gereja masa kini yang akan terus berlangsung ke depan. Kapan pun Gereja akan hidup, jika kaum mudanya hidup. Namun harapan tersebut juga diiringi dengan kecemasan yang besar apakah harapan itu akan dapat terwujud. Sebab jika tidak mendapatkan pendampingan yang baik, kaum muda dapat dengan mudah terbawa arus semangat dunia yang sekular (bdk. Apostolicam Actuositatem, 12).

Dengan berbagai usaha pastoral terhadap kaum muda, Gereja menginginkan agar mereka akan menjadi bukan angkatan yang bengkok, berbelit-belit, jahat dan tidak setia (Bdk. Ul 32: 5; Mat 12: 39) melainkan angkatan yang terberkati (Bdk. Maz 14: 5; 22: 31).

Orang muda dipanggil untuk hidup benar … bahkan untuk hidup dalam kekudusan.

Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No. 26, Tahun Ke-78, Minggu, 30 Juni 2024

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here