HIDUPKATOLIK.COM- Sinergi antara Komisi Liturgi Kevikepan Yogyakarta Barat, Komisi Liturgi Kevikepan Yogyakarta Timur, dan PT Kanisius Yogyakarta dalam upaya mengisi kegiatan Formasio Iman Berjenjang dan Berkelanjutan terwujud dalam formasio bagi para lektor paroki/stasi. Kegiatan ini terlaksana beberapa waktu lalu (23/5/24) di Ruang Kepodang kompleks PT Kanisius Yogyakarta. Peserta yang mengikuti pembekalan ini 175 orang dari paroki di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Hadir sebagai narasumber dalam kegiatan ini adalah Pastor Bobby Steven Octavianus Timmerman, MSF (pengajar Kitab Suci) dan Antonius Riyanto (Komisi Liturgi Yogyakarta Barat). Pembekalan dibuka secara resi oleh Pastor E. Azismardopo Subroto, SJ (Direktur Utama PT Kanisius Yogyakarta).
Dalam harapannya kepada peserta, Pastor Azismardopo menyampaikan agar perjumpaan ini sungguh membantu para lektor yang terbiasa membawakan Sabda Tuhan di mimbar gereja, juga mampu membawakan Sabda Tuhan dalam hidupnya. Lewat kesaksian hidup dan pengalamannya sehari-hari, diharapkan para lektor sungguh menghidupi Sabda Tuhan dan menyatukannya dengan peristiwa keseharian yang nyata.
Pembawa Sabda Tuhan
Dalam perayaan liturgi di Gereja Katolik, khususnya Perayaan Ekaristi, keberadaan seorang lektor selalu menempati ruang perhatian Istimewa. Hal ini juga menjadi kesadaran baru untuk membantu umat menghadirkan Sabda Tuhan dalam peristiwa hidup keseharian. Namun, sebelum umat terbantu hendaknya para lektor juga menjadi teladan atau contoh yang menghidupi dan mengayati Sabda Tuhan dalam kehidupannya.
Keuskupan Agung Semarang secara khusus telah mengajak umat untuk mengolah dan memperdalam tema merayakan iman yang dekat/berakar dengan perayaan liturgi. Karena itu, aspek-aspek pendukung perayaan liturgi, khususnya para pelayan atau petugas liturgi hendaknya diberi perhatian khusus. Harapannya, mereka makin mampu terlibat dengan baik dan mewujudkan liturgi yang benar, baik, dan indah. Kebetulan pada tahun ini Keuskupan Agung Semarang menggemakan Formasio Iman Berjenjang dan Berkelanjutan (FIBB) di semua bidang reksa pastoral, termasuk bidang liturgi.
Menjadi Peristiwa
Dalam materi yang disampaikan Pastor Boby menjelaskan sejarah Kitab Suci sejak awal, pengertian, hingga bagian-bagiannya. Dengan membaca, seorang lektor akan belajar mengenali Sabda Tuhan dan akan bisa mengaitkan pengertian maupun perasaan dengan konteks situasi bacaan itu. Dengan demikian, saat membacakan Sabda Tuhan ia bisa membantu umat mengerti dan merasakan bagaimana Sabda itu merasuk dalam diri. Pada akhirnya, dengan pengertian yang baik, hidup umat akan diubah menjadi lebih baik. Ini sesuai dengan kesimpulan bahwa Kitab Suci adalah kitab iman dan kitab moral. Artinya, apa yang tertulis dalam Kitab Suci sebenarnya harus dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, Sabda Tuhan itu akan dinyatakan dan kebaikan serta belas kasih Allah tampak dalam hidup manusia.
Narasumber kedua memberikan beberapa catatan praktis dan teknis untuk membantu peserta menjadi lektor yang baik. Berangkat dari serba tiga maka ada beberapa aspek yang jika dipestakan selalu menjadi tiga aspek. Beberapa hal yang penting dalam pemahaman teknis misalnya tentang dinamika, tempo, intonasi. Komponen lain yang juga dibahas merupakan aspek penting yang perlu dikuasais eorang lektor.
Formasio Lektor
Kegiatan formasio lektor ini bertujuan membantu lektor memahami kitab suci Perjanjian Lama, Deuterokanonika, dan Perjanjian Baru sehingga dapat menghidupi Sabda dalam hidup pewarta (lektor); Sabda yang berdaya guna dan menjadi ‘peristiwa’ dalam hidup harian. Selain itu, memberi pemahaman mengenai spiritualitas pelayanan para lektor yang dibutuhkan untuk mendukung terwujudnya perayaan liturgi yang benar, baik, agung, dan indah.
Dari sisi sikap, formasio ini akan meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan, dan sikap para lektor agar mampu menjalankan tugas pelayanan dalam peribadatan sesuai harapan Gereja. Pada akhirnya, forum ini memberikan kesempatan saling bertukar pengalaman serta membangun paguyuban lektor kevikepan guna mewujudkan paguyuban yang inklusif, terbuka pada keterlibatan orang baru, serta memberi kesempatan kaderisasi para lektor di paroki.
Hal yang juga menarik dalam pembekalan itu ada stau paroki yang mengirimkan peserta paling banyak karena mewajibkan calon lektor paroki mengikutinya sebagai bagian pembekalan lektor baru.
Veronika Murwaningsih (Kontributor, Yogyakarta)