web page hit counter
Minggu, 24 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

KWI Bahas Peristiwa Besar Gereja dan Bangsa, Salah Satunya Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia September Mendatang

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – SIDANG tahunan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) tahun 2024 soroti berbagi isu dalam bingkai “Berjalan Bersama Membangun Gereja dan Bangsa”. Tema ini penting sebab kehadiran KWI sebagai representasi Gereja Katolik tidak hanya untuk membangun umat Allah tetapi juga masyarakat Indonesia lewat nilai-nilai Kristiani.

Dalam konferensi pers terkait peringatan 100 Tahun KWI sekaligus penjelasan soal hasil Sidang KWI, Jumat (17/5/2024), Sekretaris Jenderal KWI, Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM menjelaskan bahwa tema ini tidak jauh dari tema Sinode Para Uskup 2023-2024 tentang Sinodalitas: Persekutuan, Partisipasi, dan Misi. “Maka Sidang KWI ini turut melibatkan dan mendengarkan pandangan dari sejumlah pihak, seperti pandangan dan harapan umat terhadap KWI, kaum difabel, aktivis migran, aktivis perempuan, aktivis lingkungan hidup, orang tua, hingga kaum muda,” ujar Mgr. Paskalis.

Ketua dan Sekretaris Jenderal KWI, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC (tengah) dan Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM (kanan) saat konferensi pers. (Foto: Dok KWI)

Sebut Uskup Bogor ini, banyak peristiwa penting Gereja maupun bangsa mewarnai Sidang KWI ini. Ada beberapa hal yang mencolok adalah soal satu abad KWI, kunjungan pastoral Paus Fransiskus ke Indonesia, serta pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, serta Pilkada serentak.

Kunjungan Paus

            Mgr. Paskalis menambahkan KWI telah menetapkan makna kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia adalah faith (iman),fFraternity (persaudaraan), and compassion (kasih sayang). KWI melihat Paus merupakan sosok yang belas kasih dan memiliki iman yang kuat. Diketahui Paus akan berkunjung ke Indonesia tanggal 3-6 September 2024.

Lebih dari itu, kedatangan Fransiskus diharapkan menginspirasi bangsa dalam memberikan dan merawat kesejahteraan serta kedamaian. “Paus, seorang yang memperjuangkan persaudaraan manusia. Ia memberikan belas kasih, perhatian kepada kaum manusia. Jadi sosok yang datang ini memiliki iman yang kuat,” katanya.

Paus Fransiskus

Ungkapnya lagi, komitmen Paus adalah mengutamakan persaudaraan manusia tanpa melihat suku, agama dan lainnya. Beberapa kali Fransiskus mengapresiasi negara Indonesia yang memiliki keberagaman suku dan budaya. Maka momentum kedatangannya ke Indonesia adalah peluang mengeratkan lagi semangat persaudaraan, keberagaman yang mulai luntur karena berbagai persoalan. “Negara Indonesia memiliki warga negara yang beriman, sehingga kedatangan Paus Fransiskus akan memperkuat iman manusia. Maka tantangannya jangan sampai terjadi konflik dengan kehadiran Paus,” tuturnya.

Baca Juga:  PESAN NATAL KWI DAN PGI: “MARILAH SEKARANG KITA PERGI KE BETLEHEM” (LUK 2:15)

Uskup Bogor ini menilai agama yang dianut warga Indonesia dapat menjadi solusi mengatasi persoalan bangsa. Hemat KWI, kedatangan Paus ke Indonesia untuk melihat orang Indonesia yang beragam suku dan agama. “Sosok yang datang ini mengajak kita untuk menghargai persatuan,” pungkasnya.

Selain itu, lanjutnya, kedatangan Paus nantinya bisa menguatkan dan meneguhkan masyarakat Indonesia dalam membangun belarasa bagi sesama khususnya bagi mereka yang kecil dan tak berdaya. “KWI memberi makna kehadiran Paus dalam rangka menguatkan semangat belarasa bagi masyarakat yang kecil dan miskin.”

Indonesia Damai

            Dalam konteks Indonesia damai, KWI menegaskan, salah satu momen yang harusnya mengeratkan semangat persaudaraan adalah pelantikan presiden dan wakil presiden serta pilkada serentak Tahun 2024. KWI menyadari bahwa tahun politik 2024 belum usai, meski bangsa ini telah memiliki presiden dan wakil terpilih dan telah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum. Pada November nanti bangsa ini akan mengadakan pesta demokrasi pemilihan 548 kepala daerah yang terdiri dari 37 gubernur, 415 bupati dan 93 wali kota.

“Tahun 2024 menjadi tahun dengan suhu politik yang tinggi dan dari segi ekonomi menguras anggaran pusat dan daerah. Anggaran akan mencapai puluhan trilyun akan mubazir jika Pemilu tersebut tidak bisa memunculkan orang yang siap bekerja untuk kesejahteraan rakyat,” harap Ketua KWI, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC.

Baca Juga:  Keuskupan Tanjungkarang Memperoleh Tiga Imam Baru: Imam Tanda Kehadiran Allah

Ia mengemukakan, suhu politik saat pemilu cenderung menunjukkan turunnya kualitas demokrasi. Biaya politik mahal menggoda orang menempuh segala cara untuk mencapai tujuan untuk mengembalikan biaya yang dikeluarkan. Di sana –sini para calon juga tidak segan menerabas hukum, melakukan politik uang, menghalalkan nepotisme dan melanggengkan dinasti politik sehingga dapat membahayakan demokrasi. “Jika hal ini dibiarkan terus, harapan Indonesia Emas 2045 akan sulit tercapai.”

KWI berharap situasi damai akan bisa mengembalikan ekonomi yang tumbuh sehat, masalah sosial semakin berkurang, upaya pelestarian lingkungan hidup berjalan dengan baik, dan semua orang dapat bekerja dengan tenang. Dengan situasi ini, kata Mgr. Subianto, hidup manusia akan semakin bermartabat. Kepastian hukum yang didukung oleh penegah hukum yang profesional dan tidak memihak akan membantu menciptakan kondisi damai.

Di dalam negeri, situasi kerawanan keamanan di Papua juga mendapat perhatian serius KWI. Pada sebagian wilayah Papua masih terus menjadi konflik antara Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) dan aparat, sehingga rasa aman bagi penduduk sipil tak kunjung tercipta.

Menurut Uskup Subianto, pendekatan pertama yang diusulkan KWI yaitu tidak ikut memprovokasi situasi tetapi memberikan solusi, pendapat, usul kepada pihak berwenang. Kemudian terkait kekerasan di tanah Papua, KWI meminta para uskup di bumi Cenderawasih untuk membantu sebab tipikal masyarakat Papua adalah masyarakat yang cinta damai asal berbuat baik kepada mereka.

            “Soal ini, misi kemanusiaan Gereja tidak akan pernah berhenti. Langkah Gereja Katolik bukan langsung menangani masalah kekerasan kasus per kasus, namun Gereja ikut berbicara soal itu secara luas melalui karya-karya konkret seperti pendidikan agar membuka cakrawala berpikir umat di tanah Papua,” tegasnya.

Perhatian Serius

Selain kunjungan Paus dan Tahun Politik 2024, Uskup Subianto menambahkan dalam Sidang KWI 2024, waligereja juga berbicara serius terkait berbagai persoalan yang melanda bangsa ini. Misalnya menghimbau masyarakat luas agar memperlakukan anak-anak dan kaum perempuan secara terhormat dan bermartabat. Perjuangan emansipasi kaum perempuan yang telah dimulai di era Ibu Kartini sampai zaman ini, dirasa belum membuahkan hasil yang menggembirakan. Dalam berbagai bidang sosial, politik, ekonomi, kaum perempuan tetap terpinggirkan dan belum mendapatkan perlakuan setara dengan laki-laki.

Baca Juga:  Keuskupan Sibolga Lima Tahun ke Depan

Selain mendengarkan masukan dari aktivis perempuan dan anak, KWI juga mendengarkan masukan dari orang muda. KWI menilai bahwa kaum muda bukan hanya pemilik masa depan tetapi juga pemilik masa kini. Jika kaum muda salah arah, kehidupan masa depan bangsa juga akan rusak. Maka, baik pemerintah maupun institusi swasta harus bekerja sama untuk memberdayakan kaum muda sesuai dengan talenta yang dimiliki. Kaum muda harus mendapat kesempatan untuk menjadi warganegara yang kompeten.

Duta Laudato Si’ sedang mengumpulkan sampah pada acara Pembukaan Pesparani. (Dok HIDUP)

Terakhir salah satu persoalan yang menjadi perhatian KWI juga adalah persoalan lingkungan hidup. Pemanasan bumi, penggundulan hutan dan perubahan iklim adalah permasalahan yang menyangkut lingkungan hidup yang sekarang maupun ke depan, akan semakin menantang. “Kita diingatkan untuk terus mengimplementasikan Ensiklik Paus Fransiskus yakni, Laudato Si – Terpujilah Engkau (2015) dan ditegaskan lebih serius dalam Seruan Apostolik Laudate Deum – Pujilah Allah (2023),” tutur Mgr. Subianto.

Pemerintah Indonesia juga telah mencanangkan Indonesia Emas 2045 sebagai tujuan perayaan 100 tahun kemerdekaan. “Kami mendukung Pemerintah yang mengajak kita semua untuk berlari mengejar kemajuan, serta pada saat yang sama menepis berbagai rintangan yang bisa menghambat atau bahkan menghentikan gerak kencang kita sebagai masyarakat, bangsa, dan negara,” demikian Mgr. Subianto.

Yustinus Hendro Wuarmanuk

Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No. 22, Tahun Ke-78, Minggu, 2 Juni 2024

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles