HIDUPKATOLIK.COM – DUTA Besar Vatikan untuk Indonesia (Nunsius), Mgr. Piero Pioppo meminta para uskup untuk selalu mengingat dan mewartakan Injil dengan jelas dalam karya penggembalaan di wilayah keuskupan masing-masing.
Hal ini disampaikannya pada Sidang I Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) di Gedung KWI, Jakarta Pusat, Senin, 13-17 Mei 2024. Sidang mengusung tema, “Berjalan Bersama Membangun Gereja dan Bangsa” diikuti 37 uskup, turut hadir para uskup emeritus. Salah satunya, Kardinal Julius Riyadi Darmaatmaja, SJ.
“Sebagai Nunsius, saya sangat bahagia dengan tema ini karena menekankan aspek berjalan bersama dan membangun kerukunan hidup antarumat beragama. Kata berjalan bersama memiliki aspek yang kita temukan dalam tulisan-tulisan Perjanjian Baru,” ujarnya.
Pada kesempatan ini, para waligeraja patut dipuji karena mereka tidak ingin kehilangan kesinambungan misi mereka dengan misi Yesus dan para rasul. Sebab sesungguhnya ini adalah misi yang sejati, misi yang menjadi contoh para gembala dan pekerja pastoral melayani.
Tujuan Jelas
Mgr. Piero juga memuji para uskup karena sejak KWI berdiri hampir 100 tahun lalu mereka telah melaksanakan program hidup yang luhur tersebut bersama umat dan masyarakat. “Tapi kita membutuhkan tujuan. Ke mana kita berjalan bersama untuk membantu semua saudara-saudari kita serta sesama warga negara kita dalam membangun dengan baik dengan pertolongan Allah, Gereja lokal di bangsa kita. Ke mana?” tanyanya.
Menjawab pertanyaan tersebut, Mgr. Piero Pioppo menegaskan bahwa Gereja Katolik selalu memiliki jawaban sederhana dan lengkap, yakni berjalan menuju Kristus. Ia kemudian menyinggung tentang rencana kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia pada awal September mendatang. Menurutnya, kunjungan ini akan menyemangati Gereja Katolik dalam perjalanan tersebut.
Di akhir pesannya, Nunsius meminta kepada waligereja untuk mengingat dan mewartakan Injil dengan jelas. Hal ini karena Allah yang berbelas kasih telah memberi rahmat lewat sakramen tahbisan dan berbagai karunia untuk mewartakan Injil dengan semangat sukacita kepada siapapun. Misi dari berjalan bersama adalah mewartakan Injil dengan sukacita kepada semua orang yang membutuhkan.
“Semoga pertemuan antarsaudara ini memperoleh bagi kita karunia untuk semakin mengenal, mengasihi, dan mewartakan, pertama dengan teladan dan selanjutnya dengan perkataan, Yesus Kristus, Batu Penjuru, yang di dalam-Nya setiap pembangunan akan menjadi sempurna, termasuk juga Indonesia kita yang tercinta,” harap Nunsius.
Sidang yang berlangsung tertutup ini merupakan sidang tahap pertama. Rencananya, tahap kedua sidang akan dilangsungkan November 2024 mendatang. Meski begitu, Sidang KWI ini diselenggarakan dalam semangat kekeluargaan untuk mensyukuri 100 tahun kehadiran KWI di bumi pertiwi. Kecuali itu, dalam sambutan pembukannya, Ketua KWI, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC menyinggung beberapa hal penting dalam sidang ini.
“Kita memasuki sidang KWI 2024 dalam konteks peristiwa besar Gereja dan bangsa, yaitu 100 tahun KWI pada 15 Mei 2024, kunjungan pastoral Paus Fransiskus 3-6 September 2024, sidang biasa ke-16 tahap kedua para uskup di Roma 28 September-28 Oktober 2024, pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih 20 Oktober 2024, dan pilkada serentak 27 November 2024,” papar Uskup Bandung ini.
Ia menjelaskan kalau perayaan 100 tahun KWI difokuskan pada refleksi, hari studi, berbagai kegiatan sosial, dan selebrasi. Sedangkan kunjungan pastoral Paus Fransiskus mengambil tema faith (iman), fraternity (persaudaraan), dan compassion (bela rasa).
Seabad KWI
Perayaan 100 tahun Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) yang jatuh pada 15 Mei 2024 sudah dimulai dengan beragam kegiatan. Diskusi, seminar dan lomba di berbagai keuskupan sudah berjalan beberapa minggu jelang pesta ini berlangsung.
Di lobi utama Gedung KWI, Jalan Cut Meutia 10, Jakata Pusat, kegiatan yang mengundang banyak umat Katolik sudah mulai dengan pameran buku dari para penerbit Katolik yang tergabung dalam Sekretariat Besama (SEKSAMA) menggelar Catholic Book Fair, 11-17 Mei 2024. Dalam pamerah ini juga diundang beberapa perusahaan tur dan travel. Di sela pameran, ada kegiatan lain, seperti perayaan Ekaristi hari Komunikasi Sosial sedunia ke-58 sekaligus refleksi atas pesan Paus yang berlangsung pada Minggu, 12 Mei. perusahaan tour dan travel yang hadir meramaikan pameran.
Momen Istimewa
Mgr. Subianto menjelaskan peringatan 100 tahun KWI ini menjadi kesempatan istimewa karena bertepatan dengan Sidang Para Uskup 2023-2024 tentang Sinodalitas: Persekutuan, Partisipasi, dan Misi. Dari Sidang para Uskup ini, Mgr. Subianto mengatakan, Gereja memerlukan pendekatan pastoral yang lebih ramah, terutama terhadap orang-orang yang merasa dikucilkan. Beberapa laporan sintesis hasil sidang juga sejalan dengan tema besar Sidang KWI.
Maka dalam Sidang KWI ini, para waligereja mengadakan hari-hari studi dan mendengarkan masukan dari berbagai pihak seperti para tokoh agama, ormas, kaum muda, tokoh pemerintah hingga suara dari kaum difabel.
“KWI ingin mendengarkan secara lengkap apa saja harapan dari berbagai pihak terhadap KWI dan berharap apa saja yang baik untuk langkah KWI selanjutnya,”ujar Mgr. Subianto.
Pada perayaan 100 tahun KWI ini, gedung KWI yang baru diresmikan. Peresmian ini setelah melewati penantian selama belasan tahun sejak rencana pembangunan kembali pertama kali muncul tahun 2008. Pembukaan tirai prasasti oleh Nunsius dan pemberkatan prasasti oleh Kardinal Julius – didampingi 10 uskup, mengawali rangkaian seremoni peresmian gedung.
Dalam homilinya, Mgr. Subianto menekankan pentingnya kolegialitas dan sinergi para uskup. “Kalau 37 uskup bertemu, mereka akan bersidang, membicarakan hal-hal yang menjadi keprihatinan bersama berkaitan dengan bangsa, berkaitan dengan Gereja, dan bagaimana mengembangkan kesadaran bersama mengatasi keprihatinan tersebut,” ujarnya.
Ia juga menggarisbawahi pentingnya sinodalitas, seraya mengutip pernyataan Paus Fransiskus. “Bagi Sri Paus Fransiskus, sinodalitas adalah elemen konstitutif Gereja, yang tanpa gerak jalan bersama tidak ada Gereja yang sesungguhnya. Hakikat Gereja adalah berjalan bersama. ‘Sinodalitas ini mutlak untuk membangkitkan semangat misioner umat Allah dan komitmen ekumenis menuju kesatuan murid-murid Kristus.’ Sinodalitas membuka ruang bagi terwujudnya kesatuan dalam keberagaman, juga keberagaman kami,” imbuhnya.
Yustinus Hendro Wuarmanuk
Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No. 22, Tahun Ke-78, Minggu, 2 Juni 2024