HIDUPKATOLIK.COM – Komitmen merawat Ibu bumi adalah panggilan mendesak bagi seluruh umat Katolik dan masyarakat pada umumnya. Di tengah melemahnya komitmen ekologis dunia akibat terkooptasinya isu lingkungan oleh kepentingan modal dan politik dalang diplomasi international, bayang-bayang Perang Dingin Baru dan menguatnya mereka yang skeptis pada isu lingkungan, panggilan penguatan gerakan ekologis mutlak dilakukan.
Gerakan Laudato Si’ Indonesia sebagai gerakan akar rumput bersama merawat kehidupan yang lahir 10 April 2021 sejak mula berusaha mencari terobosan dalam mengembangkan kesadaran dan aksi ekologis di tengah umat beriman dan masyarakat umum. Sebagai gerakan yang bermisi menyebarluaskan pertobatan ekologis dan memperjuangkan keadilan iklim, Gerakan Laudato Si’ Indonesia perlahan tumbuh di berbagai daerah dan beragam karya.
Pengembangan pusat pembelajaran Laudato Si’ menjadi salah satu upaya yang ditempuh, bersama-sama dengan Tarekat Misionaris Hati Kudus (MSC) Jawa dan Kalimantan Selatan khususnya Sentra Spiritualitas (SS MSC) Taman Rohani Anggrung Gondok, Kapencar, Wonosobo, LSI mengembangkan Laudato Si’ Center. Penandatanganan kerjasama dilaksanakan bertepatan dengan perayaan ulang tahun Taman Rohani Anggrung Gondok sekaligus masih dalam suasana Hari Lingkungan Hidup Sedunia.
Laudato Si’ Center adalah sebuah rumah pembelajaran Laudato Si’ yang terbuka bagi seluruh masyarakat. LSC mengembangkan lahan seluas 1,8 Ha sebagai Taman Edukasi Ekologis Watugendong, tempat praktik pembelajaran lingkungan dilakukan mulai Dari pembuatan pupuk, pertanian organik, kebun tanaman obat, hingga pengelolaan lahan dengan merode permaculture. Di Taman Edukasi ini juga akan diisi dengan kegiatan perkemahan atau praktik lapangan lainnya.
Sementara itu, dengan memanfaatkan um Rumah Khalwat Kombinum SS-MSC, LSC juga menyelenggarakan pelatihan-pelatihan kelas mulai dari rekoleksi Spiritualitas Laudato Si’, pengembangan ekopastoral, pembinaan keluarga Laudato Si’, hingga wawasan kebencanaan dan praktik gaya hidup ekologis sehari-hari seperti tata kelola sampah rumah tangga, pengobatan traditional rumah tangga, dan lain lain.
Pastor Stephanus Sumpana, MSC selaku direktur pengelola Taman Rohani Anggrung Gondok mengharapkan semoga kemitraan yang dibangun makin solid dan dapat terus berkembang.
Mgr. Nicolaus Adi Seputra, MSC sebagai penasihat dan pendamping proses mengharapkan agar karya ini bisa berkembang dan bisa sungguh-sungguh bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Karya ini diharapkan bisa memulihkan kerusakan lahan bekas tambang. Program yang dibuat bisa menjadi lokomotif bagi karya ke depan, tentu saja dengan ditopang doa yang tekun dan mendalam.
Sementara itu sebagai koordinator Laudato Si’ Center, Ave Christian menyatakan bahwa ini semua adalah sebuah ikhtiar menjawab “Ya” terhadap panggilan Tuhan untuk merawat bumi, apapun kondisi kita, latar belakang kita, dan yakinlah, Tuhan akan memperlengkapi kekurangan kita.
Karya ini akan menjadi tonggak penting bagi Gerakan Laudato Si’ Indonesia mengingat LSC akan menjadi semacam “rumah formasi” bagi pegiat Laudato Si’ maupun masyarakat pada umumnya,” demikian ungkap Cyprianus Lilik Krismantoro, Koordinator Tim Kerja Nasional LSI.
LSC akan terintegrasi dengan pusat peziarahan Taroanggro, dan diharapkan sepenuhnya bisa menyatu dengan dinamika warga desa sekitar. Selain pengembangan kemitraan dengan warga, kesempatan mengikuti program juga akan diberikan pada warga setempat. Laudato Si’ Indonesia juga berupaya mendukung desa agar menjadi desa mandiri sampah dan desa wisata. Peluang menjadi desa wisata sendiri sangatlah besar mengingat lokasi desa yang strategis selain karena hadirnya kawsan peziarahan dan taman edukasi ekologis, juga karena tak jauh dari kawasan wisata Dieng dan sekaligus sebagai salah satu pintu masuk pendakian Gunung Sindoro.
Di sejuk udara Kapencar, semoga rasa cinta kepada Ibu Bumi, digenapi kesadaran dan laku hidup yang lestari, senantiasa memancar tanpa henti Dan menjadi berkat yang senantiasa terbagi.