HIDUPKATOLIK.COM – Minggu, 9 Juni 2024 Hari Minggu Biasa X, Kej.3:9-15; Mzm.130:1-2,3-4ab, 4c-6, 7-8; 2Kor.4:13-5:1; Mrk.3:20-35
SALAH satu misi utama Yesus datang ke dunia menurut penginjil Markus adalah perang melawan kejahatan yang dipersonifikasi dengan setan. Perang melawan kejahatan ini ditanggapi dengan komentar dan tuduhan palsu dari ahli-ahli Taurat. Para ahli Taurat yang datang jauh-jauh dari Yerusalem, melontarkan pernyataan ini, “Ia kerasukan Be’elzebul,” dan, “Dengan kuasa pemimpin setan Ia mengusir setan.”
Menanggapi perkataan ahli-ahli Taurat ini, Yesus membuat pernyataan yang terdengar sangat keras. Dia bersabda, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: semua dosa dan hujat anak-anak manusia akan diampuni dosanya, ya semua hujat yang mereka ucapkan. Namun siapa saja yang menghujat Roh Kudus tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa yang kekal.”
Pengusiran Setan
Kisah pengusiran setan memang tersebar dengan berbagai kesempatan dalam Injil Markus. Kitab Markus sengaja memuat pada bagian depan dari Injilnya berisi kisah aksi pengusiran setan dan pada bagian belakang Injil dengan perikop pengajaran.
Hubungan antara bagian pengusiran setan dan bagian pengajaran harus dipahami dengan pemahaman yang lebih luas tentang bagaimana Markus menyusun alur seluruh kisah. Markus dengan alur ini hendak menegaskan otoritas Yesus melalui tanda-tanda dan mukjizat terutama kisah pengusiran setan.
Tujuan penulisan Injil Markus adalah untuk melegitimasi pelayanan dan ajaran Yesus melalui pertunjukan kekuasaan yang terang-terangan seperti yang terlihat dalam pengusiran setan. Allah Bapa meneguhkan Yesus sebagai Putra Terkasih dan Putra adalah pembawa Roh yang tindakan pertamanya dalam pelayanan adalah mengusir setan.
Markus menceritakan tentang pengusiran setan yang dilakukan Yesus di Sinagoga Kapernaum. Menonjolnya kisah pengusiran setan ini dan kedekatannya dengan prolog menunjukkan kaitan erat antara identitas Yesus dan konfrontasinya dengan dunia roh (kejahatan).
Kisah pengusiran setan yang berulang mau mengomunikasikan siapa Yesus sebenarnya sepanjang Injil. Penginjil hendak memperkenalkan Yesus sebagai Putra Allah yang berkuasa atas alam bahkan atas setan. Demikian pengakuan ini juga ditempatkan dalam mulut setan sendiri.
Dalam Injil dikisahkan bagaimana roh najis mengakui keberadaan Yesus. Markus 1:24 mencatat perkataan roh najis: “Aku tahu siapa engkau—Yang Kudus dari Allah!” Dan Markus 3:11 mencatat pengulangan setan: “Engkau adalah Anak Allah!” Kuat kesan dalam Injil Markus bahwa Yesus dipenuhi dengan Roh Allah dan dengan demikian didorong ke dalam konflik dengan Setan (yaitu, 1:12).
Injil juga bermaksud untuk mengajarkan kepada pembaca tentang sifat rohani yang mendalam dari pelayanan Yesus dan menunjukkan bahwa kehidupan dan pelayanan-Nya akan menghadapi kekuatan Setan (konflik yang terjadi dalam 1:12-13).
Kehadiran Yesus digambarkan sebagai pribadi yang mempunyai kekuatan untuk mengusir kuasa-kuasa kejahatan yang dipersonifikasi dengan setan. Artinya, kisah pengusiran setan adalah bukti dimensi spiritual dari pelayanan-Nya, yang pada dasarnya adalah perang melawan kejahatan.
Mengusir setan diyakini oleh orang-orang pada saat itu sebagai hal yang hanya dimiliki oleh seseorang yang datang dari Tuhan. Mereka yang datang dari Allahlah yang mempunyai kuasa untuk mengusir setan. Yesus telah melakukan itu, tetapi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang mendengar dan menyaksikan hal ini menganggapnya sebagai kebenaran yang tidak menyenangkan dan oleh karena itulah mereka menyangkal kebaikan dan kebenaran yang dibawa Yesus.
Jadi di hadapan kebenaran, ahli Taurat tidak mau tunduk dan kemudian mereka memanipulasi kebenaran untuk memberikan arti yang berbeda. Mereka tidak sudi orang banyak mengikuti Yesus yang dalam diri-Nya ada kuasa Ilahi.
Ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang mempunyai kedudukan sebagai orang yang berpengaruh dengan sengaja menghambat pengajaran Yesus.
Ahli-ahli Taurat dari Yerusalem ini datang dan menanamkan kebohongan di dalam kepala orang sederhana dengan mengatakan bahwa Yesus mengusir roh jahat dengan kuasa penghulu roh jahat. Mereka memilih untuk memanipulasi kebenaran. Mereka menuduh Yesus melakukan mukjizat melalui kuasa Setan.
Jangan Memadamkan Kebenaran
Satu-satunya hal yang Tuhan tidak ingin kita lakukan adalah berbohong, memanipulasi kebenaran dan menyesatkan orang, dan terutama mendiskreditkan orang yang berpegang pada kebenaran dan keadilan. Kebohongan tampak dalam perilaku yang tidak bertanggung jawab, manipulatif, dan benar-benar tidak jujur terhadap kebenaran, menyangkal kebenaran, membengkokkannya.
Ketika kita berbohong pada intinya kita menyangkal dan memadamkan kebenaran. Kebohongan jika kita melakukan sering akhirnya akan membengkokkan hati nurani kita sendiri dan hati nurani orang sehingga tidak bisa lagi membedakan kebenaran dari kepalsuan atau kepalsuan dari kebenaran.
Hati nurani kita yang bengkok dan sesat akan bermuara kepada perkataan dan perbuatan yang sesat, jauh dari kebenaran dan keadilan. Hati nurani bengkok yang melahirkan sikap menuduh dan menuntun orang ke jalan dan pikiran yang menyesatkan, disebut menghujat Roh Kudus.
Yesus mengatakan hal ini kepada mereka yang suka menanamkan kebohongan dan sungguh juga bagi kita semua, “Berhati-hatilah dengan memberikan pandangan yang salah pada sesuatu karena tidak mau menerima sebagai kebenaran. Bahayanya jika terus melakukan hal ini kita mungkin pada akhirnya akan mempercayai kebohongan kita sendiri.
Jika kita sudah jatuh pada hal seperti ini akan sulit dimaafkan karena kita akan melihat kebenaran sebagai kebohongan dan kebohongan sebagai kebenaran. Dosanya tidak bisa diampuni, bukan karena Tuhan tidak mau mengampuninya tetapi karena kita sendiri tidak ingin lagi diampuni.”
“Hati nurani kita yang bengkok dan sesat akan bermuara kepada perkataan dan perbuatan yang sesat, jauh dari kebenaran dan keadilan.”
Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No.23, Tahun Ke-78, Minggu, 9 Juni 2024