HIDUPKATOLIK.COM – Pekan Biasa VIII; 1 Ptr. 1:10-16; Mzm.98:1,2-3ab,3c-4; Mrk.10:28-31
PETRUS sepertinya kurang sabar. Mewakili teman-temannya, ia menegaskan sesuatu kepada Yesus bahwa mereka sudah meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Dia. Ini adalah kecemasan manusiawi dan sangat mungkin muncul manakala kobaran api cinta dari bulan madu panggilan mulai meredup. Sejumlah tantangan dan tuntutan yang diperlihatkan Yesus juga dapat membuat galau apabila mereka mau serius menjadi murid-Nya.
Yesus mengajak para murid meletakkan segala sesuatu di dunia pada tempat semestinya, yaitu sebagai sarana, bukan tujuan. Ini berlaku bukan hanya perihal kekayaan materi tetapi juga bagi setiap relasi dalam bentuk apa pun dan terhadap makhluk ciptaan mana pun. Semakin menganggap relatif relasi-relasimu termasuk kepada ayah, ibu, anak-anak, saudara laki-laki ataupun saudara perempuan, semakin kaya hidupmu dalam arti sesungguhnya.
Apakah Yesus mengajarkan para murid untuk mengabaikan keluarga? Tentu tidak. Sebaliknya, Ia menawarkan sebuah kepenuhan relasi persaudaraan yang semakin bermakna, mendalam, dan universal. Bersama Yesus mereka menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak, dan ladang. Mudahkah? Tentu tidak, mungkin disertai berbagai penganiayaan namun tidak dapat mematikan Roh dan Cinta. Itulah kunci menerima hidup kekal.
Monica Maria Meifung Alumna Prodi Ilmu Teologi STF Driyarkara Jakarta