HIDUPKATOLIK.COM – Pekan Biasa VIII; 1 Ptr.1:3-9; Mzm.111:1- 2, 5-6,9,10c; Mrk.10:17-27
ORANG kaya ini adalah orang baik. Ia patuh pada segala perintah Allah. Menurutnya, “Semuanya telah kuturuti sejak masa mudaku.” Namun hatinya gelisah, ia memohon petunjuk Yesus, apa yang harus diperbuat untuk mendapat hidup kekal. Kepatuhan terhadap perintah Allah belum membuatnya yakin untuk mendapat hidup kekal. Syukurlah, hidup kekal memang bukan pertamatama tentang perintah, ajaran, larangan, dan sebagainya.
Yesus menyingkapkan sebuah batu ganjalan dengan menantang dia untuk merelativir semua miliknya guna menjadi sarana menjumpai Allah di dalam orangorang miskin. Ia pun kecewa karena belum siap. Tentu ia tak menduga bahwa kelebihannya akan harta justru adalah kekurangannya. Sebuah kelebihan yang menyempitkan visinya akan Kerajaan Allah.
Yesus tidak melarang pengikut-Nya menjadi kaya, tetapi tidak membolehkan kekayaan dijadikan alat tukar untuk membeli hidup kekal. Yesus menawarkan sebuah kemerdekaan sejati di mana kita dapat menempatkan harta sebagai sarana yang tidak melahirkan kelekatan tak teratur. Matinya belas kasih dan solidaritas kepada orang miskin adalah kematian kekal kendati seorang beriman mengaku dirinya mematuhi semua perintah Allah. Hidup kekal menuntut kepatuhan radikal.
Monica Maria Meifung Alumna Prodi Ilmu Teologi STF Driyarkara Jakarta