HIDUPKATOLIK.COM – Yak.5:9-12; Mzm.103:1-2, 3-4, 8-9, 11-12; Mrk.10:1-12
PENULIS surat Yakobus meminta jemaatnya untuk hidup dalam ketekunan, tidak mudah menyerah dan bersungut- sungut jika menghadapi rintangan dalam hidup. Ketekunan, berkanjang dalam derita, “la perseveranza” (kata orang Italia), adalah bekal untuk meraih cita- cita dan keberhasilan dalam perjuangan hidup. Orang tekun tampaknya tidak mudah bersumpah sembarangan, karena ia akan berpikir dulu sebelum berkata- kata.
Kesetiaan dalam perkawinan kristiani juga memerlukan ketekunan dalam menghidupi kesatuan suami-istri. Setiap perkawinan mempunyai gelombang naik-turun, perjalanan suka-dukanya. Jika kedua mempelai tekun belajar dari pengalaman harian mereka, bertahan di kala susah, tetap sadar di kala senang, mereka akan mampu setia satu sama lain sampai akhir. Keduanya mampu mengisi hidup perkawinan mereka dengan hal- hal yang menyenangkan hati Tuhan, setia sampai akhir, seperti kehendak Allah.
Keberhasilan suatu karya bukan semata-mata ditentukan kepintaran atau bakat, melainkan sangat penting juga ketekunan. Tidak jarang orang pintar gagal karena tidak cukup tekun. Sebaliknya orang yang kurang berbakat malah berhasil, karena sanggup menderita untuk mengerjakannya dengan tekun dan setia. Ketekunan menjadi sangat penting di zaman serba “instant” ini.
Pastor Paulus Toni Tantiono, OFMCap Dosen Pendidikan Agama Katolik/Etika Sosial Universitas Widya Dharma Pontianak