web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Melihat Sisi Positif dari “Menjamurnya” Pembangunan Taman-taman Doa

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – Ada yang setuju, ada yang tidak setuju. Satu hal yang penting, taman doa harus mendorong umat agar semakin bertumbuh dalam iman.

Satu lagi taman doa hadir di wilayah Keuskupan Agung Jakarta (KAJ). Diresmikan dan diberkati oleh Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo, pada Sabtu (4/5/2024) lalu, Taman Doa Our Lady of Akita yang terletak di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK) 2, Tangerang, Banten, ini terinspirasi dari Taman Doa Our Lady of Akita di Jepang di mana patung Bunda Maria meneteskan air mata sebanyak 101 kali.

Kardinal Ignatius Suharyo menandatangai prasasti peresmian Taman Doa Our Lady of Akita, Pantai Indah Kapung, Tangerang, Banten.

Proses pembangunannya selesai pada tanggal 16 Desember 2023, atau hampir empat bulan setelah peletakan batu pertama. Taman doa tersebut memiliki fasilitas seperti kapel berkapasitas 100 orang serta The Garden of The Lamb atau taman doa dengan 14 perhentian Jalan Salib yang diakhiri dengan patung Yesus Bangkit, dan The Garden of Mary atau danau dengan patung Bunda Maria yang terbuat dari batu.

Tahun lalu, tepatnya pada tanggal 5 Mei 2023, Kardinal Suharyo meresmikan dan memberkati Taman Doa Hati Tersuci Maria yang juga terletak di kawasan PIK 2.

“Kita bersyukur bahwa di Keuskupan Agung Jakarta dan beberapa tempat lain di Indonesia, setiap paroki mempunyai taman doa selain gereja, selain kapel. Itu semua mengatakan kepada kita bahwa doa menjadi sangat penting di dalam kehidupan manusia,” ujar Kardinal Suharyo dalam homili saat Perayaan Ekaristi yang dirayakan secara konselebrasi di kapel bersama enam imam, termasuk Kepala Paroki PIK, Pastor Kristoforus Lucky Nikasius.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus
The Garden of Lamb di Taman Doa Our Lady of Akita.

 

Ia kemudian menyebut sejumlah doa, seperti doa permohonan, doa syukur, doa pujian, doa hening, dan bahkan doa mohon kegelisahan atau doa yang mendorong seseorang untuk terus melakukan perbuatan baik.

“Kita yang beribadah di bait kudus ini nanti kalau keluar diharapkan menjadi seperti air yang mengalir kemana pun kita berada, kemana pun kita pergi, kemana pun kita diutus. Dan kehadiran kita itu membuat subur kehidupan saudari-saudara yang kita jumpai dalam perjalanan hidup kita, tempat-tempat yang kita singgahi. Dengan kata lain, hidup kita sesudah kita menerima kekuatan dari Tuhan menjadi berkat bagi siapa pun dan di mana pun kita berada.” imbuhnya.

Ia pun mengajak umat untuk melihat sisi positif dari maraknya pembangunan taman doa di negeri ini. “Saya selalu berusaha melihat yang baik, bukan yang buruk. Dilihat yang baik saja. Perkara ada eksesnya, itu pasti. Tapi pasti bukan yang buruk. Itu yang dimaksudkan,” tegasnya.

Respons Umat

Salah satu umat yang menghadiri peresmian dan pemberkatan Taman Doa Our Lady of Akita adalah Henri Solihin dari Paroki Bojong Indah, Jakarta Barat. Datang bersama sang istri, ia menempuh perjalanan sekitar 30 menit dengan kendaraan roda empat dari kediamannya menuju taman doa ini pada pagi hari itu. “Bagus. Yang penting dirawat. Saya lihat beberapa taman doa tidak terawat. Jadi kurang nyaman untuk berdoa di sana,” ujarnya.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Meski demikian, ia tidak setuju jika satu kawasan atau area tertentu memiliki lebih dari satu taman doa. Menurutnya, hal ini kurang tepat karena umat cenderung mengunjungi taman doa yang bagus dan terawat sehingga taman doa lainnya akan kehilangan daya tarik.

The Ganden of Mary di Taman Doa Our Lady of Akita

 

Lain halnya dengan Lukas Utojo Wihardjo, yang pernah bekerja di Negeri Sakura selama satu tahun, sejak tahun 2004. “Saya pernah ke Gereja Akita. Persis seperti (taman doa) ini karena (taman doa) ini replikanya. Saya juga devosan Maria. Ini sangat luar biasa. Saya tidak perlu pergi ke Sendang Sono atau taman doa lainnya,” ujarnya.

Baginya, semakin banyak taman doa semakin baik. Hal ini sangat membantu umat, khususnya lanjut usia (lansia), yang tidak lagi memiliki kekuatan maksimal untuk melakukan perjalanan jauh. “Jadi saya sangat setuju jika semakin banyak taman doa dibangun daripada bangunan lain yang mungkin tidak ada purpose-nya,” imbuhnya, seraya mengenang kunjungannya ke Irak Utara di mana sebuah patung Bunda Maria dibangun di perempatan jalan.

Senada, Suster Maria Magdalena Sriyani, HK dari Komunitas Suster-Suster Belaskasih dari Hati Yesus yang Mahakudus di Sunrise Garden, Jakarta Barat, mengatakan taman-taman doa yang semakin bertebaran di negeri ini justru memberi kemudahan kepada umat untuk mengekspresikan imannya dengan kesungguhan hati.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

“Saya dua kali ke sini. Umat Kristiani yang saya jumpai di sini selalu berdoa. Bahkan ada umat dari Bukittinggi datang ke sini bersama anaknya yang menderita cacat kaki akibat kecelakaan. Ini menunjukkan kesungguhan hati,” kenangnya.

Buah Iman

Dalam sambutannya, Steven Kusumo, CEO Agung Sedayu Group yang mengembangkan kawasan PIK 2 dan Ketua Pembina Taman Doa Our Lady of Akita, mengatakan ia berharap taman doa ini memberi berkat melimpah kepada umat yang datang berdoa.

 

Sementara itu, Ketua Pengurus Taman Doa Our Lady of Akita, Edison Jingga, menggarisbawahi pentingnya Ajaran Sosial Gereja (ASG). “Di sini ada ASG, Agung Sedayu Group. Di Gereja Katolik juga ada ASG, Ajaran Sosial Gereja. Singkatannya sama. Makanya kami tidak semata-mata melakukan hal yang bersifat rohani tetapi bagaimana kami juga ambil bagian dalam karya sosial yang telah dicanangkan KAJ. Tahun ini ada tema besar: Solidaritas dan Subsidiaritas,” ujarnya.

Menegaskan kembali apa yang disampaikan Steven, ia mengatakan jumlah peziarah yang datang ke taman doa tersebut, entah besar atau kecil, bukan menjadi penekanan melainkan kasih Tuhan melalui perantaraan Bunda Maria.

Katharina Reny Lestari

Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No. 19, Tahun Ke-78, Minggu, 12 Mei 2024

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles