HIDUPKATOLIK.COM— “Awal tahun 2023 kami para pengurus berpikir apa yang baik untuk hadiah 100 tahun Perkumpulan Strada,” ujar Ketua Pengurus Perkumpulan Strada, Pastor Josephus Ageng Marwata, SJ. Hadiah itu pun secara resmi diberkati pada Jumat, 17/05/2024 di Kantor Strada Pusat yang beralamat di Jl. Gunung Sahari No.88, Jakarta Pusat.
Semua tamu yang datang begitu antusias menantikan hadiah tersebut. Mereka ingin segera melihat karya dari sang pematung kondang, F. Widayanto.
Didahului dengan ibadah pemberkatan oleh Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo, kemudian secara resmi hadiah HUT 100 Perkumpulan Strada berupa patung Maria della Strada itu dipertunjukkan ke hadapan publik yang juga disiarkan langsung melalui kanal Youtube Perkumpulan Strada. Semua mata pun terkagum melihat hasil karya itu sembari terharu saat patung itu diberkati oleh Kardinal Suharyo.
Maria della Strada adalah Maria yang melindungi orang yang sedang melakukan perjalanan. “Maria adalah Strada ‘Jalan’. Ia bukan hanya sebagai ibu penunjuk jalan tetapi sekaligus guru sebab kita berkecimpung di dunia pendidikan di mana anak-anak yang diserahkan Tuhan kepada kita,” tegas Pastor Ageng.
Dengan alasan itulah, patung ini hadir untuk menegaskan semangat asali pendirian Perkumpulan Strada. “Gagasan ini merupakan spiritualitas kita bersama dari Maria della Strada yang selama ini kita hayati. Dengan melihat Sang Bunda yang mengarahkan matanya untuk mereka yang miskin dan tertinggal agar terus menjadi perhatian gereja pada masa kini juga mengarahkan mata kita,” terangnya lagi. Perhatian kepada mereka yang kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel turut menjadi salah satu arah dasar Keuskupan Agung Jakarta (KAJ).
Merajut Makna
Lebih lanjut, pembuatan patung yang melalui proses cukup menantang ini ingin membunyikan pesan bahwa penyertaan Tuhan senantiasa ada. Kemudian F. Widiyanto membeberkan bahwa ia memiliki maksud kuat dari banyak burung merpati sebagai latar belakang patung. Dari situ hendak mengatakan bahwa Roh Kudus senantiasa mengitari disekeliling kita. Diletakkan 9 merpati juga karena terinspirasi dari kebudayaan timur yang menganggap angka 9 paling tinggi.
Selain itu, makna keindonesiaan juga timbul. Latar belakang patung diberi motif kawung bersanding dengan bunga-bunga tropis khas Indonesia. Pakaian Bunda Maria turut mencerminkan keindonesiaan itu, yakni perempuan Melayu pada umumnya. Anak-anak kecil yang ada disamping kiri dan kanan Bunda Maria adalah gambaran anak-anak kampung.
“Konsep patung saya beranggapan bahwa pendidikan itu dimulai dari seorang ibu terlepas dari apapun kalangannya,” ungkapnya. Ia berkisah lagi, “Patung ini kan mencerminkan pendidikan, Maria della Strada, ibu yang menemani perjalanan pendidikan seperti Yayasan Strada. Oleh karena itu, dapat kita lihat banyak alat tulis yang dipegang bocah laki-laki menandakan umur yang sudah mulai sekolah, sedangkan yang adik perempuannya belum sekolah, jadi dia masih suka bermain, masih suka megang bunga tapi jiwa kristianinya itu tumbuh sejak dini. Ini dilambangkan dengan salib dari kayu yang anak itu pegang.”
Sebagai pemilik nama lengkap Fransiskus Maria Widayanto, ia secara rutin berkomunikasi dengan Bunda Maria melalui Doa Salam Maria. “Saya sempat bertanya waktu kecil kepada ayah saya kenapa kok pakai nama perempuan dan beliau bilang itu nama ibu abadi kamu. Jadinya saya merasa Bunda Maria selalu menemani seperti Maria della Strada ini,” akunya.
Ia pun berharap patung ini dapat mencerminkan semangat keindonesiaan, peran ibu dalam pendidikan, serta bersama Bunda Maria sebagai jalan aman menuju Yesus. “Semoga patung ini dapat mencerminkan itu semua,” harapnya.
Acara puncak HUT 100 Tahun Strada akan dirayakan pada tanggal 24 Mei 2024 mendatang.
Felicia Permata Hanggu