web page hit counter
Minggu, 22 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Ini “Renungan Harian” Terakhir Suster Maria Eusebia, P.Karm untuk Pembaca Setia Majalah HIDUP dan www.hidupkatolik.com:

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM –  SEJAK tujuh tahun silam, Suster Maria Eusebia, P.Karm menjadi salah satu penulis tetap Renungan Harian di Majalah HIDUP. Kepergiaannya ke Rumah Bapa pada hari Sabtu, 4 Mei 2024 lalu merupakan kehilangan besar bagi Redaksi dan pembaca setia Majalah HIDUP dan www.hidupkatolik.com. Baca: Penulis Renungan Harian Majalah HIDUP, Suster Eusebia P. Karm Meninggal Dunia karena Kecelakaan; Tulisan Terakhir Terbit Minggu Depan

Senin, 13 Mei 2024: Menerima Kristus

Kis. 19:1-8Mzm. 68:2-3.4-5ac.6-7abYoh. 16:29-33.

Kisah para rasul hari ini menceritakan orang-orang Efesus yang menerima pembaptisan Yohanes sebagai pertobatan, namun belum menerima babtisan dalam nama Tuhan Yesus. Orang-orang Efesus terbiasa menghormati dewa-dewi dan tenggelam dalam ilmu gaib dan takhayul, tetapi karena pemberitaan Injil mereka berbalik sepenuhnya kepada Kristus. Ketika Paulus menumpangkan tangan, Roh Kudus turun atas mereka, seperti yang dialami para murid saat Pentakosta. Mereka berkata-kata dalam bahasa roh, bernubuat, serta mengalami sukacita dan damai dalam nama-Nya.

Seringkali hidup kita dipenuhi hal-hal takhayul dan berbagai kesibukan duniawi yang sesungguhnya tidak bermakna. Kita tenggelam dalam rutinitas kosong yang membuat jiwa kita makin kering dan miskin. Akibatnya, ketika badai cobaan datang, kita gampang putus asa. Namun dalam Injil hari ini Yesus memberikan nasihat kepada para murid dan menjanjikan damai sejati, yaitu damai yang hanya bisa diberikan oleh-Nya. Damai itu hadir saat kita berbalik sepenuhnya kepada Kristus Sang Terang Sejati, percaya dan mendengarkan apa yang Ia firmankan. Sebagaimana dikatakan Santo Yohanes, “Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia” (Yoh. 16:33). Mari kita meninggalkan kehidupan yang kosong tanpa Kristus. Kita perlu membuat keputusan untuk menjalani kehidupan baru, yaitu hidup sepenuhnya dalam iman, pengharapan, dan kasih.

Selasa, 14 Mei 2024: Jawabn atas Kasih Allah

Kis. 1:15-17.20-26Mzm. 113:1-2.3-4.5-6.7-8Yoh. 15:9-17.

Proses bagaimana Matias dipilih sebagai pengganti Yudas Iskariot sebagai rasul yang kedua belas disampaikan dalam Kisah para Rasul. Kedua belas rasul ditugaskan tidak hanya sebagai saksi akan Yesus, tetapi juga memiliki fungsi jabatan dalam Kerajaan-Nya. Hal ini menunjukkan pentingnya susunan dan kepimpinan rohani. Mereka mewakili Israel baru, dari dua belas anak Yakub dan dua belas suku Israel. Pemilihan dengan cara membuang undi sudah dilakukan pula pada zaman Daud untuk pembagian tugas-tugas imamat dari anak-anak Harun (1Taw. 24:5). Dengan latar belakang tersebut, pemilihan ini juga menunjukkan peran kesetiaan imamat. Sebaliknya pengkhianatan Yudas mendatangkan kepedihan bagi para rasul.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Pengkhianatan dan ketidaksetiaan memang selalu menyakitkan. Namun Yesus justru mengajarkan hal sebaliknya: “Aku menyebut kamu sahabat” (Yoh. 15:15). Ia rela mencurahkan kasih-Nya sampai akhir, walau pun mengetahui akan ditikam dari belakang. Itulah kasih karunia Allah: kasih tanpa pamrih, rela berkorban demi kebaikan orang lain, kasih searah, memberi tanpa menuntut balasan. Itulah panggilan kita sebagai murid-murid Kristus, yaitu saling mengasihi seperti Dia telah mengasihi kita.

Sayangnya, kita kerap gagal mengasihi dengan tulus dan ikhlas. Egoisme selalu mencemari niat suci kita. Namun demikian, Yesus siap memberikan rahmat, membersihkan dan memulihkan kita. Ketika Ia memberikan perintah, Dia terus meneguhkan kita sehingga mampu mengasihi. Mari kita datang kepada Tuhan dan membuka hati bagi kuasa penyembuhan kasih-Nya. Kita mengasihi sebagai jawaban atas kasih-Nya yang Ia curahkan tanpa syarat bagi kita.

Rabu, 15 Mei 2024: Pemeliharaan Gembala

Kis. 20:28-38Mzm. 68:29-30.33-35a.35b-36cYoh. 17:11b-19.

Dalam bacaan Kisah Para Rasul, Paulus berpamitan dengan jemaat Efesus serta mengingatkan para pemimpin gereja untuk setia berjaga menggembalakan umat Tuhan dengan penuh kerendahan hati dan pengorbanan diri. Itulah teladan gembala sejati. Sayangnya banyak pemimpin rohani, termasuk orangtua dan pendidik, justru bertindak sebaliknya. Mereka melayani dengan pamrih dan ambisi pribadi, mencari popularitas dan keuntungan sendiri. Akibatnya para gembala palsu ini malah mencelakakan umat Tuhan.

Para pemimpin pertama-tama perlu terus menjaga diri, karena serangan dari lawan bisa mengenainya. Serangan itu dapat muncul dari dalam, melalui guru-guru palsu yang berusaha, bukan untuk membawa pada Kristus, tetapi menarik orang untuk percaya dan mengikuti mereka. Yesus Sang Gembala Agung datang untuk menyelamatkan domba-domba-Nya yang sesat. Ia memelihara kita dalam nama-Nya dan menghendaki kita untuk hidup kudus. Lewat hidup, wafat dan kebangkitan-Nya kita dikuduskan.

Kita perlu terus setia dan waspada melawan godaan dosa. Untuk itu kita diharapkan untuk tidak lengah agar kita tidak dimangsa dan dihancurkan olehnya. Perjuangan ini dilalui bukan dengan kekuatan sendiri, karena sesungguhnya tanpa pertolongan Kristus, kita tak mampu melawan setan. Oleh karena itu kita perlu berjaga-jaga dan berdoa setiap saat serta menyerahkan segala pergumulan kita kepada Dia.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Kamis, 16 Mei 2024: Pewartaan Injil Kasih Tuhan

Kis. 22:30; 23:6-11Mzm. 16:1-2a.5.7-8.9-10.11Yoh. 17:20-26.

Lepas dari usaha pembunuhan terhadap Santo Paulus (Kis 21:27-36), dan setelah berbicara di hadapan orang banyak, ia diadili di depan imam-imam kepala dan Mahkamah Agama orang Yahudi. Paulus membela diri dengan berani di depan sanhedrin, karena ia tahu persis siapa dirinya di hadapan Tuhan dan menyadari tugas yang dipercayakan Tuhan kepadanya, “Kuatkanlah hatimu, sebab sebagaimana engkau dengan berani telah bersaksi tentang Aku di Yerusalem, demikian jugalah hendaknya engkau pergi bersaksi di Roma” (Kis. 23:11). Keyakinan akan panggilan ilahi inilah yang membuatnya tak gentar bahkan ketika diancam dan dipenjara.

Sering kali kita ragu akan nilai dan panggilan hidup kita sendiri. Kita mudah goyah ketika dihantam badai kesulitan, seolah yakin panggilan kita sudah berakhir karena situasi buruk yang kita alami. Padahal sesungguhnya Tuhan tetap bersama dan memampukan kita di tengah kesulitan. Dalam Mazmur, Daud mengingatkan kita akan warisan surgawi yang melimpah dari Tuhan. Karena itu berbahagialah orang yang berpegang teguh pada warisan kekal ini, yaitu iman dan pengharapan akan janji Kristus, “Aku senantiasa memandang kepada Tuhan; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah” (Mzm. 16:8).

Mari memperbarui komitmen kita pada Kristus, terutama di saat sulit. Pewartaan Injil kasih-Nya perlu diperjuangkan dengan berani, seperti Rasul Paulus tetap melakukannya meski nyawanya terancam. Kita diteguhkan selalu bahwa tidak ada kuasa apapun yang sanggup memisahkan kita dari kasih-Nya!

Jumat, 17 Mei 2024: Pemulihan dari Tuhan

Kis. 25:13-21Mzm. 103:1-2.11-12.19-20abYoh. 21:15-19.

Dalam kisah Para Rasul, kita baca tentang Festus yang kebingungan menghadapi kasus Paulus. Ia menjelaskan perkara Paulus kepada raja Agripa yang merupakan anak Herodes Agripa I, keturunan Herodes Agung yang mencoba untuk membunuh bayi Yesus. Ia tidak menemukan kesalahan apapun, namun juga enggan melepaskannya begitu saja. Begitulah dunia cenderung menghakimi orang benar, berdasarkan prasangka dan opini publik, serta karena takut tidak mendapat dukungan kekuasaan dari orang banyak.

Sering kali kita menghadapi situasi serupa. Dihakimi karena berbuat benar, padahal hati nurani kita bersih di hadapan Tuhan. Pemikiran duniawi tidak memahami tentang Allah dan apa yang diyakini oleh orang kristen. Yesus yang disebutkan oleh Festus hanya dianggap sebagai objek pertentangan. Namun Santo Paulus tidak putus asa, ia menantikan dengan penuh iman perkataan Yesus yang diucapkan kepadanya digenapi, untuk bersaksi di Roma.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Dalam kisah Injil setelah menyangkal Yesus, Rasul Petrus menangis dengan penuh penyesalan, namun Yesus mau memulihkan Petrus dengan mengajukan pertanyaan, “Apakah engkau mengasihi Aku?” Kasih Kristus jauh lebih besar dari kegagalan Petrus. Dalam kelemahan dan penyangkalan pun, Kristus tetap memulihkan dan memberkati kita. Dia tahu persis keterbatasan kita sebagai manusia. Itu sebabnya Ia hadir membawa pengampunan dan kasih karunia yang melimpah bagi kita.

Sabtu, 18 Mei 2024: Kesaksian tentang Kristus

Kis. 28:16-20.30-31Mzm. 11:4.5.7Yoh. 21:20-25.           

Akhirnya Santo Paulus tiba di Roma, kota paling berpengaruh pada masa itu. Kerinduannya yang sejak lama mengunjungi jemaat di Roma dan yang juga merupakan kehendak Tuhan terpenuhi (Rm. 1:10-16; Kis 23:11). Ia tinggal di rumah yang disewa, dengan pengawasan bergilir dari penjaga. Kisah menarik ini mengakhiri Kisah Para Rasul dimana Rasul Paulus dengan penuh semangat terus memberitakan Injil Kerajaan Allah, bahkan ketika dipenjara di Roma. Tak ada rantai yang sanggup menghalanginya bersaksi tentang Kristus!

Seringkali kita begitu mudah menyerah dan berhenti melayani Tuhan jika menghadapi kesulitan. Kita berdalih “pensiun” dini dengan berbagai alasan. Padahal sesungguhnya tidak ada alasan yang cukup untuk berhenti memberitakan Kristus! Bayangkan, Rasul Paulus menulis surat-surat terbaiknya justru dari dalam penjara. Penderitaannya tidak menghalanginya memberkati banyak orang. Tidak ada situasi yang bisa mematikan semangat injil dalam dirinya. Itulah teladan iman sejati!

Dalam Mazmur, Daud mengingatkan kita akan takhta pengadilan Allah berdasar kebenaran dan keadilan sejati. Di situlah kelak kita akan diperhitungkan, bukan berdasarkan standar duniawi, tetapi kasih ilahi. Maka berbahagialah orang yang tetap setia pada panggilan-Nya dalam segala situasi. Kita tidak perlu iri hati dan menyerah karena membandingkan keadaan kita dengan orang lain. Dengan mata iman, kita mengarahkan pandangan dan perhatian kita pada Yesus, “Jikalau Aku menghendaki supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: Ikutlah Aku” (Yoh. 21:22).

 Kita perlu membuat keputusan untuk menjalani kehidupan baru, yaitu hidup sepenuhnya dalam iman, pengharapan, dan kasih.”

Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No. 19, Minggu, 19 Maret 2024

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles