HIDUPKATOLIK.COM – SOLIDARITAS dan Subsidiaritas. Dua kata bak “mantra” yang perlu diterjemahkan oleh umat di paroki-paroki Keuskupan Agung Jakarta (KAJ). Dua kata ini tak lain merupakan arah dasar (Ardas KAJ) tahun 2024 ini. Harapannya, setiap paroki menemukan cara mewujudkannya dalam suatu gerakan konkret. Bukan sekadar karya sosial karitatif yang biasa atau rutin.
Salah satu paroki yang mencoba untuk membumikan “mantra” itu adalah Paroki Pamulang di Tangerang Selatan, KAJ. Sebuah lokasi yang tadinya ditumbuhi seluk-belukar disulap menjadi sebuah arena yang apik dan kaya dengan kegiatan edukatif. Mulai dari edukasi pertanian-perkebunan hingga ke pembudidayaan pelbagai jenis ikan, termasuk kodok spesial. Lebih dari itu, di lokasi bernama Magantara Edupark ini, digelar pula program “Rabu Berkat”. Program ini memberikan kesempatan kepada para pemulung, ojek online, dan kaum kurang berdaya lainnya untuk menikmati hidangan secara cuma-cuma. Dari mana saja boleh mampir dan menyantap hidangan.
Tidak berhenti di situ. Enggak hanya menuggu di tempat. Kepala Paroki pun turun ke sejumlah titik di kawasan ini. Dia membawa makanan dalam kotak yang dibagikan kepada orang-orang yang membuhkan di sudut jalan di pinggiran Metropolitan ini.
Ya, gerakan yang diprakarsai Paroki Pamulang ini dapat kita jadikan sebagai salah satu inspirasi menerjemahkan Solidarias dan Subsidiaritas itu. Gerakan dengan misi yang sama kiranya dapat dilakukan di paroki-paroki lain sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Memang butuh kreatifitas dan kerelaan menyediakan waktu alias pengorbanan. Peran pemimpin di paroki bisa sangat sentral. Semisal partor paroki yang tanpa ragu melakukan kerja sosial di tengah pasar atau keramaian. Tidak berhenti di altar. Tapi sungguh-sungguh menelusuri masyarakat tak mampu di pelbagai sudut kehidupan.
Ada hal lain yang patut dicatat dari terobosan Paroki Pamulang ini. Megantara Edupark terbuka bagi setiap warga yang membutuhkan. Naik ke atas lagi, bahwa wisata alam ini dapat menjadi pertemuan masyarakat dari pelbagai kalangan yang berbeda keyakinan. Sederhanya, menjadi perjumpaan antarmasyakat yang plural. Dukungan pemerintah setempat seperti camat, lurah dan aparaturnya dapat menjadi garda terdepan untuk mendorong masyarakat datang ke sini. Itu sudah dibuktikan camat setempat. Tidak hanya berkunjung. Ia pun menjadikan momen di sini untuk bertemu, berbicara dari hati ke hati dan mencari jalan-jalan baru meningkatkan kualitas persahabatan, persaudaraan di kalangan masyrakat akar rumput. Bahwasanya masyarat yang pluralis ini merupakan kekayaan dalam perbedaan.
“Rabu Berkat” di Megantara Edupark dapat menjadi laboratorium baru untuk membangun dan meningkatkan, menumbuhkan dan mengeratkan kerukunan di tengah masyarakat. Dengan kegiatan ini, masyarakat dari kalangan mampu pun diikusertakan. Mereka turut berbagi dan peduli pada sesama. Tanpa memandang suku, agama, golongan, dan sekat-sekat yang bisa menjadi penghalang berkat tak hanya di “Rabu Berkat”.