HIDUPKATOLIK.COM – Persaudaraan menjadi modal utama reksa pastoral di Keuskupan Agung Kupang. Sebagai satu kommunion, kolaborasi Gereja dan mitra menjadi sebuah keharusan.
Keuskupan Agung Kupang (KAK) diwarnai dengan kemajemukan. Ini peluang sekaligus tantangan dalam kerangka pengembangan pastoral; merawat persekutuan umat yang manusiawi berdimensi surgawi. Realitas KAK ini membentuk kommunio Gereja partikular; ada awam dan kaum tertahbis, religius yang datang dari berbagai latarbelakang, dipersatukan Kristus Sang Gembala Agung. Dalam kommunio ini, setiap orang terpanggil bersekutu dalam Gereja Katolik yang Satu, Kudus, dan Apastolik.
Kemajemukan persaudaraan Kristiani ini menandai wilayah pastoral KAK yang meliputi Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Kabupaten Alor, Kabupaten Rote, dan Kabupaten Sabu Raijua. KAK dahulu dan kini menjadi wilayah mayoritas Protestan sehingga wajarlah bila pejabat publik rata-rata beragama Protestan. Hal ini bukan sebuah persoalan dalam reksa pastoral tetapi peluang kolaborasi indah dengan komunitas lintas budaya untuk merajuk kebersamaan hidup. Syukurlah sekitar 15 tahun terakhir kaum awam Katolik diberi kepercayaan mengisi posisi-posisi strategis seperti wakil Wali Kota Kupang. Pada akhirnya muncul kesadaran bahwa dimensi kemajemukan di Kupang memberi warna partisipasi dalam kerangka memajukan provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Gereja yang Majemuk
Kota Kupang adalah “kota kasih” karena melahirkan harmonitas antarsemua elemen masyarakat. Tokoh agama, masyarakat, pemerintah, cendikiawan dan sebagainya – saling bergandengan tangan membangun damai dan mempertegas jati diri provinsi ini sebagai negeri terindah toleransi untuk Indonesia. Selain kemajemukan dalam masyarakat, kemajemukan juga dirasakan dalam Gereja khususnya hadirnya kongregasi dan lembaga hidup bakti lainnya. Semuanya mengembangkan pelayanan bersama para imam diosesan di KAK.
Rahmat berganda kepada Provinsi Timor, Serikat Sabda Allah memulai misi sebelum terbentuknya KAK tanggal 13 April 1967. Dimulai dengan gembala agung, Mgr. Gregorius Monteiro, SVD berasal dari Larantuka, selama 30 tahun dan dilanjutkan Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang dari Tomohon, Manado (2007-2024), yang melayani 27 tahun. Kini ziarah umat dipercayakan pada sang gembala agung terpilih, Mgr. Hironimus Pakaenoni dari Timor. Ia dipilih sebagai uskup sejak 9 Mei 2024.
Dua gembala pertama dengan cara dan model pastoral berbeda, berhasil membentuk KAK menjadi tempat semua umat beriman menghayati panggilannya. Kini 156 imam diosesan, pembauran dari putera-putera Alor, Flores, Sumba, Rote, Sabu, Timor, Kupang TTU, Belu dan Malaka. Semuanya mengedepankan warna-warni kemajemukan yang memperindah khazanah iman, persaudaraan, dan pelayanan. Undangan Kristus dihayati pasti, “Mari Ikutlah Aku dan kamu akan kujadikan penjala manusia” (Mat 4:19 ).
Sebagai keuskupan metropolitan, Mgr. Turang memberi andil dalam menciptakan harmonisasi, toleransi beragama, dan moderasi beragama di NTT. Merawat toleransi dari negeri indah NTT, Mgr. Turang berhasil menjadi agen pastoral. Ia diterima oleh berbagai pihak dan berhasil menyinari kasih Tuhan di KAK. Kekuatan lain di KAK adalah, Mgr. Turang berhasil menciptakan SDM yang berkualitas, memberi ruang bagi pengembangan pastoral kategorial dan agen pastoral dalam berbagai bidang.
Tak cuma itu, Mgr. Turang selama 27 tahun berhasil membangun komunikasi yang baik dengan pemerintah provinsi, kota, dan kabupaten, serta berbagai elemen. Hal ini menguatkan semangat “berjalan bersama” menuju kommunio yang diwarnai semangat sukacita. Dengan hati terbuka, Mgr. Turang juga peduli membantu beberapa keuskupan di Indonesia. Kebijaksanaan sang gembala diuji kala KAK kekurangan iman, tetapi ia mengirimkan imamnya menjadi misonaris domestik di Keuskupan Padang, Palembang, Manokwari – Sorong, Tanjung Selor, dan akan dikirim ke Tanjung Karang. Sejak tahun 2023, Mgr. Turang juga mengurus para diakon di Keuskupan Palembang, serta Tanjung Selor. Mereka menjalani tahun diakonal sekaligus melihat sesuatu yang baru di luar KAK. Hal ini menegaskan wajah pelayanan dan solidaritas Gereja lintas keuskupan dan universal.
Harapan Baru
Penggembalaan Mgr. Turang akan diteruskan Mgr. Hironimus dengan moto episkopal, Pasce Ofos Meas, “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”. Ia ingin bermisi dengan model pastoral; menjadi gembala yang baik dan murah hati bagi Gereja yang partisipatif, kolaboratif dan communio. Ia ingin semua domba dilayani sang gembala tanpa terkecuali.
Belum lagi kehadiran Seminari Tinggi St. Mikhael di Penfui, Kupang telah menjadi tempat persemaian bagi para calon imam diosesan di KAK, Keuskupan Atambua, dan Weetebula. Dengan semangat optimisme akan ketersediaan para imam di tiga keuskupan ini telah melahirkan para imam yang berkualitas. Harapan ini juga didukung oleh Sekolah Tinggi Pastoral KAK yang ikut mempersiapkan para agen pastoral pendidikan agama Katolik. Para katekis siap mengajar dan melayani di sekolah dan paroki-paroki di wilayah Provinsi Gerejani Regio Nusa Tenggara (Nusra). Berdasarkan Tahun Akademik 2023/2024, tercatat 498 mahasiswa dari sekolah tinggi ini yang berasal dari keuskupan di Regio Nusra. Sehingga diharapkan setelah menyelesaikan studi pastoral, para mahasiswa siap diutus menjadi agen pastoral di wilayah keuskupan masing-masing.
Akhirnya selama 27 tahun, usaha “Berkeliling Sambil Berbuat Baik” (Pertransit Benefaciendo) oleh Mgr. Turang kini tongkat estafet pelayanan ini diteruskan Uskup Hironimus dengan moto “Gembalakanlah domba-domba-Ku”. Terima kasih kepada Mgr. Turang yang telah menahbiskan 150 imam Diosesan KAK dan telah menambahkan jumlah imam diosesan di Indonesia tahun 2024 yang berjumlah 2537 imam.
Pastor Maxi Un Bria, Ketua Unio Indonesia, Ketua STIPAS KAK, Imam Diosesan KAK
Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No. 17, Tahun Ke-78, Minggu, 28 April 2024