HIDUPKATOLIK.COM – Pada hari Jumat,12 April 2024, secara bersamaan Pemerintah Indonesia dan Takhta Suci mengumunkan secara resmi rencana kunjungan Paus Fransiskus (87) ke Indonesia. Kunjungan Paus ke Indonesia menjadi bagian dari perjalanan apostolik Paus ke empat negara Asia: Indonesia, PNG, Timor Leste, dan Singapura.
Ini adalah perjalanan apostolik keluar negeri yang ke-43. Paus Fransiskus memulai masa kepausannya sejak tahun 2013, menggantikan Paus Benediktus XVI yang mengundurkan diri.
Perjalanan apostolik Paus ke Indonesia yang menjadi pembuka perjalanan apostoliknya ke Asia-Pasifik ini akan dimulai tanggal 3 September hingga 6 September 2024. Paus Fransiskus akan menjadi paus ketiga yang mengunjungi Indonesia. Dua paus sebelumnya adalah Paus Paulus VI (3 Desember 1970) dan Paus Yohanes Paulus II (8-12 Oktober 1989).
Kunjungan Paus Fransiskus ini terlaksana atas undangan Pemerintah Indonesia dan Konferensi Wali Gereja Indonesia. Ini adalah kunjungan yang sangat historis, mengingat sejarah hubungan kedua negara yang sudah panjang.
Indonesia dan Takhta Suci sudah menjalin hubungan sejak tahun 1947. Takhta Suci yang mendukung kemerdekaan, kedaulatan, dan keutuhan NKRI menjadi salah negara pertama yang memiliki hubungan dengan Indonesia.
Boleh dikatakan, hubungan sudah dijalin sejak zaman revolusi. Ketika itu, Paus Pius XII memberikan dukungan dan doa untuk perjuangan Indonesia mempertahankan kemerdekaan atas usaha diplomasi antara lain dari Uskup Agung Semarang Mgr. Albertus Soegijapranata SJ.
Hubungan itu terus dipelihara hingga kini dan semakin berkembang. Maka pemerintah Indonesia sangat menyambut baik rencana kunjungan Paus Fransiskus itu, yang sebenarnya sudah dilakukan tahun 2020. Hanya karena Covid-19, rencana kunjungan tersebut ditunda.
Dua Perspektif
Dalam melihat makna kunjungan Paus ini, perlu didasarkan pada dua hal. Pertama, Paus adalah pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia. Maka kunjungan ini adalah kunjungan gembala (pastor) pada dombanya (umatnya) atau kunjungan Paus pada umatnya.
Kehadiran pastor pada umatnya tentu yang pertama-tama adalah untuk menyapa, memberikan kebahagiaan, meneguhkan iman, dan memperkuat semangat merasul, melayani.
Kedua, Paus adalah Kepala Negara Takhta Suci. Maka sebagaimana kunjungan seorang kepala negara ke sebuah negara, tujuannya untuk meningkatkan dan mengokokohkan hubungan kedua negara.
Dari dua hal tersebut maka kita katakan kunjungan Paus ke Indonesia memiliki arti penting tidak hanya bagi umat Katolik di Indonesia. Tetapi, juga bagi bangsa Indonesia yang multi-agama.
Maka kunjungan Paus itu juga penting bagi seluruh umat beragama. Kunjungan ini diharapkan akan memperkuat pesan toleransi, persatuan dan perdamaian dunia.
Semangat Persaudaraan
Selama ini, Paus Fransiskus selalu memerjuangkan semangat persaudaraan, perdamaian, toleransi, serta menjaga kerukunan antar-umat beragama.
Lewat Dokumen Abu Dhabi (The Document on Human Fraternity for World Peace and Living Together) yang ditandatangani 4 Februari 2019 oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar al Ashar, Mesir, Ahmad al-Tayyib di Abu Dhabi, misalnya, kedua pemimpin agama itu mengajak seluruh umat beragama untuk membangun dan memelihara persaudaraan dan perdamaian.
Dokumen Abu Dhabi ini menjadi peta jalan yang sungguh berharga untuk membangun perdamaian dan menciptakan hidup harmonis di antara umat beragama. Selain itu juga berisi beberapa pedoman hidup bersaudara yang harus disebarluaskan ke seluruh dunia.
Lalu lewat ensiklik “Fratelli Tutti” yang artinya “kita semua adalah saudara”, Paus mengingatkan kita semua bersaudara.
Ensiklik ini bertujuan untuk mendorong keinginan akan persaudaraan dan persahabatan sosial. Pandemi Covid-19 menjadi latar belakang ensiklik ini. Kedaruratan kesehatan global telah membantu menunjukkan bahwa “tak seorangpun bisa menghadapi hidup sendirian” dan bahwa waktunya sungguh-sungguh telah tiba akan “mimpi sebagai satu keluarga umat manusia” di mana kita adalah “saudara dan saudari semua”.
Gagasan ini sangat penting bagi sejarah umat manusia pada zaman ini.
Paus juga sangat peduli pada penyelamatan lingkungan. Lewat ensiklik “Laodato Si” (Terpujilah Engkau) Paus mengingatkan bahwa “Ibu Bumi sebagai rumah bersama” yang harus dirawat dam dijaga. Ini adalah seruan profetik pemimpin tertinggi Gereja Katolik yang disandarkan pada ajaran keimanan Katolik.
Dalam hal perdamian dunia, tak henti-hentinya Paus menyerukan dihentikannya peperangan. Sebab, kata Paus, perang adalah kejahatan kemanusiaan. Perang bukan jalan untuk menyelesaikan persoalan. Maka Paus terus menyerukan dihentikannya perang di Israel-Palestina dan Rusia – Ukraina.
Oleh Michael Trias Kuncahyono, Duta Besar RI untuk Takhta Suci