HIDUPKATOLIK.COM – Di tengah gemuruh zaman modern, perhatian terhadap etika dan moral semakin memuncak sebagai bagian integral dari narasi kehidupan manusia. Tak lagi hanya menjadi domain para filsuf atau cendekiawan agama, namun etika dan moral kini merambah ke dalam berbagai aspek kehidupan manusia di era ini.
Begitu mendalamnya urgensi etika dan moral sehingga seringkali kata-kata ini menampakkan diri dalam layar sentuhan ponsel cerdas kita maupun dalam aliran berita media sosial yang kerap kita perhatikan. Namun, di balik sorotan terang, tersembunyi pula bayangan tantangan dan perspektif modern yang menghampiri. Etika dan moral merupakan tatanan yang menjadi fondasi bagi hidup bersama maupun kelompok dalam suatu lembaga.
Perhatian mendalam terhadap etika dan moral memang menandakan adanya refleksi dalam diri manusia tentang arah kehidupan kolektif. Dalam mahkamah konstitusi, ketika persoalan perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) tahun 2024 mengemuka, kehadiran seorang Romo Magnis sebagai ahli diundang oleh dua pasangan calon, nomor 1 dan nomor 3, untuk memberikan kesaksian.
Dalam perspektifnya, meskipun presiden memiliki hak untuk menyatakan preferensi terhadap calon tertentu, namun penyalahgunaan kekuasaan dengan memberikan arahan kepada aparat sipil negara (ASN), polisi, dan militer agar mendukung salah satu calon, dapat dianggap sebagai pelanggaran etika yang serius.
Perdebatan seputar etika dan moral dalam konteks publik ini semakin memuncak ketika sorotan publik mengarah kepada Pastor Franz Magnis-Suseno, SJ alias Romo Magnis. Banyak yang mendukung pandangannya, melihatnya sebagai bentuk kritik yang tajam terhadap praktik politik yang mengkhawatirkan. Namun, di sisi lain, tidak sedikit pula yang menentangnya, menganggap bahwa pandangannya lebih bersifat filosofis dan akademis tanpa didukung oleh bukti yang kuat.
Romo Magnis seorang guru besar filsafat dan etika. Dia menjalankan tugas kenabiannya untuk mewartakan apa yang benar.
Kebenaran adalah hal yang mutlak dan mestinya menjadi pegangan bagi setiap orang terutama pendidik, orang tua, maupun kaum intelektual yang mengabdikan diri dalam dunia Pendidikan.
Salah satu buku yang ditulis oleh Romo Magnis tentang “Etika Politik”, prinsip moral dasar kenegaraan modern, memberikan kesadaran kepada kita bahwa etika poliitk adalah subsider: membantu agar pembahasan-pembahasan masalah-masalah ideologis dapat dijalankan secara objektif, artinya berdasarkan argumen-argumen yang dapat dipahami dan ditanggapi oleh semua yang mengerti permasalahan. Etika politik tidak dapat mengkotbahi para politikus, tetapi dapat memberikan patokan-patokan orientasi dan pegangan-pegangan normatif bagi mereka yang memang mau menilai kualitas tatanan dan kehidupan poliitk dengan tolak ukur manusia.
Tantangan modern terhadap pemahaman dan penerapan etika dan moral juga tercermin dalam dinamika sosial dan politik yang terus berubah. Preferensi politik yang terbuka dari seorang presiden dalam Pemilu 2024 menjadi sorotan karena menimbulkan kekhawatiran akan penyalahgunaan kekuasaan. Dalam era di mana informasi tersebar dengan cepat dan transparansi dianggap sebagai kunci kepercayaan publik, tekanan untuk bertindak secara etis dan moral semakin terasa.
Perspektif modern juga menyoroti kompleksitas dalam menentukan batas-batas etika dan moral dalam berbagai konteks kehidupan. Misalnya, di dunia bisnis, di mana profitabilitas seringkali bertentangan dengan keadilan sosial dan lingkungan, pertanyaan tentang bagaimana menyeimbangkan antara keuntungan ekonomi dan dampak sosial semakin relevan. Demikian pula dalam ranah teknologi, di mana inovasi sering kali melebihi kesiapan moral dan regulasi, menyulitkan pengaturan etika dalam penggunaan teknologi tersebut.
Namun, di tengah segala tantangan dan kompleksitas, perspektif modern juga membuka ruang bagi pemahaman yang lebih inklusif tentang etika dan moral. Masyarakat semakin sadar akan pentingnya mendukung kebijakan dan praktik yang adil, berkelanjutan, dan menghargai keberagaman. Semakin banyak gerakan sosial dan aktivisme muncul, menekankan pada pentingnya keadilan, kesetaraan, dan hak asasi manusia.
Dengan demikian, kesadaran terhadap etika dan moral dalam konteks modern bukanlah sekadar isu intelektual, tetapi juga memiliki implikasi praktis yang mendalam dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat modern dihadapkan pada tugas yang kompleks untuk menavigasi nilai-nilai moral dan etika dalam berbagai aspek kehidupan, sambil menjaga keseimbangan antara kebutuhan individual dan kepentingan kolektif.
Fr. Fransiskus Tomi Mapa, mahasiswa STFT Widya Sasana, Malang