HIDUPKATOLIK.COM – “Kita berani menjadi sakti-saksi kebaikan Tuhan seperti Petrus dan Yohanes. Berani memberikan kesaksian justru pada kesempatan yang tidak bagus ini dengan memberikan kesaksian yang dapat dipercaya.”
Demikian disampaikan Uskup Agung Jakarta/Uskup Umat Katolik di Lingkungan TNI dan POLRI, Kardinal Ignatius Suharyo pada Perayaan Ekaristi Paskah Bersama Umat Katolik di Lingkungan TNI dan POLRI Tahun 2024 di Gereja Santa Maria Diangkat Ke Surga, Katedral Jakarta, Jumat, 5 April 2024. Ekaristi dimulai pada pukul 09.00 WIB.
“Kita semua tahu bahwa pada dasarnya pesan Paskah dari tahun ke tahun selalu sama. Yang kita kenangkan adalah Paskah Pertama ketika Musa membawa umat Allah Perjanjian Lama keluar dari perbudakan Mesir dan memimpin mereka masuk ke tanah terjanji. Ketika mereka sampai di Gunung Sinai, Tuhan memberikan 10 Perintah kepada Musa. Harapannya dengan 10 Perintah, umat Allah Perjanjian Lama itu masuk ke tanah terjanji sebagai umat yang mengalami damai dan sejahtera,” kata Kardinal.
“Paskah puncak adalah Paskah Kristus. Kita semua bersyukur karena dengan wafat dan kebangkitan-Nya, Yesus Kristus membebaskan kita semua dari perbudakan dosa dan menjadikan kita anak-anak Allah yang merdeka,” kata Kardinal.
Kardinal mengatakan, “Kalau umat Allah Perjanjian Lama dikaruniai 10 Perintah, kepada kita Tuhan menganugerahkan hukum kasih. Dengan hukum kasih itu kita diharapkan menjadi umat yang hidup bersama dalam damai sejahtera.”
Itu semua, kata Kardinal, dirayakan di dalam liturgi Paskah dengan simbol-simbol yang juga selalu sama. “Kita pasti merasa, ketika ibadat Paskah mulai, semua lampu mati. Itulah lambang kegelapan. Lambang perbudakan. Sampai pada suatu titik tertentu, semua lampu dinyalakan sesudah lilin Paskah dinyalakan. Itulah lambang Kristus, sang pembawa damai,” kata Kardinal.
“Lilin Paskah tidak bisa dipakai tahun depan. Karena di situ ada tertulis 2024. Pesannya jelas, agar Paskah tidak kita rayakan hanya dalam ibadah tetapi bermakna juga di dalam diri kita, murid-murid Tuhan, khususnya tahun 2024 ini,” papar Kardinal.
Di bagian lain khotbahnya, Kardinal bertanya tentang apa yang dapat disebut sebagai gelap atau kegelapan pada tahun 2024 ini. “Jawabannya banyak. Saya menyebut tiga contoh setelah membaca koran-koran dan melihat televisi yang hari-hari ini memberitakan,” tambah Kardinal.
“Pertama, Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO). Yang terakhir berkedok sebagai Ferienjob, bekerja pada waktu libur tetapi ternyata, — sedang disediki –, itu adalah bagian yang menyangkut TPPO. Yang terlibat di situ bukan orang-orang yang tidak tahu membaca dan menulis, tapi para mahasiswa-i. Seperti apa pun alasannya, yang namanya TPPO, pasti adalah bagian dari kegelapan,” Kardinal menegaskan.
Contoh kegelapan kedua, bagi Kardinal adalah berita tindak pidana pencucian uang. “Korupsi. Katanya merugikan negara sampai lebih dari 270 triliun. Mengerikan,” kata Kardinal.
Contoh ketiga, menurut Kardinal adalah perubahan iklim. “Panasnya bukan main hari-hari ini. Banyak orang sakit. Itulah bencana yang melahirkan bencana yang lain. Bukan bencana alam saja, tetapi bencana yang melibatkan manusia. Bencana yang disebabkan oleh ulah manusia yang tidak bertanggung jawab,” kata Kardinal.
Keserakahan
Ketika bertanya tentang penyebab peristiwa-peristiwa seperti itu, jawabannya, menurut Kardinal adalah keserakahan. “Keserakahan dapat menjadi watak pribadi, tetapi keserakahan juga dapat menyusup ke dalam sistem sosial, budaya, ekonomi, politik, dalam bentuk yang berbeda-beda dan daya rusaknya dahsyat,” ujar Kardinal.
“Yang paling mengerikan, sekurang-kurangnya bagi saya, adalah, orang serakah seperti itu dapat mengubah waktu manusia, mengubah sistem, mengubah sistem ekonomi. Ketika keserakahan masuk dalam sistem ekonomi, sistem itu merusak, orang miskin menjadi semakin miskin, dan seterusnya. Itulah kegelapan,” kata Kardinal.
Kardinal mengatakan, “Kita tidak mau berhenti pada kegelapan. Pertanyaannya, ke mana Kristus yang bangkit , yang mengarahkan kita kepada terang? Terangnya ada di dalam tema perayaan hari ini: Spirit Paskah mewujudkan prajurit TNI dan POLRI yang profesional, responsif, integritas, modern, dan adaptif. Itulah terang. Kita menuju ke sana. Kita meninggalkan kegelapan menuju terang itu.”
Bagi umat KAJ, Kardinal mengatakan, terang yang dituju itu telah dirumuskan dalam arah dasar (Ardas) KAJ 2024, solidaritas dan subsidiaritas demi kebaikan bersama. “Kita keluar dari keserakahan. Ingin bertumbuh menjadi pribadi-pribadi yang solider, dengan semakin mengasihi, semakin peduli, semakin bersaksi,” kata Kardinal.
Di akhir khotbahnya Kardinal mengajak umat Katolik di Lingkungan TNI dan POLRI, “Mari kita dalami semboyon-semboyan seperti ini dan setiap kali kita menemukan jalan sekecil apapun ketika kita bertumbuh di dalam kesetiakawanan dalam solidaritas, itu berarti Paskah bagi kita. Kita bergerak dari “kegelapan” menuju terang.”
Setelah khotbah, Kardinal melantik pengurus pastoral Umat Katolik di Lingkungan TNI dan POLRI 2024-2027. (fhs)