HIDUPKATOLIK.COM – SANTO Louis-Marie de Montfort (1673-1716) mengatakan bahwa Hari Raya Kabar Sukacita sebagai cikal bakal kehadiran Gereja. Argumennya ini bertolak dari ajaran yang mengatakan bahwa Gereja adalah Tubuh Kristus di mana Yesus berperan sebagai Kepalanya. Untuk itu, St. Montfort melihat bahwa seorang ibu tidak mungkin hanya mengandung kepala tanpa tubuh. Dengan demikian, penyerahan Gereja kepada Bunda Maria, bukan dimulai pada peristiwa di kaki salib ketika murid yang dikasihi Yesus diserahkan kepada Maria dan sebaliknya (Yoh. 19:25-27), melainkan saat Maria dipercayakan untuk mengandung Putra Allah (Luk.1:28-38).
Pesta ini pun dirayakan setiap tanggal 25 Maret, tepat sembilan bulan sebelum perayaan kelahiran Yesus. Dasar biblisnya dapat dilihat dalam Injil Lukas di mana Malaikat Gabriel mengunjungi Bunda Maria dan meminta kesediaan Maria untuk menjadi ibu bagi Putra Allah yang Mahatinggi. Dari sanalah awal sejarah kekristenan dimulai dengan kesediaan Maria sehingga Allah menjelma menjadi manusia.
Martabat Janin
Lebih lanjut, Hari Raya Kabar Sukacita juga dikenal sebagai Hari Anak yang Belum Lahir (Day of the Unborn Child). Perayaan ini ditetapkan oleh Santo Yohanes Paulus II pada tahun 1999. Perayaan ini merupakan peringatan akan harkat dan martabat setiap manusia sejak saat pembuahan sekaligus peringatan akan anak yang belum lahir atau tak terlahirkan karena kehilangan nyawanya akibat aborsi.
Pada saat umat diundang untuk untuk memperingati terbentuknya Tuhan Yesus sebagai kandungan kecil dalam kandungan ibu-Nya, kita juga memperingati martabat seorang janin, sekaligus mengingat bahwa jutaan bayi yang belum lahir hidupnya telah diakhiri oleh kekejaman aborsi.
Dengan demikian, perayaan Hari Raya Sukacita dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti: mendoakan Rosario Pecinta Kehidupan (Pro-Life Rosary), mengadakan perayaan Ekaristi, mengadakan prosesi dengan membawa gambar Maria, mengadakan doa khusus bagi bayi-bayi korban aborsi, mengadakan retret atau pengakuan dosa.
Forum Komunikasi Penyayang Kehidupan (FKPK) sendiri sudah beberapa kali mengadakan Doa Rosario Pecinta Kehidupan setiap tanggal 25 Maret melalui Zoom dan Youtube. Tahun ini, FKPK bersama Komisi Keluarga Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mengadakan juga Doa Rosario Pecinta Kehidupan via Zoom.
Beragam Warna
Tampilan Rosario Pecinta Kehidupan sekilas sama dengan rosario pada umumnya. Keduanya memiliki jumlah butir manik-manik yang sama, tetapi Rosario Pecinta. Kehidupan memiliki beragam warna yang memiliki makna khusus.
Dituliskan dalam leaflet doanya, dengan mendaraskan rosario ini, umat memelihara kesaksian yang diperlukan, sebab mereka yang melihatnya akan mengetahui bahwa apa yang didoakan dari ketetapan hati adalah untuk mengabadikan kehidupan anak-anak yang tidak pernah dilahirkan sebagaimana semestinya.
Untuk memperoleh Rosario Pecinta Kehidupan dapat diperoleh di kantor Sekretariat FKPK beserta dengan leaflet doanya.
3 MANIK UNGU
- Melambangkan sengsara dan wafat Kristus
- Di sini mendoakan agar semua orang memilih hidup dan memulihkan penderitaan yang Kristus tanggung setiap kali seorang bayi yang belum lahir dibunuh, setiap kali seorang tua tak berdaya disuntik mati, dan setiap kali kematian mengatasi kehidupan di atas bumi.
Manik Biru-Putih (Peristiwa I)
- Butir manik biru berdoa untuk ujud Hati Maria yang Tak Bernoda.
- Butir manik putih berdoa untuk perdamaian dunia.
Manik Merah-Putih (Peristiwa II)
- Butir manik merah berdoa untuk pemulihan bagi darah yang tertumpah dan setiap bayi yang direnggut secara paksa dari rahim ibunya melalui aborsi.
- Butir manik putih berdoa untuk para orang tua dari jiwa bayi-bayi yang malang sehingga mereka boleh menerima rahmat pertobatan atas dosa-dosa mereka dan kembali kepada Yesus untuk menerima anugerah penebusan dengan hati terbuka.
Manik Hitam-Putih (Peristiwa III)
- Butir manik hitam melambangkan keseluruhan pekerjaan di bidang kesehatan yang ikut berperan dalam kegiatan yang menyebabkan kematian: semua dokter, perawat dan asisten, serta siapa pun yang membantu praktik aborsi, euthanasia, dan praktik anti kehidupan lainnya.
- Butir manik putih berdoa untuk pertobatan dan kesanggupan mereka untuk berjuang melawan gelombang kematian.
Manik Merah-Putih-Biru (Peristiwa IV)
- Butir manik merah berdoa agar setiap hukum yang tidak baik dan melawan kehidupan dalam bangsa dan negara dapat diubah menjadi melindungi kehidupan.
- Butir manik putih berdoa untuk perlindungan dan kekuatan bagi keberadaan setiap hukum yang menghargai kehidupan.
- Butir manik biru berdoa untuk hukum yang baru dan kuat yang menghargai kehidupan diberlakukan bagi bangsa dalam dunia.
Manik Hijauh-Putih (Peristiwa V)
- Butir manik hijau melambangkan harapan. Pengharapan kita adalah Yesus Kristus. Di butir ini menyampaikan rasa syukur untuk mereka yang demi kehidupan telah bekerja sama dengan cara apapun. Lindungilah mereka dan biarlah kesaksian mereka didengar setiap bangsa.
- Butir manik putih berdoa untuk percepatan jalan menuju Putera Ilahi-Mu, Yesus, Sabda yang telah menjelma dan memohon pertolongan bila jatuh dalam hukuman karena kesalahan ini serta lindungilah dari bisikan si jahat untuk membenci kehidupan.
Doa Pro-Kehidupan kepada Bunda Maria
Ya Maria, Bunda Yesus dan Bunda kami semua,
kami berpaling kepadamu hari ini sebagai orang
yang mengatakan “Ya” untuk hidup.
“Engkau akan mengandung dan melahirkan seorang Putra,” kata malaikat itu kepadamu.
Terlepas dari keterkejutan dan ketidakpastian tentang bagaimana ini bisa terjadi, engkau
Mengatakan: YA. “Terjadilah padauk menurut perkataan-Mu.”
Ya Maria, kami berdoa hari ini untuk semua ibu yang takut
menjadi ibu. Kami berdoa bagi mereka yang merasa terancam dan
kewalahan dengan kehamilan mereka.
Berdoalah bagi mereka ya Bunda,
agar Tuhan memberi mereka rahmat untuk mengatakan
ya dan keberanian untuk melanjutkan.
Semoga mereka memiliki rahmat untuk menolak solusi palsu aborsi.
Semoga mereka berkata bersamamu ya Bunda:
“Jadilah padauk menurut perkataan-Mu.”
Semoga mereka mengalami bantuan sebagai orang Kristiani,
dan mengetahui kedamaian yang datang dengan
melakukan kehendak Tuhan. Amin
Felicia Permata Hanggu
Majalah HIDUP, Edisi No. 11, Tahun Ke-78, Minggu, 17 Maret 2024