web page hit counter
Selasa, 5 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Bercengkrama dengan Oma dan Opa di Marfati

4.8/5 - (6 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – Waktu masih pukul 9.30 WIB ketika kami tiba di area Panti Werdha Marfati, Tangerang, Banten. Pada Minggu, 17 Maret pagi yang relatif cerah itu, rombongan beberapa mobil dari Lingkungan St Syrilius – Gading Serpong, Paroki Alam Sutera, Tangerang hampir beriringan masuk halaman parkir. Selain penulis, rata-rata kami adalah keluarga muda. Beberapa mengajak serta putera-puteri yang berusia sekitar 4-5 tahun. Seluruhnya kami ada 30 orang.

Berdansa bersama

Suasana dalam area panti sungguh tenang, bersih, dan cukup teduh. Panti yang telah hadir sejak 1984 ini, awalnya hanya mampu menampung sedikit. Karena menyadari kebutuhan yang lebih besar, maka pada tahun 2004 selesai dibangun gedung baru sehingga kini daya tampung mencapai hingga 70 orang. Sejak 2004 panti mengambil nama Graha Lansia Marfati. Panti ini dilengkapi dengan poliklinik untuk memantau kesehatan oma opa.

Kami disambut staf panti dan diarahkan ke aula. Luar biasa, di dalam aula, para oma opa sudah menanti. Sebagian besar dari mereka mengenakan seragam kaos berkerah berwarna jingga. Mereka duduk saling berhadapan sepanjang kedua sisi aula dengan menyisakan ruang luas di tengah untuk beraktifitas. Cukup banyak oma opa yang menggunakan kursi roda karena keterbatasan fisik. Menurut Tika, seorang staf panti, saat ini ada 50 oma dan 20 opa yang dirawat di panti. Dengan demikian seluruh kapasitas panti telah terisi.

Baca Juga:  MAJALAH HIDUP EDISI TERBARU, No. 44 TAHUN 2024

Hari-hari ini adalah masa PraPaskah dan umat katolik diajak untuk masuk ke dalam pertobatan. Ditandai dengan pantang dan puasa, serta banyak berdoa. Tidak hanya itu, sebagai murid Kristus, kami  juga diajak mengikuti teladan Yesus melakukan aksi nyata dengan  berbagi kasih kepada mereka yang membutuhkan.

Apa yang dilakukan sebagian warga lingkungan St Syrilius pada hari Minggu pagi itu memang dalam rangka berbagi kasih dalam masa pra Paskah. Menurut Wibisana, seksi PSE lingkungan St Syrilius sekaligus ketua panitia dan diperkuat oleh Etwin ketua lingkungan, acara kunjungan ini merupakan wujud nyata Aksi Puasa Pembangunan (APP) 2024. Warga lingkungan diajak untuk menunjukkan solidaritas terhadap warga panti werdha. Tidak hanya mereka yang bisa hadir bernyanyi dan menghibur oma opa. Jauh hari sebelumnya seluruh warga lingkungan diajak untuk berbagi kasih. Sungguh melegakan, tanggapan warga sangat baik dan antusias. Mereka kompak dan semangat mengumpulkan dana dan barang-barang yang dibutuhkan panti, seperti beras, telor ayam, obat-obatan, pampers, dan sebagainya. Saking banyaknya sumbangan warga, barang-barang ini secara khusus dikirim terlebih dulu satu hari sebelum acara.

Merayakan yang sedang ulang tahun,

Sejak awal kehadiran kami di ruang aula, ada beberapa oma opa yang nampak antusias menyambut sapaan kami. Seiring berjalannya waktu, yang diisi acara bernyanyi bersama lagu-lagu rohani dan beberapa lagu kenangan lawas serta dansa bersama, makin banyak oma opa yang ikut bergembira. Bahkan beberapa mengajukan diri minta diijinkan bernyanyi. Mereka senang bisa menunjukkan bakat dan bertambah sukacita karena panitia memberi hadiah kecil bagi mereka yang berani tampil.

Baca Juga:  Renungan Harian 2 November 2024 “ Kebangkitan Badan"

Sukacita lebih dirasakan empat lansia yang berulang-tahun pada bulan Maret. Panitia menyediakan puding ulang tahun. Secara khusus mereka diundang maju untuk merayakan ulang tahun bersama dan menerima hadiah. Kemudian puding dibagikan kepada semua yang hadir dalam aula tersebut. Tidak hanya oma opa, tapi juga para pendamping serta lima suster sepuh dari kongregasi JMJ (Jesus Maria Joseph). Suster-suster JMJ, total ada 15 suster, 6 di antaranya sudah sepuh, memang dipercaya untuk mendampingi karya panti jompo Marfati (Maria Fatima).

Momen makan puding bersama ini menjadi momen berkesan bagi kami. Karena beberapa dari kami mendapat kesempatan membantu oma opa yang karena keterbatasannya tidak dapat makan dengan tangan sendiri. Oma opa disuapi dengan rasa kasih sayang. Muncul rasa haru memandang peristiwa ini.

Acara bergulir terus dan tak terasa sudah menjelang tengah hari, sehingga acara kebersamaan harus diakhiri. Maka acara ditutup dengan bernyanyi bersama lagu “Kemesraan” lalu makan siang dibagi. Panitia membawa nasi kotak berisi ayam goreng. Beberapa oma opa ikut makan bersama kami. Sementara beberapa yang lain, memilih makan di luar ruang aula. Ada yang makan di teras, ada yang menuju ruang makan, bahkan ada yang memilih makan bersama di bawah payung besar di halaman panti.

Baca Juga:  "SOS": Ini Kebutuhan Mendesak Korban Erupsi Gunung Api Lewotobi Laki-laki

Perjumpaan sejenak dengan oma opa membawa penulis masuk dalam permenungan. Bertambahnya usia pada hakekatnya adalah anugerah Ilahi. Namun ketika usia sudah menuju senja, terkadang kondisi tidak ideal menyertai. Aneka penyakit, rajin menyapa serta fisik sering juga kurang mendukung. Belum lagi, saat sudah tak produktif, ternyata tabungan tak mencukupi. Mau bersandar kepada anak-anak, mereka pun sedang berjuang keras jatuh bangun menghidupi keluarga kecil mereka.

 

Maka satu-satunya sandaran hanya tinggal Allah sendiri. Mana kala sejak usia muda kita selalu mengandalkan Allah dalam setiap langkah kita, maka walau pun harus menghadapi kondisi tidak ideal saat usia senja, kita telah siap. Kesempatan tinggal bersama rekan seusia di panti jompo bukan lagi musibah namun juga suatu anugerah. Selalu disyukuri dan dinikmati. Tuhan tetap memelihara hingga Ia memanggil pulang.

Fidensius Gunawan (Kontributor, Tangerang Selatan)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles