web page hit counter
Minggu, 22 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Uskup Atambua, Mgr. Dominikus Saku: Kematian yang Berbuah Kehidupan

5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – Renungan Minggu Prapaskah V, 17 Maret 2024, Yer.31:31-34; Mzm.51:3,4,12-13,14-15; Ibr.5:7-9; Yoh.12:20-33

 YESUS sungguh tokoh iman penuh kontras. Ia menjanjikan Kerajaan Surga penuh kebahagiaan bagi semua orang yang bersemangat miskin dan dianiaya oleh karena kebenaran, penghiburan bagi mereka yang berdukacita dan yang lemah lembut, kepuasan bagi mereka yang lapar dan haus akan kebenaran, kemurahan bagi mereka yang bermurah hati, dan upah besar di surga bagi mereka yang dianiaya dan difitnah (Mat. 5, 1-12).

Terhadap semua bentuk penindasan dan kesenjangan hidup, Yesus menghadirkan kembali kontras revolusioner yang menggetarkan: yang tinggi direndahkan, yang lapar dikenyangkan, yang hina dina diangkat, yang kaya pergi dengan tangan hampa (Luk. 1, 51-53). Menjawabi kerinduan terdalam hati manusia, Yesus menghadirkan Diri-Nya sebagai Sumber Air Hidup (Yoh. 4, 13-15), Jalan Kebenaran dan Sabda Kehidupan (Yoh. 14, 6), Roti hidup (Yoh. 6, 35), Cawan Perjanjian dan Piala Keselamatan (Luk. 22, 20).

Saatnya telah tiba, Anak Manusia dimuliakan. Dengan penuh kerelaan dan kesadaran Yesus menyongsong saat kematian paling mengerikan. “Jikalau biji gandum jatuh ke dalam tanah dan mati, ia akan menghasilkan banyak buah” (Yoh. 12, 24). Jatuh ke dalam tanah. Tuhan merelakan Diri terhempas di atas jalanan berdebu kehidupan berlumur dosa. Ia rela menanggung nasib semua orang yang jatuh berkalang tanah, terhempas dalam dosa dengan upah sangat besar yang harus dibayar lunas: maut (Rom. 6, 23).

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Yesus, Jalan, Kebenaran, dan Hidup (Yoh. 14, 6), rela mengalami kematian. Ia yang menegaskan kehidupan sebagai anugerah terbesar dari Allah yang tak dapat digantikan apapun (Mat. 16, 26), rela mengosongkan diri, melepaskan nyawa-Nya. Sebuah kematian sangat mengenaskan dengan tubuh terkoyak dan tercabik-cabik, sedemikian rusak dan hancur, tidak menyerupai manusia lagi.

Darah dan cairan Tubuh-Nya mengucur hingga tetes terakhir, terbuang menetesi bumi. Seluruh tenaga dan energi kehidupan terkuras tanpa sisa. Dalam derita paling mengerikan antara hidup dan mati, Ia berseru: “Sudah selesai”. Kemudian, Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya” (Yoh. 19, 30). Biji gandum telah jatuh ke dalam tanah dan mati. Itulah korban keselamatan yang dikehendaki Allah.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Kematian di dalam Allah menghasilkan buah penebusan bagi umat manusia. Dalam keyakinan imannya Beato Fulton Sheen menulis: “Tuhan Yesus datang ke dunia bukan untuk hidup melainkan untuk mati. Kematian bagi Penebus kita merupakan tujuan dari persinggahan-Nya di sini, emas itulah yang Ia cari. Setiap perumpamaan, setiap kejadian dalam kehidupan-Nya, bahkan pemanggilan para rasul, pencobaan, Transfigurasi, percakapan yang lama dengan seorang wanita di dekat sumur, semuanya itu dipusatkan kepada kebaikan yang akan dihasilkan dari kematian itu. Oleh karenanya, secara utama Dia bukanlah seorang guru, melainkan seorang Penyelamat” (Imam Bukan Miliknya Sendiri, 8).

Yesus, biji gandum yang jatuh ke tanah dan mati, sungguh menghasilkan buah berlimpah. Ia telah turun ke dunia orang mati, menjumpai semua orang yang tertidur di sana berabad-abad lamanya, memegang tangan mereka dan berkata: mari kita pergi ke luar, ke dunia orang-orang hidup! Yesus telah melunasi hutang dosa semua orang. Yesus, Sang Juruselamat dunia, telah menebus semua orang berdosa. Dari ketinggian salib, Ia telah menarik semua orang datang kepada-Nya.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Di masa Prapaskah ini, marilah kita belajar untuk menjadi taat seperti Kristus, rela jatuh ke dalam tanah dan mati, untuk bangkit bersama Dia dalam kehidupan yang berlimpah di dalam Allah. Mari kita menghidupi perjanjian keselamatan yang diikat secara abadi dalam Darah-Nya yang tertumpah dari atas salib demi keselamatan kita.

Mari kita berjuang hidup dalam kekuatan Roh-Nya sambil menghayati Sakramen-Sakramen Gereja dalam hidup setiap hari. Mari kita berjuang membatinkan dan mempraktikkan hukum kasih dalam hidup dan pelayanan kita. Kristus, Gandum Kehidupan, limpahilah kami dengan hidup sejati.

Kematian di dalam Allah menghasilkan buah penebusan bagi umat manusia.”

Majalah HIDUP, Edisi No.11, Tahun Ke-78, Minggu, 17 Maret 2027

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles