web page hit counter
Minggu, 17 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Paus Fransiskus Tandaskan Saat Ini Bahaya Paling Buruk Adalah Ideologi Gender

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – Paus Fransiskus, Jumat (1/3), pagi memberikan pidato tentang pentingnya membangun budaya yang melindungi panggilan manusia dan umat Kristiani, hal-hal yang menurutnya berisiko karena tantangan budaya kontemporer termasuk ideologi gender.

“Sangat penting adanya pertemuan ini, pertemuan antara laki-laki dan perempuan, karena saat ini bahaya yang paling buruk adalah ideologi gender, yang menghilangkan perbedaan,” kata Paus saat audiensi dengan anggota organisasi akademis yang berbasis di Prancis, Research and Institut Antropologi Vokasi (CRAV).

Ideologi gender, yang berupaya mengaburkan perbedaan antara laki-laki dan perempuan melalui gerakan-gerakan seperti transgenderisme, “menjadikan segalanya sama,” kata Paus Fransiskus.

“Menghapus perbedaan berarti menghapus kemanusiaan. Namun, laki-laki dan perempuan berada dalam ‘ketegangan’ yang bermanfaat,” kata Paus Fransiskus kepada sidang yang berkumpul di Roma untuk konferensi internasional dua hari bertajuk “Pria, Wanita, Citra Tuhan: Untuk Antropologi Panggilan.”

Baca Juga:  Misa Gregorian: 30 Hari Tanpa Terputus

Paus tidak membacakan pidato lengkapnya, malah mendelegasikan tugas tersebut kepada Monsinyur Filippo Ciampanelli. “Saya masih menderita flu dan membaca untuk sementara waktu terasa melelahkan,” kata Paus Fransiskus kepada para peserta yang berkumpul di Vatikan.

Dengan memfokuskan pidato Jumat paginya pada “krisis antropologis dan peningkatan yang diperlukan dalam panggilan kemanusiaan dan Kristiani,” Paus Fransiskus mengatakan tugas ini ditantang oleh berbagai tantangan sosial yang timbul dari zeitgeist budaya, termasuk ideologi gender.

Menyoroti sudut pandang antropologis dari konferensi tersebut, Paus Fransiskus menunjuk pada “sebuah kebenaran mendasar, yang saat ini perlu kita temukan kembali dengan segala keindahannya: Kehidupan manusia adalah sebuah panggilan.”

Paus menekankan bahwa ini adalah elemen mendasar “yang mendasari setiap seruan dalam komunitas” dan “berhubungan dengan karakteristik penting dari umat manusia.”

Baca Juga:  Uskup Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat: Menjadi Kumpulan Orang Pilihan

“Penemuan ini,” Paus Fransiskus menambahkan, “membawa kita keluar dari isolasi ego yang mengacu pada diri sendiri dan membuat kita memandang diri kita sendiri sebagai sebuah identitas dalam sebuah hubungan.”

Bapa Suci menekankan bahwa sangat penting untuk memahami “kebenaran antropologis” ini, karena “kebenaran antropologis” ini “sepenuhnya merespons keinginan akan kepuasan dan kebahagiaan manusia yang hidup di dalam hati kita.”

“Kita kadang-kadang cenderung melupakan atau mengaburkan kenyataan ini,” kata Paus Fransiskus, yang membawa risiko “mereduksi manusia menjadi satu-satunya kebutuhan material atau kebutuhan primernya, seolah-olah ia adalah objek tanpa hati nurani dan tanpa kemauan, hanya terseret oleh hidup sebagai bagian dari peralatan mekanis.”

Untuk mengatasi tren ini, Paus Fransiskus menekankan perlunya adanya rekondisi luas bahwa “kehidupan manusia adalah sebuah panggilan” dan bahwa “pria dan wanita diciptakan oleh Tuhan dan merupakan gambar Sang Pencipta.”

Baca Juga:  KWI dan Garuda Indonesia Jalin Kerja Sama "Community Privilege"

Paus Fransiskus mendukung pernyataan ini dengan menekankan bahwa umat manusia harus memupuk hubungan dengan “dia yang melahirkan saya, dengan realitas yang melampaui saya, dengan orang lain dan dengan dunia di sekitar saya,” sebagai cara untuk mengekspresikan panggilan universal yang kita masing-masing hadapi “ untuk menjalankan misi yang spesifik dan pribadi dengan sukacita dan tanggung jawab.”

Konferensi ini mencakup 15 sesi berbeda dan akan berlangsung dari 1–2 Maret. Acara ini menampilkan sederet pembicara termasuk Kardinal Marc Ouellet, yang akan mengevaluasi pokok bahasan konferensi melalui lensa pastoral serta melalui studi antropologi filosofis dan teologis.

Peserta menghadiri Misa pada hari Jumat dan Sabtu, yang masing-masing dirayakan oleh Kardinal Robert Francis Prevost dan Kardinal Víctor Manuel Fernández.

Matthew Santucci (Catholic News Agency)/Frans de Sales

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles