HIDUPKATOLIK.COM – Minggu, 03 Maret 2021 Minggu Prapaskah II Kel.20:1-17 (atau lebih singkat Kel.20:1-3, 7-8, 12-17) Mzm.19:8,9,10,11; 1Kor.1:22-25; Yoh.2:13-25
PANGGILAN hidup Musa, dibaktikan seutuhnya dalam kesetiaan pada Allah yang membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di negeri Mesir. Di tengah ziarah menuju tanah terjanji, Musa kini dihadapkan pada sikap menyimpang dari orang sebangsanya, dan ia harus terus meyakinkan saudara-saudarinya, betapa perjuangan iman belum selesai hanya keluar dari tanah Mesir, sebaliknya kemurnian iman itu harus tetap diperjuangkan sepanjang hayat. Tantangan iman ini sungguh nyata dan kini Allah menuntut kemurnian iman itu untuk hidup dalam perintah-perintahNya, sebagai pedoman kasih agar umat Israel tidak terjebak dalam dosa berhala dan penyimpangan lainnya.
Hidup yang sesungguhnya adalah hidup di dalam kasih Allah yang menyelamatkan dan membebaskan kita dari belenggu dosa dan kegelapan hawa nafsu. Terkadang kita lupa untuk kembali ke rel yang benar, dan semakin kita tenggelam dalam perasaan tidak dikasihi oleh Allah, maka semakin kita tinggal dalam kubangan dosa.
Kekuatan kasih Allah sungguh menarik kita dari kegelapan dosa, dan sebagaimana Musa menyerukan hukum kasih Allah, demikian pun Yesus melawan praktik keburukan dalam bait suci. “Ambil semuanya ini dari sini, jangan membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan” (Yoh. 2: 16). Demikian Yesus menegaskan makna kekudusan dan kesucian yang harus dihayati semua orang.
Hidup ini butuh pedoman agar seluruh ziarah kita tidak menyimpang dan kita tidak tenggelam dari kebiasaan salah yang ditradisikan dan kemudian menjadi kesalahan yang diwariskan turun temurun. Ada konflik sosial religius yang muncul dari peristiwa ini, ketika tirani mayoritas penguasa agama mempertanyakan keberanian Yesus. Selalu ada tantangan dalam usaha memperjuangkan kebenaran dan keadilan. Ini menjadi pengalaman penolakan yang menimpa Yesus, sama seperti mayoritas bangsa Israel meragukan kuasa Musa yang datang dari Allah. Kisah Yesus menyucikan bait Allah, meneguhkan perjuangan hidup kita, bahwa berjuang di jalan yang benar adalah pilihan yang harus kita lakukan.
Perjuangan untuk hidup dalam kebenaran kasih Allah, ternyata menjadi panggilan kemuridan Yesus, yang dihayati oleh Rasul Paulus. Ia mendirikan begitu banyak jemaat di pelbagai tempat dan selalu memohon kasih karunia Allah serta meneguhkan dan melestarikan hidup jemaat dalam kasih. Inilah saat di mana Paulus berhadapan dengan situasi kehidupan jemaat di Korintus yang belum terlalu mengenal Kristus di mana menganggap percaya kepada Kristus sebagai sebuah kebodohan.
Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi murid-murid Yesus untuk tidak lelah dan jenuh, untuk mewartakan Kristus yang tersalib: “Kami memberitakan Kristus yang tersalib, suatu sandungan bagi orang Yahudi, tetapi bagi mereka yang dipanggil, Kristus adalah hikmat Allah (1 Kor. 2,23).”
Perjuangan demi perjuangan iman, membawa kita pada sebuah kenyataan betapa hidup iman tidak sekali jadi, ia harus diperjuangkan terus menerus hingga akhir hayat sebagaimana Musa mendampingi umatnya. Ada dua pesan penting yang boleh kita hayati dalam hidup iman kita. Pertama, identitas agama belum menjadi jaminan bahwa kita sungguh beriman teguh. Seringkali kita terjebak dalam formalisme administratif sebagai pemeluk agama Katolik dan jauh dari semangat iman kristiani. Kita hendaknya menyatakan iman kita dalam doa dan tindakan yang selaras dengan panggilan kemuridan Yesus. Keluarlah dari kegelapan dosa dan terimalah cahaya kasih Allah. Kedua, kesetiaan untuk mewartakan Kristus yang tersalib dalam kehidupan dunia kita saat ini. Rahmat pembaptisan yang telah kita terima, menjadi sebuah pedoman untuk membaharui dunia agar hidup dalam pertobatan yang hakiki. Kita tidak boleh dikuasai oleh kegelapan dosa berjemaah serta tidak takut pada tirani mayoritas. Jadilah terang dalam hidup dunia ini. Semoga Tuhan memberkati ziarah iman kita menuju kesempurnaan kasih Yesus.
“Berjuang di jalan yang benar adalah pilihan yang harus kita lakukan.”
Majalah HIDUP, Edisi No. 09, Tahun Ke-78, Minggu, 3 Maret 2023