HIDUPKATOLIK.COM – Pekan I Prapaskah; Ul 26:16-19; Mzm 119:1-2,4-5,7-8; Mat 5:43-48
KITA sering sulit memaafkan kesalahan orang lain namun mudah berkompromi terhadap kesalahan diri sendiri dengan dalih tidak ada manusia yang sempurna. Injil hari ini menampilkan seruan Yesus, “haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna.” Sempurna yang dimaksud Yesus bukanlah menjadikan diri steril dari kesalahan, melainkan sikap murah hati dalam menerima kesalahan orang lain, sebagaimana Allah menerima serta mengampuni setiap kesalahan diriku. Menjadi sempurna bukan pencapaian dari kerja keras, tetapi rahmat untuk dibentuk oleh kemurahan hati dan kasih Allah.
Kesempurnaan yang ditawarkan Yesus mengandung paradoks-paradoks Injil. Kita belajar mengosongkan diri agar menerima kepenuhan Allah. Kita diumpamakan ranting yang rela dipangkas supaya menghasilkan buah melimpah. Kita juga belajar menempatkan diri di belakang supaya rahmat Allah dapat mendorong kita maju ke depan. Kita diajak belajar mengasihi dan mendoakan musuh, bukan membencinya. Apabilakita mengasihi dan memberi salam hanya kepada orang yang mengasihi, tak ada nilai tambah sebagai murid Kristus. Orang yang tidak mengenal Allah pun bisa melakukan hal tersebut, kata Yesus. Menjadi sempurna artinya menerima kepenuhan rahmat Allah dan dengan murah hati membagikannya kepada semua orang.
Monica Maria Meifung Alumna Prodi Ilmu Teologi STF Driyarkara Jakarta