HIDUPKATOLIK.COM – Sebagai anak desa di pedalaman Kalimantan, ia siap “bertaruh nyawa” bagi masyarakat kecil.
KEMENTRIAN Kesehatan punya program untuk mengentaskan kekurangan gizi pada balita. Salah satu program gizi kurang pada balita adalah pemberian Makanan Tambahan (MT) dalam bentuk biskuit. Harapannya pemberian bikuit MT dapat mencegah kekurangan gizi pada balita dengan status gizi baik pun pemulihan gizi pada balita yang status gizi kurus. Pemberian biskuit MT dilaksanakan oleh bidan desa atau kader kesehatan yang ditunjuk.
Di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat (Kalbar), salah satu wanita yang punya peran besar kepada gizi anak-anak adalah Aurelia Septi Mariani. Aurelia bergerak dengan membagikan biskuit untuk anak-anak dan ibu hamil (Bumil) di berbagai desa dan sekolah PAUD maupun TK yang ada di wilayah Ketungau juga di daerah Kabupaten Sintang lainnya, serta wilayah Kapuas Hulu dan Melawi. Fokus utama Aurelia di tiga kecamatan yaitu Ketungau Tengah 29 desa, Ketungau Hulu 29 desa dan Ketungau Hilir 24 desa. “Tugas ini maha berat karena wilayah dan geografis di dua kecamatan ini. Jalanan yang licin dan belum beraspal dengan sejuta tantangan membuat saya kesulitan,” ujarnya.
Konsen di bidang kesehatan adalah tugas yang cukup berat. Misalnya cara menyalurkan tepat sasaran dengan kondisi geografis yang berat, memastikan bahwa biskuit yang kita salurkan itu benar-benar sampai ke balita dan bumil di daerah-daerah pelosok yang jauh dari kecamatan kota.
Peduli Kesehatan
Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia, angka stunting di Kabupaten Sintang menunjukkan penurunan yang signifikan. Kabupaten Sintang adalah wilayah paling rendah angka prevalensi balita stunted mencapai 18,7 persen pada tahun 2022 dibandingkan angka stunting tahun 2021yaitu 38,2 persen. “Data ini menunjukkan ada upaya dari berbagai pihak dalam menangani stunting. Tetapi bagi kami, zona hijau stunting ini karenakontribusi yang dilakukan seperti saat ini dengan menyalurkan bantuan makanan tambahan salah satunya berupa biskuit yang diperuntukan untuk bumil dan balita secara berkala di desa-desa terpencil,” kata Aurelia sambil menambahkan, “Pemkab Sintang tahun 2023 meraih penghargaan karena memiliki 8 aksi konvergensi stunting yang diikuti 14 kabupaten kota di Kalbar.
Aurelia bercerita, pengalaman bertemu dengan ibu-ibu yang anaknya menderita stunting membuatnya ingin berbagi dari kekurangannya. Ada perasaan sedih ketika beberapa ibu di wilayah Ketungau bercerita banyak soal upaya-upaya yang sudah dibuat demi anak, tetapi terkendala soal ekonomi atau akses kesehatan yang sulit. Maklum tingkat ekonomi di tiga kecamatan ini menengah ke bawah, belum lagi jangkauan wilayahnya yang sangat luas. Rata-rata suami atau ayah bekerja sebagai petani serabutan dengan penghasilan tidak tetap. Kebanyakan tinggal di desa-desa jauh dengan akses kesehatan yang sulit. Belum lagi literasi kesehatan ibu terkait stunting masih kurang.
“Saya mengunjungi mereka dari desa ke desa dengan satu tujuan bahwa anak-anak ini kedepannya adalah generasi emas tahun 2045. Maka perlu diperhatikan gizi dan perkembangan mereka,” sebut Aurelia. Dirinya tidak ingin anak-anak di pedalaman Kalbar lebih khusus Suku Dayak dianggap kelas dua.
“Mereka harus tampil dengan pendidikan yang memadai. Harus keluar dari daerah lalu kembali suatu saat membangun desa mereka. Untuk itu, sejak kecil asupan gizi anak-anak harus dinomorsatukan,” tegas Aurelia.
Konsen terhadap isu stunting bagi gadis kelahiran Apot, 25 September 1993 ini bukan pekerjaan mudah. Apalagi dirinya tidak memiliki latar belakang pendidikan kesehatan. Belum lagi tuntutan pemerintah pusat menargetkan di 2024 stunting bisa turun di 14 persen. Meski begitu, Aurelia terpanggil untuk peduli stunting dengan bekerjasama berbagai pihak baik mahasiswa atau media yang berperan memberikan informasi yang tepat. Tak ketinggalan para remaja juga diajaknya sebagai duta GenRe (Generasi Berencana) dalam kerja sama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Peran duta GenRe juga penting bagi wanita-wanita yang mengalami perkawinan dini.
Tiga Janji
Aurelia bukan kali ini peduli pada masyarakat kecil di pedalaman Kalbar. Jauh sebelumnya, hati nuraninya telah terpanggil melayani daerah kelahirannya. Tahun 2015-2017, Aurelia pernah bergabung dengan Serikat Petani Kelapa Sawit di Kabupaten Sintang. Kegiatannya selain bersifat administratif, juga berhubungan dengan pembinaan warga petani di desa-desa di Kecamatan Sepauk dan Tempunak.
Banyak petani kelapa sawit baik yang berproduksi secara swadaya maupun bermitra dengan pihak lain dibantunya agar pengembangan produksi makin bagus. Ia juga mengajarkan mereka soal pencatatan keuangan project berjalan, atau catatan keuangan bulanan saat bekerja sebagai Field Trainer Financial Capability di Yayasan Solidaridad Sintang. Ia banyak membantu para petani yang menghadapi berbagai masalah seperti kebun dalam kawasan hutan, legalitas lahan, produktivitas, konflik antara petani plasma dan perusahaan, harga anjlok, perbedaan harga petani mandiri dan plasma serta lainnya.
“Kita ajak dan membantu mereka menjadi petani sawit mandiri demi kesejahteraan mereka. Tidak sembarang menjual lahan sawit untuk perusahaan yang pada akhirnya kesulitan di hari-hari mendatang,” terang Aurelia.
Kata Aurelia, sawit memang komoditas andalan, setelah era keemasan industri kayu berlalu. Tetapi banyak persoalan yang terjadi adalah isu kemiskinan terjadi di desa sekitar perkebunan sawit, termasuk soal kesejahteraan petani sawit rakyat. Pun kalau ada usaha untuk mandiri, persoalan utama yang akan dihadapi adalah pupuk, kekeringan panjang, fluktuasi harga Tandan Buah Segar yang menurun. “Bila pemerintah belum sanggup mengatasi persoalan ini, sebagai anak muda yang berpendidikan tinggi perlu berkotor tangan membantu masyarakat kecil. Ini penting untuk kesejahteraan para petani,” ucapnya.
Relasi dengan masyarakat desa lainnya ditunjukkannya di tahun 2016-2018 saat dipercayakan menangani Program Kelurga Harapan (PKH) dari Kementerian Sosial Republik Indonesia. Sebagai pendamping sosial, ia ingin memastikan masyarakat dapat menerima kartu PKH dan mendapatkan manfaat dari program pemerintah, antara lain dengan melakukan pendampingan berkala ke masyarakat binaan. Dana miliaran rupiah yang digelontarkan Pemerintah Pusat ke masyarakat penerima manfaat di lingkup Pemkab Sintang harus menyasar masyarakat yang benar-benar membutuhkan, jangan sampai bantuan ini tidak berjalan bagus karena ada budaya koruptif.
Program ini bertujuan mengurangi angka kemiskinan. Tentu sekaligus sejalan dengan visi pembangunan derah dalam mewujudkan masyarakat yang cerdas, sehat, dan sejahtera. Bantuan non-tunai dengan nominal sekitar 1.8- 2 juta dengan penerima secara berkala diharapkan membantu kehidupan masyarakat miskin. Di Sintang banyak sekali penerima bansos PKH dengan komponen ibu memiliki Balita, ibu dengan anak SD-SMA dan komponen tunggal seperti lansia atau disabilitas berat.
“Saya lahir dan besar di Kalbar, maka ada panggilan hati untuk harus kembali mengabdi untuk daerah tercinta. Meski sekarang saya masih di Jakarta karena pekerjaan, tetapi dalam waktu dekat saya akan kembali melayani masyarakat kecil lagi,” janji Aurelia.
Dengan kemampuan dan kepeduliannya, Aurelia dikenal oleh para elit politik dan pemerintah di Kalbar sampai masyarakat akar rumput. Cita-citanya ingin meningkatkan tiga hal kepada masyarakat Kalbar yaitu literasi keuangan, pengetahuan tentang kesehatan, dan kepedulian terhadap para petani.
“Tiga hal ini menjadi perhatian utama saya sebagai anak asli Suku Dayak. Saya ingin berbuat sesuatu yang benar-benar dirasakan dan berguna bagi masyarakat sekitar. Saya ingin ‘bertaruh nyawa’ demi orang-orang miskin di pedalaman,karna saya juga dari daerah terpencil yang sangat jauh dari kata mampu” demikian Aurelia.
Yustinus Hendro Wuarmanuk
Profil Aurelia Septi Mariani
Ttl : Apot, Kalbar, 25 September 1993
Pendidikan
- S1 Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Pendidikan Persada Khatulistiwa Sintang, Program Studi Pendidikan Ekonomi (2015)
- Universitas Tanjungpura Pontianak, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi (2022)
Pekerjaan
- Serikat Petani Kelapa Sawit di Kabupaten Sintang (2015-2017)
- Program Harapan Keluarga Kemensos (2016-2018)
- : Field Trainer Financial Capability Yayasan Solidaridad Sintang (2018)
- Sekretariat Jenderal DPR RI (2019-sekarang)
Organisasi
- Sekjen PMKRI Cabang Sintang (2013-2015)
- Bidang Sekretariatan dan Kepemimpinan Serikat Petani Kelapa Sawit Sintang (2012-2015)
- Wakil Bendahara Pemuda Katolik Sintang (2016-2019)
- Bidang Ekonomi Pemuda Kristen dan Katolik Sintang (2018-2019)
- Terlibat di Ormas ISKA serta Vox Point Kabupaten Sintang (2015-2020)
Keren, semoga sukses. GBU