HIDUPKATOLIK.COM – Pimpinan universitas dan Perkumpulan Alumni Atma Jaya Jakarta (Perluni-UAJ) menyelenggarakan Seminar Nasional edukasi politik dengan agenda diskusi “Orang Muda dan Masyarakat Mencermati Pemilu Bersih dan Mengawal Hasil Pemilu secara Bertanggung jawab untuk Masa Depan Indonesia yang Lebih Baik” pada Jumat (26/1/2024).
Seminar nasional ini diawali dengan paparan oleh August Mellaz, Ketua Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih dan Partisipasi Masyarakat, Komisi Pemilihan Umum (KPU), Republik Indonesia selaku pembicara kunci. Setelah itu empat pembicara menyampaikan paparannya, Muhammad Fajar, Elisabeth Kusrini, Cornelius Juniarto, Vincentius Gitiyarko Priyatno. Edukasi politik mengalir renyah dipandu oleh Salvatore Simarmata.
Edukasi politik ini menjadi istimewa karena lebih dari seribu peserta seminar adalah orang muda pelajar sekolah dan mahasiswa yang merupakan pemilih pemula. Peserta seminar dipaparkan hasil Survei Persepsi dan Sikap Orang Muda terhadap Isu Politik dan Agenda Pemilu 2024, yang dilakukan oleh Pusat Kajian Pembangunan Masyarakat (PKPM), Unika Atma Jaya. Rangkaian acara edukasi politik hari itu ditutup dengan Pernyataan Bersama Pimpinan dan Alumni Unika Atma Jaya, yang menggambarkan kemanunggalan dan jiwa korsa yang menyatu, antara alumni dan pimpinan almamaternya.
“Pemilu itu kan sebenarnya proses, suatu proses dinamika untuk menjadi suatu negara yang besar, dan pemilu itu poinnya bukan hanya soal menentukan pilihan, tapi juga belajar untuk menghargai pilihan orang yang berbeda. Generasi muda harus aktif menentukan pilihan dengan mengutamakan rasa dan rasional” ujar Yuda Turana, Rektor Unika Atma Jaya
“Perluni Unika Atma Jaya menyambut baik ajakan pimpinan almamater untuk mengedukasi pemilih pemula dalam rangka sukseskan Pemilu Damai. Seminar nasional ini menjadi satu kesempatan lagi bagi kami, yang sedang giat menggerakan generasi muda untuk mengawal Pemilu Bersih. Perjalanan sejarah Bangsa Indonesia sampai hari ini diwarnai oleh kemanunggalangan alumni dan pimpinan Unika Atma Jaya membangun demokrasi.”, jelas Michell Suharli Ketua Umum Perluni-UAJ.
Pemibicara kunci, anggota KPU August Mellaz menyampaikan materi terkait situasi kondisi Pemilu 2024 bahwa Indonesia dalam momentum menjadi rujukan demokrasi dari para ahli pemilu internasional serta momentum generasi muda memiliki jumlah suara yang menentukan. Generasi muda diharapkan menjadi pemilih cerdas, dengan tips-tips seperti: memberikan atensi pada proses Pemilu, menyuarakan aspirasi atau ide gagasan pribadi, mencermati edukasi politik dari tokoh yang baik, memahami program kerja seandainya terpilih, dan mengenali rekam calon beserta rekam jejaknya.
Peneliti Senior Institute for Advance Research UAJ Muhammad Fajar, selaku pembicara pertama memaparkan pemikirannya tentang aspirasi, kampanye, dan pilihan politik dikaitkan dengan respon orang muda pada Pemilu 2024. Fajar menampilkan fakta publikasi tentang kejadian Pemilu dan keterlibatan mahasiswa dari satu pemilu ke pemilu lain. Ia juga mengajak untuk berpikir ulang mengenai partisipasi politik anak muda. Menurut Fajar, generasi muda perlu menemukan strategi-strategi kreatif dalam membangun komitmen yang kredibel dengan para politisi.
Aktivis Kawal Pemilu Elisabeth Husrini mengangkat diskusi tentang bagaimana pentingnya mewujudkan pemilu bersih dan mengawal hasil pemilu untuk menghasilkan manfaat kebaikan bagi rakyat Indonesia. Partisipasi generasi muda dalam Pemilu juga sangat penting karena merupakan salah satu indikator kesehatan demokrasi, bentuk tanggung jawab sebagai warga negara, dan akhirnya berdampak sosial bagi dirinya sendiri. Generasi muda dapat mengawal Pemilu Bersih dengan melaporkan kecurangan melalui pengawas TPS, Panwaslu, dan Bawaslu. Juga tersedia aplikasi SigapLapor atau Gowaslu.
Praktisi hukum Cornel B. Juniarto menilik perspektif hukum praktik kampanye dan demonstrasi kekuasaan terkait upaya terwujudnya pemilu bersih dan damai. Generasi muda perlu menggunakan hak hukumnya ikut memilih, tidak membiarkan orang lain mengambil keputusan mengenai nasib kita, tanpa kita sendiri terlibat di dalamnya. Ancaman Pemilu menjadi tidak bersih yang terbesar adalah politik uang, yang berakibat mendistorsi demokrasi, menciptakan ketidaksetaraan politik, dan meningkatkan apatisme publik terhadap politik. Tidak ada aturan yang secara tegas mendefinisikan “Pemilu Bersih”. Namun, istilah Pemilu Bersih dapat merujuk pada Pasal 22E Ayat (1) UUD NKRI 1945 yang isinya menjelaskan bahwa Pemilu yang dilakukan di Indonesia harus berlangsung secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil (LUBER JURDIL).
Peneliti Litbang Kompas Vincentius Gitiyarko Priyatno mengajak orang muda bersikap kritis membaca hasil survei dan bijak memanfaatkan media sosial tentang pemilu. Penelitian kompas menungkapkan bahwa semakin muda usia, semakin kecil angka pemilih bimbang. Pemilih bimbang mungkin disebabkan karena apatis, atau kandidat sama sama kuat daya tariknya, atau kandidat yang ada tidak menarik. Keluarga menjadi pemberi pengaruh terbesar dalam pilihan politik. Kedewasaan berdemokrasi dalam Pemilu menghadapi kekhawatiran terdapat kampanye hitam, politik uang, dan terpapar konten sesat media sosial terkait pemilu.
Hasil survei indikator tim peneliti PKBM Unika Atma Jaya yang dipimpin Clara R.P. Ajisuksmo, menemukan orang muda memiliki kepedulian dan antusiasme terhadap isu politik dan agenda Pemilu 2024. Lebih banyak orang muda berpartisipasi secara pasif dengan mengikuti pemberitaan terkait tokoh dan situasi politik terkini. Secara umum orang muda memiliki sikap realistis, namun tetap optimis. Citra, rekam jejak, janji politik, dan partai pengusung lebih menjadi pertimbangan orang muda.
Yuda Turana menyebut tujuan Pemilu adalah dinamika melaksanakan suatu proses demokrasi untuk memilih pemimpin untuk kemajuan Bangsa dan Negara Indonesia. Maka Yuda mengajak seluruh lapisan Masyarakat untuk ikut menyukseskan Pemilu dengan rasa dan logika.
“Saat menentukan pilihan, kita harus menempatkan rasional logika daripada emosional. Unika Atma Jaya sangat bahagia dapat ikut serta mendidik pemilih pemula yang hadir di Kampus 1 Semanggi untuk sukseskan Pemilu di Indonesia,” kata Yuda.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh KPU tentang Daftar Pemilih Tetap Pemilu 2024, dari 204.807.222 jumlah pemilih, KPU membagi pemilih tetap berdasarkan generasi yakni Pre-Boomer yakni penduduk dengan tahun lahir 1945 ke belakang sebesar 1,74% atau 3.570.850 pemilih, Baby Boomer dengan tahun lahir 1946-1964 sebesar 13,73% atau 28.127.340 pemilih, Gen X dengan tahun lahir 1965-1980 sebesar 28,07% atau 57.486.482 pemilih, Gen Milenial dengan tahun lahir 1981-1996 sebesar 33,60% atau 68.822.389 pemilih, Gen Z dengan tahun lahir 1997-2009 sebesar 22,85% atau 46.800.161 pemilih.
Seminar Nasional Edukasi Politik bagi pelajar, mahasiswa dan generasi muda ini dibungkus elegan dengan Pernyataan Bersama Pimpinan dan Alumni, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. Pernyataan bersama itu ditandatangani Yuda Turana, dan Michell Suharli bersepakat menyatakan:
- Mengambil bagian dalam Pemilu, sebagai hak dan tugas kami sebagai warga negara Republik Indonesia.
- Mengutamakan pendekatan damai tanpa kekerasan, sebagai salah satu cara menjunjung hak asasi setiap warga mengambil bagian dalam Pemilu.
- Melibatkan orang muda dan mahasiswa dalam aksi-aksi nyata meningkatkan kemandiran dan kebebasan dalam Pemilu berdasarkan suara hati dan akal sehat.
- Mengutamakan kerja sama antara perguruan tinggi dan lembaga pendidikan untuk memperkuat pendidikan demokratis.
- Mengecam dan menolak keras sikap memperalat anak muda dan mahasiswa dan segala bentuk kekerasan mengatasnamakan kesuksesan Pemilu.
Charles Samuel
Bidang Komunikasi dan Informatika
Perkumpulan Alumni Atma Jaya Jakarta