HIDUPKATOLIK.COM – Taman Bintang Samudra (TBS), taman doa dengan kekhasan Katolik yang terletak di Jalan Lintas Timur, Agrowisata, Desa Rebo, Sungailiat, Bangka, Provinsi Bangka Belitung, menurut rencana akan diberkati oleh Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo didampingi Uskup Keuskupan Pangkalpinang Mgr. Adrianus Sunarko, OFM beserta 10 uskup lainnya dari seluruh Indonesia, Kamis, 25 Januari 2024, sore.
Taman Bintang Samudra (TBS) sengaja hadir dengan konsep ruang terbuka hijau dan terbuka bagi siapa saja yang ingin berdoa atau sekedar menikmati alam dari tempat ini. Obyek wisata religi berskala nasional ini tidak hanya dihadirkan bagi umat katolik, namun terbuka untuk umum. Lintas agama, lintas budaya, lintas etnis dan suku bangsa.
“Kehadiran Taman Bintang Samudra ini terinspirasi Ensiklik Laudato Si’, sebuah ensiklik apostolik pertama yang membicarakan tentang ibu bumi sebagai rumah bersama. Ajaran Paus Fransiskus ini menyerukan tentang pertobatan ekologis, sebuah ajakan berbuat sesuatu untuk ibu bumi. Dan kami mencoba menghadirkan semua itu di TBS,” ujar Thomas Jusman selaku Ketua Yayasan Bangka Argo Lestari dalam sambutan pada Malam Berbagi Berkat di Hotel Soll Marina, Pangkalpinang, Rabu, 24/01/24.
Terpisah, Ketua Dewan Pembina Eddijanto Harlijanto menuturkan bahwa semua mimpi berawal dari keprihatinan akan alam Bangka yang harus rusak akibat penambangan timah.
“Dulu pada masa kecil kami biasa mandi di aliran sungai dengan air yang begitu jernih, tetapi kebijakan tambang yang tidak berpihak pada alam telah membuat semuanya tinggal kenangan. Kini tak dapat lagi kami temukan air sungai yang jernih, semua telah berubah menjadi ‘kolam susu’,” ujar Eddi.
Kerinduan akan tanah kelahiran yang asri seperti dulu menggerakkan hati Eddi dan kawan-kawan untuk melakukan sesuatu hingga akhirnya Taman Bintang Samudra kini telah menyelesaikan pembangunan tahap pertama yang mencakup Galeri Inspirasi, Ruang Benah Batin, 14 Stasi Jalan Salib (Jalan Salib Bukit), Ruang Pieta, Stasi Kebangkitan, 14 Jalan Salib Pelataran, Kolam Bunda Maria dan Promenade, Amphitheatre dan Bangku Para Kudus, Patung Bunda Maria serta dua unit waduk/reservoir.
Mimpi besar membangun TBS menjadi sebuah obyek wisata religi berskala nasional, bahkan internasional membuat yayasan menggandeng para arsitek, designer, enginer, seniman, juga tim auditor prefosional untuk mempertanggungjawabkan keuangan yang ada.
“Selanjutnya, yayasan berrencana membangun kapel, biara, gedung serbaguna dan rumah retret,” imbuh Ketua Dewan Pembina, Eddijanto Harlijanto.
Simbol Perdamaian dan Sahabat Alam
Sehari sebelum hari pemberkatan tiba, Rabu, 24/01/24, siang, para uskup dari seluruh Indonesia, imam dari Pulau Jawa dan undangan yang sudah tiba di Pulau Bangka langsung menuju TBS. Mgr. Adrianus Sunarko, pengurus yayasan dan panitia mengadakan penyambutan dengan tari sambut khas Bangka, Sekapur Sirih, dilanjutkan dengan santap siang bersama.
Tampak hadir dalam siang itu Kardinal Suharyo, Mgr. Nicholaus Adi Seputra (Uskup Emeritus Keuskupan Agung Merauke), Mgr. Petrus Boddeng Timang (Uskup Emeritus Keuskupan Banjarmasin), Uskup Agats Mgr Aloysius Murwito, Mgr. Petrus Canisius Mandagi MSC (Uskup Agung Merauke), Uskup Denpasar, Mgr. Silvester San, Uskup Agung Kupang Mgr. Petrus Turang. Sementara Uskup Bandung sekaligus Ketua KWI, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin dan Uskup Agung Palembang, Mgr. Yohanes Harun Yuwono tiba keesokan harinya, Kamis (25/01/24). Hadir pula 10 imam dari pulau jawa dan sekitar 200 undangan khusus.
Usai santap siang, Kardinal Suharyo tampaknya tidak sabar ingin melihat dari dekat semua fasilitas yang ada di TBS. Mulai dari galeri inspirasi, rombongan bergerak ke kafetaria, ruang benah batin, hingga jalan salib besar yung kontur tanah naik turun dan cukup menguras energi. Hingga rombongan tiba di stasi ke-14 dan memasuki Ruang Pieta untuk kemudian turun lagi menuju patung Bunda Maria Stella Maris yang terletak di tengah kolam.
Penyambutan hari itu ditutup dengan pelepasan burung merpati dan kutilang. Para uskup dan panitia terlebih dahulu melepas burung merpati.
“Kita melepas burung merpati sebagai simbol perdamaian dan burung kutilang sebagai simbol persahabatan kita dengan alam,” tutur Lucy Kurniawan, koordinator acara siang itu.
Caroline Fennie (Pangkalpinang)