web page hit counter
Senin, 25 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Mengenal Relikui Kerudung Bunda Maria dari Assisi, Bagian Kecil Relikui Disimpan di Katedral Jakarta

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – BASILIKA Santo Fransiskus dari Assisi, Italia dibangun atas perintah dari Paus Gregorius IX. Peristiwa ini terjadi satu hari setelah Fransiskus dikanonisasi pada tanggal 16 juli 1228. Elias, seorang Fransiskan, dipercaya oleh Paus menjadi arsitek pembangunan Basilika dan diberkati pada tanggal 24 Mei 1230.

Basilika Santo Fransiskus Assisi. (Foto: Dokpri Pastor Fictor)

Pemberkatan Basilika ini sekaligus bersama dengan perarakan jezanah Santo Fransiskus dari makam awal di dalam Gereja San Giorgio, Assisi ke Basilika yang baru selesai. Paus menyatakan bahwa Basilika ini adalah kepala dan ibu (Caput et matrem) dari Ordo Saudara Dina (OFM).

Di dalam Basilika tersimpan banyak karya seni lukis dari para mahakarya di setiap abadnya. Mulai dari maestro Francescano, Giotto, Pietro Lorenzetti, hingga Dono Doni dan masih banyak lagi. Di dalam Basilika terdapat makam para pengikut Santo Fransiskus, kardinal dan bangsawan yang berjasa dan berdevosi kepada Fransiskus. Dan, terdapat juga Relikui Kerudung Bunda Maria.

Relikui kerudung Bunda Maria menurut Felice Autieri OFMConv, sudah ada dari tahun 1320 yang dipersembahkan oleh Tommaso Orsini, seorang bangsawan dari Manopello, Italia. Dikisahkan oleh seorang ahli Sejarah, Antonio Cristofani bahwa relikui ini dipersembahkan oleh pengusaha Damaskus, Sayf al-Din Tanqis al-Nasiei yang pada waktu itu telah mengambilnya dari seseorang yang tidak dikenal dari gereja di Yerusalem.

Baca Juga:  Rekoleksi Pasutri TNI-POLRI: Siap Menikah, Siap Menderita
Sacro Convento dan berdampingan dengan Basilika Santo Fransiskus Assisi. (Foto: Dokpri Pastor Fictor)

Ketika Kembali ke Italia dan diserang oleh penyakit, Tommaso Orsini bernazar kepada Santo Fransiskus bahwa jika dia mengalami mukjizat kesembuhan, akan mempersembahkan relikui ini kepada saudara-saudara Fransiskan di Sacro Convento, Basilika Santo Fransiskus Assisi. Atas alasan ini diceritakan oleh Cristofani bahwa pada tanggal 11 maret 1320 di depan altar makam Santo Fransiskus, Relikui dipersembahkan dan dihormati.

Relikui dijadikan oleh penduduk Assisi sebagai rahmat besar dan tumbuhlah devosi kepada Kerudung Bunda Maria yang begitu bernilai ini. Setiap kali Kota Assisi dilanda mara bahaya dan penyakit yang berbahaya, penduduk senantisa berdoa dan memperoleh berkat lewat devosi kepada relikui ini.

Prasasti pengesahan Basilika St. Fransiskus Assisi sebagai “Caput et Matrem” Ordo Saudara Dina
Terdapat di sebelah kiri bagian luar Pintu masuk Basilika Inferior, Santo Fransiskus Assisi.
(Foto: Dokpri Pastor Fictor)

Dalam catatan sejarah pada peristiwa wabah yang melanda wilayah Umbria pada tahun 1362, para Fransiskan dari Sacro Convento, membawa relikui ini dalam prosesi bersama penduduk diiringi doa-doa, untuk memohon pembebasan dari wabah dan keselamatan kota.

Tradisi lain setiap kali selesai prosesi dilangsungkan berkat melalui pengantaraan Relikui dari atas kubah bagian luar Basilika superior (atas) oleh Kustos (Pelayan utama) Sacro Convento bagi semua umat yang hadir.

Pengalaman Mistik

Santo Yosef Copertino, tinggal di Sacro Convento beberapa tahun dan sangat berdevosi kepada Relikui Kerudung Bunda Maria. Ia selalu mengalami ekstasi ketika melihat Relikui ini.

Baca Juga:  Renungan Harian 23 November 2024 “Lepas Bebas”

Sumber-sejarah mencatat, pada tanggal 2 juli 1646 ketika selesai prosesi meriah, Ludovico (seorang Fransiskan) memanggil Copertino karena ia mengetahui kerinduannya untuk dapat menghormati Relikui. Dan, sungguh, ketika Copertino mencium kerudung dengan rasa devosi yang sangat mendalam maka tampaklah olehnya sang Santo terangkat sampai ke pertengahan dari ruang saktristi.

Kerudung Bunda Maria, ditakttakan di kapel Santo Yohanes Pembaptis. Kapel ini berada di sisi kiri altar basilika Inferior Santo Fransiskus Assisi. (Foto: Dokpri Pastor Fictor)

Kesaksian lain dicatat bahwa pada tahun berikutnya seturut pengalaman Ottavio Aromatari ketika Copertino diundang kembali secara personal untuk menghormati Kerudung, setelah selesai berdoa dan mencium Kerudung, terbukalah mulut Sang Santo. Ia hanya mengucapkan doa Salam Maria. Kemudian ia terdorong sekitar delapan langkah ke belakang dan seketika itu juga Sang Santo terangkat.

Pengenalan dan Penelitian

Relikui awalnya disimpan dalam inventaris pada tahun 1430. Selanjutnya dipindahkan ke tempat yang sekarang atas kehendak dari Kardinal Alessandro Peretti. Ketika itu keluarga Camilla telah mempersembahkan satu kapel, yakni Kapel Santo Yohanes Pembaptis di dalam Basilika Santo Fransiskus Assisi, tahun1604, agar Relikui bisa disimpan dengan lebih baik.

Kerudung ini telah menjadi objek studi dari para ahli kain, sebagaimana dihasilkan yang menyatakan bahwa tenunannya kuno dan terbuat dari bisus, sejenis sutera laut alami yang diperoleh dari filamen yang dikeluarkan beberapa moluska kerang ketika mereka menempel pada batu. Pembuatannya dikembangkan di kawasan Mediterania, sedangkan karena mahalnya biaya produksi, kerudung jenis ini banyak digunakan oleh wanita-wanita dari garis keturunan tinggi, yang sering dipamerkan oleh istri-istri tokoh berpengaruh di masyarakat saat itu.

Baca Juga:  Keuskupan Tanjungkarang Memperoleh Tiga Imam Baru: Imam Tanda Kehadiran Allah
Kerudung Bunda Maria, di dalam basilika Santo Fransiskus Assisi. (Foto:Dokpri Pastor Fictor)

Umat beriman dan para peziarah dapat berdoa dan menghormati Relikui Kerudung Bunda Maria ini dua kali setahun yakni pada 15 Agustus, saat merayakan Hari Raya Maria Diangkat ke Surga dan pada 8 Desember pada perayaan Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa.

Di Indonesia

Beberapa waktu lalu, Pastor Salvatore Sabato, OFMConv memohon kepada Kustos di Sacro Convento agar bagian kecil dari Relikui dipersembahkan kepada Gereja Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga, Katedral Jakarta.

Pada saat konsistori di Vatikan 28 agustus 2022, Pastor Salvatore menyerahkan Relikui ini kepada Kardinal Ignatius Suharyo. Relikui kemudian diletakkan untuk dihormati di dalam Katedral Jakarta.

Relikui ini diletakkan di Altar Maria, Katedral, Jakarta. (Foto: Susyana)

Semoga devosi melalui Bunda Maria semakin memperteguh iman umat beriman kepada Allah yang hadir melalui hambanya yang setia. Bunda Maria menjadi teladan dan model iman bagi umat beriman dalam mengikuti Yesus.

Pastor Fictor Natanael Ginting, OMFConv, tinggal di Pematangsiantar

Majalah HIDUP, Edisi No.01, Tahun Ke-78, MInggu, 7 Januari 2024

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles