web page hit counter
Jumat, 22 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Umat Katolik di Korea Utara dan Selatan Berdoa Bersama dalam Misa untuk Rekonsiliasi

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – Sebuah “Misa Rekonsiliasi” khusus dirayakan di Katedral Seoul, meneruskan tradisi inisiatif perdamaian yang dimulai pada tahun 1995 dan dirayakan oleh komunitas Katolik di kedua sisi paralel ke-38.

Walaupun kekuatiran dunia meningkat dalam beberapa hari terakhir atas ketegangan antara Korea Utara dan Selatan, pada tanggal 9 Januari di Seoul dan Pyongyang umat Katolik berkumpul dalam doa untuk memohon perdamaian dan rekonsiliasi. Kantor berita Fides melaporkan tentang “Misa Rekonsiliasi” yang diadakan di Katedral Seoul, sebuah inisiatif yang dimulai oleh Kardinal Stephen Kim pada tahun 1995 dan dilanjutkan sejak saat itu dengan perayaan Ekaristi dan momen doa yang melibatkan komunitas Katolik di kedua sisi: paralel ke-38. Misa yang dirayakan pada tanggal 9 Januari menandai Ekaristi ke-1.400 untuk rekonsiliasi, memberikan kesaksian atas perhatian penuh doa Gereja terhadap perjalanan perdamaian di Semenanjung Korea.
Doa Santo Fransiskus

Setelah Misa Rekonsiliasi, sebuah pernyataan dari Keuskupan Agung Seoul mencatat bahwa mereka yang hadir mendaraskan doa yang ditujukan kepada Tuhan melalui Santo Fransiskus, “Tuhan, jadikan aku alat perdamaian-Mu, di mana ada kebencian, izinkan aku menabur cinta; di mana ada luka, ada maaf.” Hari ini doa itu bergema dan naik ke Yang Maha Tinggi bahkan sampai ke seberang perbatasan, yang diucapkan oleh umat dari “Asosiasi Katolik Korea Utara”, yang diakui oleh pemerintah di Pyongyang. Faktanya, pada tanggal 15 Agustus 1995, Augustine C. Park, seorang imam Korea yang melayani sebagai imam di Amerika Serikat selama bertahun-tahun, mengunjungi umat Katolik di Pyongyang dan “doa untuk rekonsiliasi” diadopsi. Sejak itu, setiap hari Selasa umat di Katedral Seoul dan Asosiasi Umat Katolik Korea Utara di Gereja Changchung di Pyongyang mendaraskan doa ini dalam persekutuan dan intensi spiritual.

Baca Juga:  Renungan Harian 20 November 2024 “Waspadai Iri Hati”

Harapan untuk rekonsiliasi

Pada Misa yang dirayakan di Seoul pada tanggal 9 Januari, kantor berita Fides melaporkan bahwa Job Yobi Koo, Uskup Auxiliari Seoul, yang memimpin perayaan tersebut, mengenang dalam homilinya bahwa “Motivasi Kardinal Stephen Kim untuk memulai Misa ini bukanlah untuk ‘berdoa bagi perubahan yang lain’ tetapi untuk ‘berdoa memohon rahmat rekonsiliasi dan persatuan dari Tuhan.’ Setelah itu, niatnya adalah ‘berdoa agar kita bisa menjadi alat pengampunan dan rekonsiliasi, sehingga seluruh umat di negeri ini bisa bersatu dalam cinta kasih’.”

Nabi perdamaian

Uskup juga mengingatkan bahwa Gereja Korea Selatan merayakan Misa Perdamaian pada peringatan 70 tahun gencatan senjata Perang Korea pada tanggal 27 Juli 2023. Untuk perayaan itu Paus Fransiskus mengirimkan pesan dan memberkati semenanjung Korea, “mendorong kita untuk menjadi nabi perdamaian,” katanya. Juga dalam pesan Natal Urbi et Orbi tahun 2023, beliau mengingatkan bahwa “Paus berharap akan tiba harinya ketika hubungan persaudaraan akan diperkuat di semenanjung Korea, membuka jalur dialog dan rekonsiliasi yang dapat menciptakan kondisi untuk perdamaian abadi.” Beliau menyimpulkan, “Mari kita berdoa bersama agar kita dapat menjadi rasul perdamaian yang sejati.”

Baca Juga:  PESAN NATAL KWI DAN PGI: “MARILAH SEKARANG KITA PERGI KE BETLEHEM” (LUK 2:15)

Tradisi tiga dekade

Perayaan Ekaristi khusus dimulai pada tanggal 7 Maret 1995 dengan Misa Rekonsiliasi pertama yang dirayakan oleh Kardinal Stephen Sou-hwan Kim, yang saat itu menjabat sebagai Uskup Agung Seoul dan Administrator Apostolik Pyongyang. Pada awalnya, para uskup dan imam di Seoul merayakan Misa. Mulai tahun 2000, para imam yang baru ditahbiskan di komunitas tersebut memimpin Ekaristi. Tradisi ini telah berlangsung selama 29 tahun, setiap hari Selasa pukul 7 malam, hanya dengan jeda singkat karena pandemi. Pada bulan Mei 2017 ketika merayakan 100 tahun penampakan Bunda Maria di Fatima, Kardinal Andrea Soo-jung Yeom, yang saat itu menjabat sebagai Uskup Agung Seoul, dengan Surat Pastoral Luar Biasa ingin menambahkan devosi doa Rosario setelah Misa untuk rekonsiliasi dengan maksud untuk mempercayakan kepada Perawan Maria dengan perdamaian di Semenanjung Korea dan perdamaian di seluruh dunia. **

Baca Juga:  Pementasan Teater dan Konser Mini “Bukan Pahlawan Biasa” SMA Karya Budi Putussibau

Vatican News/Frans de Sales

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles