HIDUPKATOLIK.COM – 1Mak. 6:1-13; Mzm. 9:2-3.4.6.16.19; Luk. 20:27-40
PARA pemimpin bangsa Israel, imam dan ahli Taurat berusaha untuk menjerat Yesus dengan berbagai pertanyaan (Luk. 20:2,20,22) dan pada kesempatan ini mereka menanyakan tentang kebangkitan orang mati. Yesus mengajarkan tentang Allah yang hidup dan apa yang penting di dalam hidup setelah kematian. Di keabadian, setiap orang akan menghadapi pengadilan di hadapanAllahdanmanusiatidakdiadili karena kesuksesan, kekayaan duniawi yang ia miliki, atau karena pasangan yangcantikdantampan.
Kita seringkali melupakan siapa diri kita serta tujuan hidup yang kita miliki. Tuhan menciptakan kita untuk keabadian, yaitu hidup dalam persekutuan dengan Dia, yang adalah kasih. Surga di mana Allah menjadi segala-galanya di atas segala, tidak lain adalah kehidupan bersama Allah Tritunggal Mahakudus. Ia menghendaki agar setelah hidup di dunia ini, kita hidup bersama Dia. Untuk itu manusia diberikan rahmat pengudus. Di dalam pekerjaan kita sehari-hari, kita dimampukan untuk hidup kudus yaitu melaluijalancintakasih.
Mungkin hidup kita saat ini terlalu nyaman dengan berbagai kenikmatan yang ditawarkan oleh dunia sehingga cenderung untuk mengabaikan pan- dangan kepada hidup kekal.
Sr. M. Eusebia, P.Karm Dosen STIKAS St. Yohanes Salib Bandol, Kalimantan Barat
Dalam konteks kehidupan sehari-hari, apa tantangan yang mungkin dihadapi oleh pembaca dalam menerapkan nilai-nilai keabadian tersebut? Regard Telkom University