web page hit counter
Rabu, 25 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Uskup Sibolga, Mgr. Fransiskus Tuaman Sasfo Sinaga: Menghidupi Kekuasaan Kristus

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – Minggu, 26 November 2023 Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam Yeh.34:11-12, 15-17; Mzm.23:1-2a, 2b-3, 5-6; 1Kor.15:20-26, 28; Mat.25:31-46

PADA suatu ketika, Abraham Lincoln mengunjungi para tentaranya yang terluka di medan perang, di sebuah rumah sakit. Dia berjalan dari satu bangsal ke bangsal yang lain sembari memberikan semangat dan simpatinya kepada mereka. Dia mendekati ranjang seorang tentara muda yang tampaknya sesaat lagi akan meninggal. Lincoln bertanya, “Nak, apa yang bisa saya lakukan untukmu?”

Anak muda itu memandangnya dan bertanya balik, “Apakah bapak bersedia menuliskan sepucuk surat untuk ibu saya?”. Lincoln pun menjawab, “Tentu! Dengan segera!” Kemudian dia mengambil setumpuk kertas surat. Dia duduk di samping ranjang dan setia menuliskan kata-kata yang diucapkan anak muda itu. Seusai menulis, dia menatap wajah anak itu dan bertanya kepadanya, “Saya akan mengirimkan surat ini dari kantor saya secepatnya! Sekarang, masih adakah hal lain yang bisa saya lakukan untukmu, anakku?”

Baca Juga:  Kisah Natal yang Hangat : Kesederhanaan Natal Menginspirasi Mereka untuk Melihat Kasih Kanak-kanak Yesus dalam Diri Sesama

Anak muda itu memandangnya penuh keraguan dan bertanya kepadanya lagi, “Apakah bapak bersedia berada di sini, di samping saya? Saya ingin bapak memegang tangan saya!” Dengan kasih, Lincoln pun duduk di sampingnya dan memegang tangannya sambil mengelus penuh kelembutan. Tidak lama berselang, tentara muda itu mengembuskan napasnya yang terakhir dalam pelukan Lincoln, Sang Presiden yang tidak dikenalnya.

Sebagai seorang Presiden, sesungguhnya Lincoln bisa melakukan apa saja sekehendaknya. Namun, dalam kisah hidupnya yang dikenal dunia, sebagaimana tersimpul dalam kisah ini, kekuasaan Lincoln bukanlah kekuasaan yang memaksa dan menindas, melainkan kekuasaan cinta dan pelayanan. Sebagai pengikut Kristus, Lincoln menghidupi kekuasaan Kristus sendiri, yaitu kekuasaan yang mengabdi, bukan mencaplok; kekuasaan yang mendatangkan rasa gembira, bukan rasa cemas; kekuasaan yang memberikan kehidupan sejati, bukan kehidupan yang semu; kekuasaan yang dilandaskan pada kejujuran, bukan kelicikan; kekuasaan yang bertumpuh atas kebenaran, bukan atas dasar rekayasa.

Yesus adalah Raja. Kekuasan yang dimiliki-Nya, bukan demi kemuliaan dan kehormatan pribadi, melainkan untuk memberikan kehidupan kepada semua manusia yang lapar, yang haus, yang terasing, yang telanjang, yang sakit, yang menganggur, yang terpenjara dan yang sedang kesepian.

Baca Juga:  Kardinal Suharyo: Tahun Suci 2025, Pembukaan Pintu Suci Hanya Simbol

Kepada Kristus, Sang Raja, kita yang beriman kepada-Nya harus memercayakan diri. Dialah Raja Hati dan Kehidupan kita. Berkenaan dengan itu, kita  patut bertanya, “Apa artinya mengakui Yesus Kristus sebagai Raja dalam kehidupan kita?”

Mengakui Yesus sebagai Raja berarti percaya bahwa Dialah Raja hati dan kehidupan kita: Dialah Allah dan Kekasih kita; Dialah Kehidupan dan Kecintaan kita satu-satunya; Dialah satu-satunya Kepunyaan kita dalam segalanya; Dialah milik satu-satunya, seluruh dan seutuhnya bagi kita.

Di mana pun kita berada, dengan siapa dan terhadap siapa kita menghayati kebajikan ini, kita mewujudkan Kerajaan Kristus: Diri kita adalah kerajaan-Nya; Hati kita adalah takhta-Nya; Jiwa kita adalah ratu-Nya. Sang Raja adalah Yesus, Putera Allah sendiri. Ini berarti bahwa yang menguasai dan merajai hati kita adalah Yesus Kristus sendiri. Dialah penguasa Tunggal dalam hati dan kehidupan kita.

Baca Juga:  Benarkah Misa Natal Saja Belum Cukup?

Jika kita mengakui bahwa Yesus adalah Raja Hati kita, maka saat ini adalah kesempatan berahmat bagi kita untuk menjumpai Yesus, Sang Raja dalam diri sesama yang lapar dan haus; menjumpai Yesus dalam diri orang asing, orang yang telanjang, orang sakit, para pengangguran, narapidana dan orang-orang yang kesepian.

Kita dituntut membuka pintu hati kita terhadap sesama, terutama yang berada dalam situasi demikian. Setiap peristiwa yang menyakitkan, terutama tragedi dan penderitaan yang dialami sesama seharusnya menggerakkan hati kita untuk berbuat. Dengan cara yang sederhana ini, kita memberikan hati kepada sesama  dan menjadikan sesama sebagai bagian dari kehidupan kita. Inilah nilai hidup yang mendasari Kerajaan Yesus Kristus dan semua pengikut-Nya.

“Yesus adalah Raja. Kekuasan yang dimiliki-Nya, bukan demi kemuliaan dan kehormatan…”

Majalah HIDUP, Edisi No. 48, Tahun Ke-77, Minggu, 26 November 2023

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles