HIDUPKATOLIK.COM – JURNALISME hari ini mempunyai dua sisi. Di satu sisi, ia bisa menjadi alat untuk menyampaikan kebenaran yang berujung pada penciptaan masyarakat yang berkualitas. Namun di sisi lain, jurnalisme juga berpotensi jadi corong kabar hoaks yang berakibat turunnya mutu berpikir masyarakat. Ditambah lagi dengan tuntutan kecepatan pemberitaan dan banyaknya arus informasi masa sekarang yang serba digital yang berarti semua serba cepat penyebarannya.
Salah satu elemen jurnalisme adalah memverifikasi kabar yang datang. Inilah yang membedakan jurnalisme dengan hiburan, fiksi, seni, propaganda, dan segala macam bentuk unggahan asal jadi di media social dan digital.
Jurnalisme bukan sekadar menyampaikan informasi. Ia punya seperangkat metode tertentu demi menyajikan kabar yang benar ke hadapan pembaca.
Untuk menumbuhkan jurnalisme yang berkualitas, langkah pertamanya adalah dengan memperkenalkan dasar-dasar atau pendidikan jurnalisme yang berkualitas ke khalayak. Semakin muda khalayaknya, semakin bagus.
Inilah yang dilakukan Yayasan Tarakanita pada peserta didiknya di tingkat SMA dan SMK se-Indonesia yang mencakup wilayah DKI Jakarta, Tangerang, Jawa Tengah, Yogyakarta, Surabaya, Bengkulu dan Lahat. Siswa-siswi dibimbing dan dilatih bagaimana cara memahami serta menulis berita dalam koridor seorang jurnalis serta sebagai content creator.
Tujuannya adalah menciptakan jurnalisme berkualitas sekaligus meningkatkan kompetensi siswa SMA dan SMK. Pelatihan dilangsungkan melalui sambungan online zoom, Kamis (12/10/2023). Kegiatan selama dua jam ini mengikutsertakan lebih dari 100 peserta didik. Temanya, Literasi Jurnalistik Pada Era Digital.
Pelatihan dipimpin F. Hasiholan Siagian selaku Wakil Pemimpin Redaksi Majalah HIDUP/www.hidupkatolik.com dengan moderator Priscila Felicia Elu selaku Guru Bahasa Indonesia SMA Stella Duce 1 Yogyakarta.
Hasiholan, dalam satu bagian paparannya, mengungkapkan bahwa pelatihan literasi jurnalistik merupakan wujud salah satu dukungan dan pembekalan kepada generasi muda yang ingin mendalami dunia jurnalisme.
Ia juga mengapresiasi kegiatan ini sebagai suatu hal yang positif, yang perlu terus didukung dan ditindaklanjuti dengan pelatihan-pelatihan dasar jurnalistik lanjutan.
Pelatihan ini dikemas dalam dialog interaktif dan games serta kuis yang meningkatkan antuasiasme dan mengasah kreativitas para peserta. Suasana pelatihan terasa begitu cair dan didukung aktifnya peserta selama kegiatan berlangsung.
“Semoga pelatihan ini membawa dampak positif dan tidak hanya di bidang jurnalistik saja. Ada profesi lainnya yang mungkin dapat kita kenalkan sejak dini kepada para siswa. Sehingga ke depannya peserta didik ini sudah memiliki gambaran hendak melangkah ke mana ke depannya,” kata Priscila Felicia Elu.
Salah seorang peserta dari SMA Tarakanita 2 Jakarta, Stephanie Rose memberikan pandangan perihal literasi di era digital ini dari sudut pandang generasi muda saat ini.
“Pelatihan ini sangat membantu dan membuka wawasan pada generasi muda untuk diarahkan dan diajarkan bagaimana cara memahami serta menulis berita dalam koridor seorang jurnalis serta sebagai content creator,” ujar Stephanie.
Laporan Albertus Cahyo, staf Humas Tarakanita Pusat, Jakarta