web page hit counter
Minggu, 22 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Uskup Ketapang, Mgr. Pius Riana Prapdi Perjamuan Keselamatan

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – Minggu, 15 Oktober 2023 Minggu Biasa XXVIII Yes.25:6-10a; Mzm.23;1-3a, 3b-4, 5,6; Flp.4:12-14, 19-20;Mat.22:1-4 (panjang) atau Mat.22:1-10 (singkat)

SUNGGUH suatu kehormatan besar bila kita diundang oleh tokoh penting untuk menghadiri pesta nikah, apalagi seorang raja. Namun terasa aneh dalam perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus bahwa tamu undangan tidak bersedia hadir karena berbagai alasan yang membuat pemilik pesta marah. Perjamuan “dengan masakan yang mewah, anggur tua benar dan lemak serta sumsum” telah disediakan namun tamu-tamu undangan menolak bahkan ada yang membunuh para utusan.

 Mgr. Pius Riana Prapdi (kanan)

Ketidakhadiran para tamu undangan tidak menyebabkan batalnya perjamuan. Sang Raja mengetahui apa tersembunyi dalam hati para tamu undangan yang menolak sebab “Tuhan melihat hati” (Bdk. 1 Sam. 16:7). Undangan disampaikan kepada semua orang yang bisa mendengar berita sukacita Injil. Para undangan diminta dengan sangat untuk hadir. Kabar sukacita Injil diwartakan dengan kelembutan, kegembiraan dan dalam nama Kristus (Bdk. 2Kor. 5:11, 20). Hati Kristus tertuju kepada kebahagiaan jiwa-jiwa yang malang. Ia bukan hanya memberi yang berkekurangan, tetapi menguatkan yang lemah bahkan mencari dan menyelamatkan yang hilang (Bdk. Luk. 19:10) serta menghendaki agar kita mempunyai hidup dalam segala kelimpahan (Bdk. Yoh. 10:10). Allah tidak pernah kehabisan cara untuk menyelamatkan yang dicintaiNya. Ketika tamu-tamu undangan itu tidak mau datang, Raja itu menyuruh pula hamba-hamba lain (Mat. 22:4).

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Sikap dingin terhadap panggilan sering kita jumpai dalam kehidupan bahkan dalam perjalanan hidup kita. Sikap dingin penolakan terhadap panggilan akan kekudusan yang digambarkan dalam diri orang-orang Yahudi, melukiskan penghinaan dan perlawanan banyak orang dari segala waktu terhadap Injil Kristus. Tidak mengindahkan Kristus dan keselamatan yang diadakanNya merupakan stunting rohani. Kerusakan rohani atau stunting rohani terjadi karena orang tidak peduli, tidak mau berpaling, bersikap masa bodoh dan acauh tak acuh terhadap panggilan akan keselamatan jiwa-jiwa. Dua ensiklik Paus Fransiskus, Laudato Si’ tentang perawatan bumi rumah bersama dan Fratelli Tutti tentang persaudaraan sejati, menggambarkan betapa stunting rohani benar-benar serius. Karena itu sungguh-sungguh diperlukan pertobatan ekologis dan mendesaknya membangun persaudaraan sejati yang bercita rasa Injili.

Melalui perumpamaan perjamuan nikah, Yesus mengajak kita untuk menanggapi serius undangan keselamatan. Undangan keselamatan tetap diberikan sekalipun yang diundang tidak peduli. Utusan Yesus menyampaikan undangan kabar baik bagi semua orang khususnya orang berdosa. Ketidakpedulian para undangan menggambarkan betapa mereka tidak mengerti akan keindahan dan sukacita hidup bersama Allah. Kita termasuk yang mana? Peduli pada undangan keselamatan atau lebih mementingkan urusan sendiri?

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Undangan keselamatan harus dimaknai bahwa Allah mengundang kita bukan karena kita layak melainkan karena anugerahNya. Mereka yang akhirnya diundang adalah semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang yang jahat dan orang-orang yang baik. Semua anak-anak Allah yang tercerai-berai (Yoh. 11:52), domba-domba lain yang bukan dari kandang ini (Yoh. 10:16). Mereka dikumpulkan dalam satu tubuh, satu keluarga, satu perhimpunan. Semua yang tidak layak untuk menghadiri perjamuan itu diundang. Jika Allah tidak mengundang, mungkin kita tidak datang ke perjamuan kawin Anak Domba. Masihkah kita mau berdalih tidak menerima undangan dan tidak peduli?

Kita yang telah menerima undangan keselamatan Allah tidak bisa hidup dengan cara yang sama seperti sebelum kita menerima undangan. Pada waktu Allah mengundang kita, kita masih dalam keadaan dosa. Namun pada waktu kita datang kepada Allah, kita harus datang dengan pakaian pesta. Kita tidak bisa bersembunyi di antara para tamu lain karena Sang Raja sendiri akan masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu. Allah mengetahui siapa yang sungguh mengenakan pakaian pesta, yang hatinya sungguh-sungguh mengharapkan keselamatan. Mata Allah terlalu suci untuk melihat dosa karena itu kita harus datang dalam kesucian. Pakaian pesta cita rasa hidup yang sepadan dengan Injil dan pengakuan percaya kita akan Injil, supaya hidup kita sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu (Bdk. Ef. 4:1), hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus (Bdk. Flp. 1:27).

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Perumpamaan ditutup dengan ungkapan yang sering kita dengar: “banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih (Mat. 22:14). Memang banyak yang dipanggil. Tetapi bila kita memisahkan semua yang tidak terpilih karena tidak mengindahkan undangan dan dengan terus terang menyatakan lebih menyukai hal-hal lain yang sudah ada sebelumnya, jika kita memisahkan mereka yang mengaku percaya. Tetapi watak pola pikir serta kecenderungan umum perilaku mereka bertolak belakang dengan pengakuan percaya mereka, jika kita memisahkan semua orang yang hidup tidak senonoh serta semua orang munafik, maka kita akan melihat betapa sedikit sedikit jumlah yang dipilih.

Kerusakan rohani atau stunting rohani terjadi karena orang tidak peduli, tidak mau berpaling, bersikap masa bodoh dan acauh tak acuh terhadap panggilan akan keselamatan jiwa-jiwa.”

Majalah HIDUP, Edisi No. 42, Tahun Ke-77, Minggu, 15 Oktober 2023

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles