HIDUPKATOLIK.COM – Paus Fransiskus mengimbau komunitas internasional untuk mendukung mediasi antara Azerbaijan dan Armenia ketika puluhan ribu warga Armenia meninggalkan daerah kantong Nagorno-Karabakh yang diperebutkan, dan ia berdoa bagi para korban ledakan besar di kota Stepanakert.
Paus Fransiskus mengatakan dia telah mengikuti situasi dramatis pengungsi Armenia di Nagorno-Karabakh dalam beberapa hari terakhir dan menegaskan kembali seruannya untuk mediasi politik antara Azerbaijan dan Armenia.
Berbicara pada Angelus hari Minggu (1/10), beliau berkata: “Saya memperbarui seruan saya untuk berdialog antara Azerbaijan dan Armenia, dengan harapan bahwa perundingan antara kedua pihak, dengan dukungan komunitas internasional, akan menghasilkan kesepakatan yang langgeng yang akan mengakhiri krisis kemanusiaan. .”
Serangan kilat pekan lalu yang dipimpin oleh Azerbaijan di daerah kantong Nagorno-Karabakh yang diperebutkan telah menyebabkan eksodus penduduk Armenia di wilayah tersebut setelah Baku memerintahkan pejuang Armenia di wilayah tersebut untuk dilucuti dan para pemimpin yang berkonflik menandatangani perjanjian gencatan senjata.
Pihak berwenang Armenia mengatakan lebih dari 100.000 orang telah tiba di Armenia dari daerah kantong tersebut, yang mencakup lebih dari 80 persen populasi Armenia di daerah kantong tersebut. Kedua belah pihak telah terlibat konflik selama tiga dekade dan saling menuduh melakukan serangan, pembantaian, dan kekejaman lainnya.
Pada bulan Desember 2022, Azerbaijan memblokir Koridor Lachin, satu-satunya jalan yang menghubungkan Nagorno-Karabakh dengan Armenia, dan menuduh pemerintah Armenia menggunakannya untuk pengiriman senjata ilegal ke pasukan ‘separatis’ di kawasan itu.
Doa untuk korban ledakan di Stepanakert
Paus Fransiskus juga mengatakan dia berdoa untuk para korban kecelakaan tragis di kota Stepanakert yang secara de facto menjadi ibu kota Armenia di Nagorno-Karabackh.
“Saya jamin doa saya untuk para korban ledakan di depo bahan bakar dekat kota Stepanakert,” katanya.
Setidaknya 170 orang diketahui tewas dalam ledakan tersebut dan rumah sakit berjuang untuk merawat 290 orang yang terluka dalam ledakan tersebut setelah blokade pada bulan Desember menyebabkan mereka mengalami kekurangan pasokan medis yang parah. Beberapa korban luka kini telah dievakuasi dengan helikopter Armenia.
Belum jelas apa penyebab ledakan pada malam tanggal 25 September tersebut.**
Linda Bordoni (Vatican News)/Frans de Sales