HIDUPKATOLIK.COM – Suasana tampak berbeda di sebuah rumah di tengah kota Yogyakarta. Umat Lingkungan Pius dan Gemawang Yogyakarta tampak bersemangat hadir dalam acara istimewa yang digelar sederhana. Sore itu, 18/9/2023 menjadi kesempatan bersyukur bagi keluarga Mgr. Pius Riana Prapdi, Uskup Ketapang. Sore yang terasa hangat, umat bertemu sahabat, keluarga, dan merasakan kegembiraan dalam perjumpaan yang istimewa.
Kegembiraan itu berpuncak dalam perayaan ekaristi konselebrasi yang dipimpin oleh Mgr. Pius didampingi beberapa imam lain.
Hadir sore itu antara lain Romo Laurensius Sutadi (Vikjen Keuskupan Ketapang), Romo Simon Anjar Yogatama (Sekretaris Uskup Ketapang), Romo Fransiskus El Tara (Pastor Paroki Tumbangtiti, Ketapang), dan Romo Jonathan Billy Cahyo Adi (Pastor Paroki Nandan).
Rekan seangkatan tahbisan imam Mgr Pius, yang turut hadir antara lain Romo Stefanus Istoto (Paroki Banyutemumpang), Romo Iswahyudi (Paroki Promasan), dan Romo Yohanes Suyadi (Paroki Salam).
Dalam pengantar misa, Mgr Pius mengatakan bahwa perayaan ekaristi sore itu mengandung empat ujud ungkapan syukur. Pertama, syukur atas HUT ke-79 Ibunda Mgr Pius, Maria Christina Dalminah. kedua, syukur atas HUT ke-11 Rahmat Tahbisan Uskup yang telah diterima 9 September 2012 lalu.
“Rahmat tahbisan adalah karunia yang amat luhur dan tak seorang seorang pun merasa layak untuk menerimanya. Namun karena belas kasih Allah saya diberi Rahmat yang amat luhur itu sehingga yang bisa kita lakukan hanyalah bersyukur, bersyukur dan bersyukur,” katanya.
Yang ketiga, syukur atas Ulang Tahun Ke-31 Tahbisan Imamat Romo Laurentius Sutadi. Rahmat tahbisan ini adalah rahmat istimewa maka Romo Sutadi mempunyai motto tahbisan, “Karunia ini kami simpan dalam bejana tanah liat.”
Yang keempat, mohon berkat atas rumah Ibunda yang baru saja selesai direhab. “Semoga rumah ini menjadi rumah yang dipenuhi berkat sehingga setiap orang yang masuk ke dalamnya merasakan kedamaian dan ketentreman serta orang yang keluar dari rumah ini dapat mewartakan kedamaian dan ketentraman kepada setiap orang yang dijumpainya dalam perjalanan hidup mereka,” harap Uskup.
Uskup juga mengatakan bahwa beberapa rekan imam dari Keuskupan Ketapang baru saja menyelesaikan retret tahunan yang diselenggarakan di Lembang. Sebagai tradisi dua tahunan para imam Keuskupan Ketapang akan melakukan retret di luar kota/pulau. Sedangkan para rekan imam seangkatan juga baru saja merayakan HUT tahbisan imam ke-28. Dengan penuh syukur, Uskup mengajak umat untuk selalu berdoa bagi para gembala ini, karena Allah akan selalu mendengarkan doa kita.
“Kita harus berdoa untuk semua orang karena Allah ingin semua orang diselamatkan,” katanya.
Ia mengatakan, Allah menghendaki agar semua orang selamat, tidak ada yang dikecualikan. “Allah tidak menghendaki kita mengalami kebinasaan entah karena dosa, entah karena keegoisan kita, entah karena keserakahan kita. Allah menghendaki kita selamat dan dengan demikian menjalani hidup dengan sukacita, sejahtera dan suci. Supaya kita dapat menjalani hidup dengan 3 S itu, yaitu sukacita, sejahtera dan suci maka harus berdoa. Mengapa dengan doa kita bisa menjalani hidup sukacita, sejahtera dan suci? Karena doa singkatan dari Didengarkan Oleh Allah,” katanya.
Dikatakannya pula, pertambahan usia menjadi tua dapat dipahami dalam dua makna. “Tua itu punya dua arti yang mendalam. Tuwa tuwi, tuwa tuwuh; yang artinya adalah tua semakin suka mengunjungi, itu tuwa tuwi. Dan tuwa tuwuh artinya orang tua yang selalu tumbuh, tumbuh idenya, gagasannya dan kebijaksanaannya sehingga semua orang yang datang kepadanya tidak pernah mengalami jalan buntu. Tuwa tuwi artinya makin tua makin suka dan sering mengunjungi anak, cucu, menantu, dan semua orang yang dikasihinya. Jadi, orang beriman mendalam selalu bertumbuh dalam kebijaksanaannya. Salah satu tanda kebijaksanaan orang tua adalah melihat kebaikan dalam diri semua orang. Itulah pula yang membuat orang berumur panjang selalu berpikir positif.”
Uskup mengajak umat belajar dari tokoh perwira yang beriman dahsyat kepada Yesus akan kesembuhan hambanya. Ketika usia membuat keterbatasan, maka doa menjadi jawaban, karena doa bisa memeluk orang lain di luar batas ruang dan waktu. Begitu kuat kuasa doa, dan Yesus mengajari kita berdoa Bapa Kami, yang di dalamnya sudah lengkap terkandung pujian maupun permohonan kepada Allah. Ada tujuh permohonan dalam doa Bapa Kami. Lalu jika ditambahkan dengan doa sebelum menerima komuni, yang mengharapkan Yesus bersabda maka kita akan sembuh, jadilah kuasa doa yang luar biasa karena iman yang begitu besar.
Menutup homilinya, Uskup mengatakan, “Dalam setiap ekaristi kita berdoa dan yang kita doakan adalah Doa Bapa Kami dan doa sebelum menerima Tubuh Kristus. Doa-doa itulah yang membuat kita makin yakin bahwa Tuhan selalu memenuhi hidup kita dengan berkat dan kasih yang tidak berkesudahan.”.
Veronika Naning (Kontributor Yogyakarta)