HIDUPKATOLIK.COM – Pw St. Yohanes Krisostomus; Kol 3:1-11; Mzm 145:2-3,10-11,12-13ab; Luk 6:20-26
INJIL sering mengangkat paradoks- paradoks Kerajaan Allah, misalnya, yang pertama akan menjadi terbelakang dan yang kemudian akan menjadi terdahulu. Mereka yang bersedia dipangkas akan berbuah lebat. Allah turun ke dunia agar manusia naik ke Surga. Sabda bahagia dan peringatan dalam Injil hari ini memuat hal demikian.
Yesus memuji yang miskin, lapar dan yang menangis, karena mereka akan menjadi kaya, dikenyangkan, dan tertawa. Sementara mereka yang kaya, kenyang, dan tertawa malah akan menderita lapar, berdukacita dan menangis. Ungkapan itu dipakai untuk menegaskan prioritas keberpihakan Yesus kepada orang miskin dan tertindas tanpa bermaksud memusuhi orang kaya tentunya.
Menjadi miskin di hadapan Allah bukan pertama-tama perkara material melainkan sebuah sikap batin, yakni berani percaya dan sepenuh hati mengandalkan Allah. Manusia sering lupa dan suka membesar- besarkan relasinya dengan orang hebat, gila hormat dan popularitas, pamer gelar dan jabatan, prestasi, harta milik atau apapun yang dianggap besar dan dipuja melampaui Allah. Miskin di hadapan Allah adalah panggilan untuk lepas bebas, rela mengambil jarak terhadap semua bentuk kemegahan duniawi sehingga ia layak disebut ‘yang empunya Kerajaan Allah’ di mana hanya Allah menjadi pusat, sumber dan tujuan segalanya. Sabda bahagia merupakan bagian sentral dari Injil dan sering disebut Piagam Kerajaan Allah.
Monica Maria Meifung Alumna Prodi Ilmu Teologi STF Driyarkara Jakarta