HIDUPKATOLIK.COM – Gereja Santo Petrus Paulus Klepu Yogyakarta, hari Jumat sore, 8/9/23 bernuansa beda. Sekelompok pangrawit dan penyanyi mengenakan pakaian daerah Jawa menyiapkan diri di dalam gereja. Mereka adalah umat Paroki Pakem Yogyakarta, yang akan bertugas sebagai kelompok kor dalam perayaan ekaristi sore itu. Sementara tampak pula umat mengalir memasuki gereja dengan wajah penuh sukacita.
Sore itu, ada perayaan ekaristi istimewa merayakan 30 tahun tahbisan imam bagi 10 orang imam Diosesan Keuskupan Agung Semarang. Mereka ditahbiskan 30 tahun lalu oleh Mgr. Julius Darmaatmadja, SJ. Salah satu yubilaris adalah Vikjen KAS, Romo Yohanes Rasul Edy Purwanto, yang menjadi selebran utama didampingi oleh dua rekan seangkatannya, Romo Petrus Sajiyana selaku tuan rumah penyelenggara acara dan Romo Yosef Supriyanto. Sementara imam lain yang turut menjadi selebran sore itu adalah Rm Yustinus Agus Purwadi, Romo Laurensius Tata Priyana, Romo Medardus Sapta Margana, Romo Richardus Heru Subiyakto, Romo Ag Luhur Prihadi, Romo FX Krisno Handaya, FX Agus Suryono Gunadi, Romo Alexander Joko Purwanto, dan Romo Insaf Santosa, selaku pastor vikaris paroki Klepu. Dari 12 orang imam seangkatan mereka sampai saat ini masih 10 orang yang aktif menjalani panggilan di berbagai wilayah dan tugas perutusan.
Dalam homilinya, Romo Edy menyampaikan empat hal penting sebagai inti dan tujuan perayaan ekaristi sore itu. “Pertama, kami seangkatan akan berdoa syukur dan terima kasih karena sudah dipilih menjadi imam meski tidak pantas menerima anugerah agung tersebut. Semoga kami diberi semangat melayani dengan rendah hati, semangat melayani umat yang dipercayakan kepada kami sebagi imam sehingga sama langkahnya dalam meraih kemuliaan kekal”.
Hal kedua, mereka ingin mengatakan kepada umat KASa di mana saja, yang pernah dilayani, bahwa mereka sungguh merasa umat mencintai dan memperhatikan meski kadang-kadang pelayanan itu membuat tidak berkenan. Karena itu, mereka mohon maaf dan mohon tetap diperhatikan untuk meraih kemuliaan bersama.
Hal ketiga, mereka mengajak untuk merenungkan sabda Tuhan dari surat Paulus kepada jemaat di Roma. Syukur bahwa kita menjadi umat terpilih, sekarang dan kelak akan menjadi seperti Yesus yang dipanggil sebagai anak Allah akan menerima keselamatan dan kemuliaan kekal. Tapi ada tanggung jawab kita untuk menjaga hidup dan panggilan sesuai kehendak Tuhan serta panggilan hidup masing-masing. Paulus mengatakan kita di panggil sesuai rencana Allah sejak semula. Itulah yang membuat kita tetap setia pada panggilan hidup.
Terakhir, mereka mengajak umat untuk hidup melakukan kehendak Allah seperti yang dilakukan Santo Yusuf. Setelah bertemu malaikat dalam mimpi, Yusuf melakukan kehendak Tuhan. Meski berat dan sulit tapi Yusuf tetap setia melakukan perintah Tuhan.
Setelah perayaan ekaristi usai, para imam melakukan seremoni pemotongan tumpeng dan cake. Kebetulan saat itu juga bertepatan dengan ulang tahun perkawinan ke-52 orangtua Romo Sajiyana.
Para imam angkatan ini mempunyai moto tahbisan imam, “Aku hidup tetapi bukan aku lagi yang hidup melainkan Kristus yang hidup dalam diriku”. Karena itu, mereka senantiasa mencari agar dalam hidup keseharian hanya Kristus saja yang hadir dan menjadi semangat untuk melayani umat. Hal itu tidak mudah dilakukan namun mereka selalu mencoba bersama dengan umat yang mencintainya untuk memberikan pelayanan dan pengabdian terbaiknya. Mari kita juga mendoakan mereka dan para imam lainnya.
Veronika Naning (Kontributor, Yogyakarta)