HIDUPKATOLIK.COM – Dalam rangka Bulan Kitab Suci Nasional di Keuskupan Agung Semarang, Komisi Kitab Suci KAS bekerja sama dengan Komisi Liturgi, UPP Komunikasi KAS, dan PT Kanisius Yogyakarta telah menyusun berbagai ragam acara selama bulan September ini.
Minggu pagi 10/9/23 itu terasa berbeda di halaman Taman Komunikasi PT Kanisius Yogyakarta tampak penuh. Ruangan Kepodang dipenuhi lebih dari 330 orang prodiakon yang pagi itu ingin disegarkan kompetensinya dalam membuat homili. Acara workshop prodiakon yang bertema “Seni Membuat Homili” ini menghadirkan pembicara Romo E.P.D. Martasudjita.
Peserta diperkenalkan dengan mars Prodiakon yang liriknya ditulis oleh Rosa Widjojo dan aransemen Agus Tridiatno untuk memberi motivasi pelayanan dan makin menghayati perutusannya.
Dalam sambutannya, Direktur PT Kanisius, Romo E. Azismardopo Subroto, SJ menyampaikan, “Prodiakon merupakan pasukan tempur Gereja yang mempertahankan dan menyebarkan iman katolik kepada umat dengan cara yang berbeda-beda. Peran serta prodiakon merupakan perpanjangan tangan Gereja untuk menjangkau para umat. Sebagai pemuka umat yang dipilih dengan kualifikasi dan kriteria tertentu, prodiakon membuat Gereja menyuskuri keberadaannya. Gereja bersyukur punya pasukan andal yg bisa sampai kemana pun melewati ruang dan waktu yang siap mendatangi umat dalam situasi penting. Selain menajamkan pewartaan homili juga meneguhkan iman. Homili selain ngonceki Kitab Suci juga harus mendarat menyentuh kehidupan umat sehari-hari”.
Workshop ini menghadirkan Gereja sinodal yang bergerak bersama. Umat sering bosan kalau homili tidak lucu sehingga prodiakon mencari bahan yang lucu sehingga esensinya lupa. Seni membuat homili harus meramu unsur-unsur itu, dicerna dengan mudah untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Prinsipnya padat berisi ringkas. Selain itu, ada perhatikan pada penekanan hidup berkeluarga yang menjadi daya cerah dalam mewartakan Injil. Pada kenyataannya prodiakon juga dipilih berdasarkan kondisi keluarga yang harmonis sehingga hidup mereka juga menjadi saksi nyata dalam kehidupan umat sehari-hari.
Pada kesempatan ini juga dilakukan seremoni merayakan 20 tahun buku Inspirasi Batin memperkaya para prodiakon dan umat lainnya. Buku ini merupakan sarana untuk membantu prodiakon menyiapkan homili secara cepat dan praktis. Kepada 20 orang peserta yang beruntung diberikan kenangan buku Inspirasi Batin 2024 oleh Romo Marta yang juga menjadi inisiator terbitnya buku ini.
Dalam paparannya, Romo Marta menyampaikan bahwa homili harus mewartakan sabda Allah bukan dirinya sendiri. Ada beberapa kualifikasi penghomili yang harus diperhatikan. “Penghomili yang baik itu suka berdoa. Kebiasaan berdoa menumbuhkan kepekaan terhadap bimbingan Roh Kudus. Ada aspek berciri ilahi yang transendental sehingga homili kita baik dan menyentuh umat. Homili juga dimaksudkan untuk menerangi kehidupan yang tidak jelas, meneguhkan kehidupan iman dan perjuangan sehari-hari, serta bisa memberi perspektif pengharapan di masa depan.”
Dikatakannya pula penting untuk melakukan lima langkah dalam membuat homili, yaitu 1) mendengarkan Sabda Allah, dengan berdoa dan membaca Kitab Suci lalu merenungkannya dalam keheningan; 2) merenungkan sabda Allah, untuk menangkap pesan Tuhan bagi umat yang konkret dan memahami bacaan Kitab Suci; 3) mengelola sabda Allah, untuk mengenal kelompok umat pendengar sehingga tepat memilih poin pewartaan; 4) mewartakan sabda Allah, sikap batin penghomili damai, tenang, tidak grusah grusuh; 5) melaksanakan sabda Allah dalam hidup sebagai keterbukaan atas bimbingan Roh Kudus, sebagai keyakinan dan kesukaan bukan pamer teladan, sebagai kesaksian hidup; dan sebagai usaha menemukan benih-benih sabda dalam berbagai pengalaman konkret sehari-hari.
Dengan aneka latar belakang pengalaman di bidang teologi, liturgi, dan concern-nya terhadap pembinaan prodiakon paroki, Romo Marta mengisi pertemuan dengan menarik sampai akhir pertemuan.
Veronika Naning (Kontributor, Yogyakarta)