HIDUPKATOLIK.COM – RABU, 23 Mei 2007, HIDUP menemui Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono di Sekretariat Keskupan Surabaya. Saat itu statusnya masih Uskup Terpilih. Kami menyapanya dengan Romo Tikno. Tahbisannya akan berlangsung pada hari Jumat, 29 Juni 2007. Kedatangan kami dari Jakarta untuk melihat dari dekat Keuskupan ini. Maklum, Keuskupan ini menunggu cukup lama akan kedatangan Uskup baru sepeninggal Uskup yang digantikan Romo Tikno, yakni Mgr. Johanes Hadiwikarta. Tiga tahun umat Surabaya menantikan gembala utama mereka.
Bincang-bincang hangat. Karakter Uskup Sutikno yang ceplas-ceplos khas “Suroboyo” membuat waktu terasa berjalan cepat. Sebagai Uskup yang baru diangkat Paus Yohanes Paulus II, energi Uskup Terpilih terasa membuncah. Impiannya membangun umat Surabaya dari pelbagai dimensi terlontar. Juga otokritiknya sana-sini muncul, termasuk pembinaan para imam, gerakan-gerakan awam, pendidikan, aborsi, dialog lintas iman, dan lain-lain. Terkait dialog iman, saat itu, dengan tegas ia mengatakan, “kembali ke kittah”.
Kamis, 10 Agustus 2023, berita duka kami terima dari pelbagai sumber media sosial yang sempat simpang siur. Berharap, anak kedua dari tiga bersaudara dan lahir di Perak, Surabaya, 26 September 1953 ini sembuh dari derita yang dialamInya selama beberapa tahun terakhir ini. Namun, Allah sangat mencintainya. Ia memangilnya ke pangkuan-Nya. Duka mendalam menyeruak ke seantaro media sosial yang demikian massif. Umat Keuskupan Surabaya tentu saja lebih merasakan kesedihan mendalam ditinggal gembala mereka.
Enambelas tahun Mgr. Sutikno memimpin Keuskupan Surabaya. Bukan waktu yang pendek. Ada banyak karya yang dilakukannya dalam kurun waktu tersebut. Dalam Misa Reguiem hari Kamis, sore, 10/8/2023, Uskup Malang, Mgr. H. Pidyarto, OCarm dalam homilinya menegaskan, Mgr. Sutikno melaksanakan penggembalannya sebagai Uskup dengan setia, sukacita, dan kegembiraan dari kursi rodanya sekalipun. Uskup Sutikno seorang yang berkarakter optimis, tidak pernah takut, percaya sepenuhnya pada kata-kata Kristus. Ia melayani dan menyerahkan diri secara total kepada Allah yang memanggilnya sedari kecil. Tikno alias Sinyo kecil – sapaan kesayangan ibundanya, Ursula Madi Kwa Siok Nio padanya memang bercita-cita menjadi imam sejak SD. Ayahnya, Stephanus Oei Kok Tjia pun sangat mendukungnya masuk seminari.
Dalam percakapan HIDUP dengan Mgr. Sutikno belum lama, ia membeberkan arah dasar (Ardas) Keuskupan Surabaya 2023-2030. Salah satu yang ia harapkan, habitus baru umatnya. Umat yang tak lagi ‘sibuk’ dengan lingkungan, parokinya, tapi umat yang guyub dengan masyarakat. Seperti ia katakan tahun 2007, ada banyak yang bisa dikerjakan di tengah masyarayat. Kesadaran ini tampaknya didasari oleh kecilnya jumlah umat Katolik di Jawa Timur. Tak sampai satu persen. Umat berada di tengah ‘lautan’ kawanan besar. Kendati ‘hanya’ kawanan kecil, Uskup berharap, dampak kehadiran umat Katolik sungguh dirasakan (garam dan terangnya) oleh khalayak umum.
Selamat jalan, Mgr. Sutikno! Requiescat in pace ad vivat aeternam
Majalah HIDUP, Edisi No. 34, Tahun Ke-77, Minggu, 20 Agustus 2023