HIDUPKATOLIK.COM – Ajakan itu disampaikan Romo Chrisanctus Paschalis Saturnus kepada anak-anak asrama putra St. Bonaventura dan asrama putri St. Patrina, Pontianak, Kalimantan Barat dalam seminar “Generasi Milenial Perangi Human Trafficking” yang digelar pada Selasa 22 Agustus 2023 di Aula Bruder MTB Pontianak.
Romo Paschal, sapaan Romo Chrisanctus Paschalis Saturnus, menjelaskan ciri-ciri awal perdagangan manusia, seperti perekrutan tanpa perjanjian penempatan, pelanggaran terhadap perjanjian kerja, serta penawaran-penawaran yang menggiurkan namun berbahaya.
“Kita harus lebih peka dan berhati-hati dalam menggunakan media sosial kita. Tawaran-tawaran tersebut bisa datang dari mana saja, bahkan dari orang terdekat,” pesan Romo Paschal.
Romo Paschal, menegaskan pentingnya memahami prosedur yang benar dalam berkeinginan untuk bekerja di luar negeri.
“Tidak perlu terburu-buru dan memaksakan diri ke luar negeri jika prosedurnya tidak sesuai,” tegasnya.
Romo Paschal juga mengingatkan peserta mengenai bahaya menjadi korban tenaga kerja ilegal di luar negeri. Upah yang tidak sesuai, jam kerja yang berlebihan, dan target pekerjaan yang tidak sesuai adalah beberapa risiko yang harus dihindari.
Dalam akhir seminar, peserta berkesempatan untuk berbagi dan mendiskusikan kasus nyata yang terjadi di Indonesia.
Bruder Benediktus, MTB, selaku kepala asrama, berharap generasi muda dapat menjadi penggerak dalam memerangi perdagangan manusia dan membantu para korban.
“Kami berharap para generasi muda tidak hanya menjadi pelaku, tetapi juga menjadi benteng dan pengayom bagi sesama,” ujarnya.
Kegiatan ini merupakan impian dari Br. Vianny, MTB bersama Br. Benediktus Gole, MTB dalam membangun kesadaran para anak muda terutama anak anak asrama putra St. Bonaventura dan asrama Putri St. Patrina.
“Kami ingin mengajak para generasi milenial untuk berpikir kritis dan mengenali modus-modus yang digunakan oleh para pelaku perdagangan manusia,” ujar Br. Vianny.
Seminar ini diharapkan dapat memberikan landasan kuat bagi generasi muda untuk melawan perdagangan manusia dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Melalui pemahaman dan kesadaran yang lebih mendalam, mereka siap menjalankan peran kunci dalam mengakhiri praktik yang tak bermartabat ini.
Samuel (Kontributor/Komsos Pontianak)