web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

 Monica Kusjanti : Bekerja dan Melayani Demi Meluhurkan Martabat Manusia

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – TAK perlu malu bersedekah sedikit. Selalu ada kebaikan dalam berbagi, berapapun nilainya. “Teruslah melayani meski melelahkan. Pelayanan adalah anugerah Tuhan kepada kita. Kita diberi kesempatan untuk menjadi rekan kerjan-Nya di dunia,” ujar Monica Kusjanti saat ditemui di Gedung Westin, lt. 52, Rasunan Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis, 22/6/2023.

Monica menuturkan tidak mudah membagi waktu di tengah kesibukan sebagai pengusaha dan pelayanan. Ia menyebut keterlibatan dalam berbagai pelayanan adalah panggilan Tuhan dan tanggapan lewat keterbukaan hatinya. Dalam refleksinya, Allah tidak menciptakan manusia untuk berdiam diri dan bersantai saja. Allah menciptakan manusia untuk bekerja “mengusahakan bumi”. Ini adalah tanggung jawab setiap umat beriman. Maka pelayanan dan pekerjaan harus berjalan seimbang.

Inilah yang menjadi motivasi Monica terlibat dalam berbagai kegiatan di Gereja, salah satunya saat terpilih Ketua Profesional dan Usahawan Katolik Keuskupan Bogor (PUKAT) tahun 2022. Dengan bekerja dan membuka lapangan pekerjaan, semakin banyak orang sejahtera, sebaliknya dengan melayani maka kita mengusahakan nilai-nilai kemanusiaan di dunia.

Martabat Manusia

Kelahiran Bogor, 19 April 1966 ini mengatakan PUKAT hadir untuk membina dan mengaktualisasikan spiritualitasnya demi terwujudnya Kerajaan Allah di dunia. Orang Katolik, apapun pekerjaannya harus terlibat mengusahakan hadirnya Kerajaan Allah di dunia. Inilah martabat kerja – orang Katolik diminta untuk meneruskan karya Allah yang agung dan mulia. Kerja tidak menjadikan orang Katolik sumber kecemasan, tetapi sukacita.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Meluhurkan martabat kerja dan martabat manusia ini diwujudkannya dalam berbagai tugas dan pekerjaannya. Selama 13 tahun meniti karir di PT Indofood Sukses Makmur dengan berbagai posisi seperti Pedicure Product Development Manager dan Corporate Development Senior Manager, semangat ini tetap dipertahankan. Ia selalu mengajak para bawahan agar menyadari satu fakta bahwa orang bekerja untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi. Untuk mendapatkan uang. Dengan bekerja kesejahteraan umum semakin dirasakan. Tetapi tidak semata-mata bekerja membebaskan manusia dari pelayanan. Sebab kedekatan dengan Tuhan memaknai pekerjannya. Hasil kerja manusia bersama sesama adalah memampukan manusia mengembangkan harga diri.

Sebagai seorang pengusaha yang kini bergerak di bidang foods ingredients trading, Monica meyakini bahwa pekerjaan apapun tidak lain harus diarahkan untuk menjunjung tinggi martabat manusia. Kerja tidak saja bersifat pribadi, tetapi sasarannya akhirnya pada memuliakan martabat manusia.

Pengejawantahannya adalah bagaimana melihat karyawan sebagai mitra yang pantas dihargai. Seorang pengusaha Katolik hendaknya tidak tampil sebagai seorang bos tetapi berdiri sebagai seorang pempin yang selalu mengajak semua berjalan bersama, berdiri bersama, dan maju bersama. Seorang bos akan mengatakan ‘pergi’ tetapi seorang pemimpin akan mengatakan, ‘mari, kita pergi bersama.’

Atas dasar ini, sejak menjadi Ketua PUKAT Keuskupan Bogor, Monica ingin ragam program animasi harus memuliakan martabat manusia. Ada program peduli warga senior (lansia), donasi bagi siswa kurang mampu, peduli pembangunan kapel dan renovasi gedung eks seminari, serta peduli kepada UMKM. Bantu unit bisnis anggota PUKAT yang sedang berjuang atau kurang dan bantu masyarakat Katolik.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

“Tentu ada sejumlah program lain seperti Misa Jumat Pertama dan ziarah, webinar Manna PUKAT, Gathering, pendalaman iman Aksi Puasa Pembangunan, Aksi Adven Pembangunan, dan Bulan Kitab Suci Nasional, dan novena serta lainnya,” ujar Monica.

Minoritas Kreatif

Pengalaman memuliakan martabat manusia ini, berangkat dari pengalaman masa kecilnya. Sebagai anak ke-6 dari 7 bersaudara, Monica merasakan bagaimana hidup dalam kesulitan. Sejak lahir anak ke-4, usaha keluarga goncang, ekonomi timpang. Sejak itu ia harus berjuang sendiri bersama saudara-saudarinya untuk bisa sukses.

Dalam usaha menemukan makna sukses, Monica tidak pernah lepas dari pelayanan. Sejak SMP ia sudah terbiasa jadi lektor, terlibat dalam Mudika, dan aktif di lingkungan dan wilayah. “Orang tua saya bukan Katolik yang aktif. Mereka Katolik saat sudah dewasa, tetapi saya merasakan ada panggilan untuk melayani di Gereja sejak SMP,” kisahnya.

Tidak cuma itu, keterlibatannya juga diwarnai dengan kedekatan bersama para romo dan frater. Ia terbiasa bergaul dengan pengurus gereja, sering ke pastoran sehingga iman kekatolikan cukup mewarnai perjalanan hidupnya. “Ini misteri Allah dalam hidupku. Tuhan ingin saya harus mampu membagi waktu seimbang antara pekerjaan, keluarga, dan pelayanan.”

Sejak menyelesaikan Sarjana di Food Technology and Nutritia (Program Studi Teknologi Pangan) Institut Pertanian Bogor, Monica terlibat dalam berbagai pekerjaan. Ia melihat ada banyak orang yang memiliki kelebihan atau talenta yang pantas dihargai. Di PUKAT pun demikian. Keterlibatan lewat sharing dan pengenalan antar anggota membuat setiap orang belajar untuk saling mengisi dan menguatkan.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

“Setiap anggota PUKAT selalu diajak untuk sadar bahwa ini wadah kerasulan awam. Maka PUKAT meski kecil dalam jumlah tetapi harus tampil sebagai minoritas kreatif. Sadar akan panggilan dan perutusannya,” ajaknya.

Meski secara pribadi, anggota PUKAT memiliki karya masing-masing, tetapi harus tetap beriman dan bermoral. PUKAT perlu menguatkan gerak sinodalitas ‘berjalan bersama’ sekaligus menjadi misionaris di tengah-tengah bangsa yang mulai tergerus karena materialisme, indiferentisme, dan sebagainya. Tanggung jawab mengusahakan visi-misi Gereja tidak saja dibebankan kepada para selibater (hieararki) tetapi juga tanggung jawab semua warga Gereja (kolektif-kolegial), termasuk PUKAT.

Monica berharap, setiap warga Gereja perlu komitmen membangun Gereja. Komitmen dalam menyeimbangkan waktu antara pekerjaan dan pelayanan. Komitmen memperhatikan warga yang kecil, lemah, menderita, dan kaum disabilitas. Komitmen juga membuka kesempatan kerja bagi semakin banyak orang. Komitmen bahwa Tuhan memakai setiap orang untuk mengusahakan hadirnya Kerajaan Allah.

“Semoga para pengusaha, para professional atau pekerja serta siapa pun yang mempunyai semangat melayani dapat bergabung dengan PUKAT untuk membangun pribadi masing-masing dan mendukung Gereja sehingga bisa sama-sama saling menguatkan, menjadi satu kekuatan agar menghadirkan berkat buat keluarga, sesama, Gereja dan masyarakat,” demikian Monica.

Yustinus Hendro Wuarmanuk

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles